Bumi
bukanlah benda di jagat raya yang muncul dengan sendirinya dalam bentuk
yang sempurna. Bumi terbentuk melalui proses yang panjang dan terus
berkembang hingga terbentuk sekarang ini. Para ilmuwan berpendapat bahwa
proses pembentukan Bumi sudah dimulai sejak bermiliar-miliar tahun yang
lalu. Planet Bumi bermula dari awan raksasa yang selalu berputar di
antariksa. Awan raksasa tersebut akan membentuk bola-bola yang menarik
butir-butir debu dan gas. Bola-bola debu dan gas inilah awal mula
terbentuknya Bumi, planet-planet, serta bulan-bulan lain.
Saat gravitasi Bumi semakin besar, gas dan debu tersebut akan
termampat dan semakin lama semakin padat. Hal ini menyebabkan Bumi
semakin panas dan menjadi bola berpijar. Bagian luar Bumi lambat laun
mulai mendingin dan mengeras. Tetapi Bumi belum dingin sama sekali.
Bagian tengah Bumi masih sangat panas. Proses pembentukan Bumi di atas
hampir sama dengan pendapat Kant-Laplace yang mengemukakan bahwa Bumi
ini mulai terbentuk selama bermiliar tahun yang lalu ketika dilepaskan
dari matahari dalam bentuk gas pijar, yang lambat laun mendingin dan
membentuk kerak batuan.
Walaupun banyak teori atau pendapat dari para ilmuwan tentang proses
pembentukan Bumi, tetapi tidak seorang pun yang sungguhsungguh
mengetahui dengan pasti bagaimana dan kapan Bumi terbentuk. Ya, menjadi
tantangan bagi dunia ilmu pengetahuan yang suatu saat bisa kamu
pecahkan.
Proses perkembangan planet Bumi dari masa ke masa tidak dapat
dipisahkan dengan sejarah terbentuknya tata surya. Hal ini dikarenakan
Bumi merupakan salah satu anggota keluarga Matahari, di samping
planet-planet lain, komet, asteroid, dan meteor.
Berdasarkan hipotesis nebula (teori kabut gas) yang dikembangkan oleh seorang ahli filsafat Jerman, Immanuel Kant (1755) serta ahli astronomi Prancis, Pierre Simon Marquis de Laplace (1796), diperoleh gambaran bahwa sistem tata surya berasal dari massa gas (kabut gas) yang bercahaya dan berputar perlahan-lahan.
Massa gas tersebut secara berangsur-angsur mendingin, mengecil, dan
mendekati bentuk bola. Oleh karena massa gas itu berotasi dengan
kecepatan yang makin lama semakin tinggi, pada bagian khatulistiwanya
(ekuator) mendapat gaya sentrifugal paling besar, massa tersebut
akhirnya menggelembung. Akhir dari bagian yang menggelembung tersebut,
ada bagian yang terlepas (terlempar) dan membentuk bola-bola pijar
dengan ukuran berbeda satu sama lain. Massa gas induk tersebut akhirnya
menjadi Matahari, sedang kan bola-bola kecil yang terlepas dari massa
induknya pada akhirnya mendingin menjadi planet, termasuk Bumi. Pada
saat terlepas dari massa induknya, planet-planet anggota tata surya
masih merupakan bola pijar dengan suhu sangat tinggi. Oleh karena planet
berotasi, ada bagian tubuhnya yang terlepas dan berotasi sambil beredar
mengelilingi planet tersebut. Benda tersebut selanjutnya dinamakan
Bulan (satelit alam).
Menurut hasil penelitian para ahli astronomi dan geologi, Bumi
terbentuk atau terlepas dari tubuh Matahari sekitar 4,5 miliar tahun
yang lalu. Perkiraan kelahiran Bumi ini didasarkan atas penelaahan
Paleontologi (ilmu yang mempelajari fosil-fosil sisa makhluk hidup purba
di masa lampau) dan stratigrafi (ilmu yang mempelajari struktur
lapisan-lapisan batuan pembentuk muka Bumi).
Gambar Siklus Pembentukan Bumi
Ilustrasi siklus pembentukan Bumi terbagi menjadi:
(a) Bumi masih berbentuk bola pijar;
(b) Bumi mendingin berangsur-angsur membentuk litosfer;
(c) pembentukan atmosfer Bumi;
(d) Bumi terbentuk sempurna.
Pada saat terlahir sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, Bumi kita
masih merupakan bola pijar yang sangat panas. Lama kelamaan secara
berangsur-angsur Bumi kita mendingin. Akibat proses pendinginan, bagian
luar Bumi membeku membentuk lapisan kerak Bumi yang disebut litosfer.
Selain pembekuan kerak Bumi, pendinginan massa Bumi ini mengakibatkan
terjadinya proses penguapan gas secara besar-besaran ke angkasa. Proses
penguapan ini terjadi dalam jutaan tahun sehingga terjadi akumulasi uap
dan gas yang sangat banyak.
Pada saat inilah mulai terbentuk atmosfer Bumi. Uap air yang
terkumpul di atmosfer dalam waktu jutaan tahun tersebut pada akhirnya
dijatuhkan kembali sebagai hujan untuk kali pertamanya di Bumi, dengan
intensitas tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Titik-titik air
hujan yang jatuh selanjutnya mengisi cekungan-cekungan muka Bumi
membentuk bentang perairan laut dan samudra.
Seorang ahli ilmu cuaca dari Jerman yang bernama Alfred Wegener
(1912), dalam teorinya yang terkenal, yaitu Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)
mengemukakan bahwa sampai sekitar 200 juta tahun yang lalu, di Bumi
baru ada satu benua dan samudra yang maha luas. Benua raksasa ini
dinamakan Pangea, sedangkan kawasan samudra yang mengapitnya dinamakan
Panthalasa.
Sedikit demi sedikit Pangea mengalami retakan-retakan dan pecah.
Sekitar 180 juta tahun yang lalu, benua raksasa tersebut pecah menjadi
dua, yaitu pecahan benua di sebelah utara dinamakan Laurasia dan di
bagian selatan dinamakan Gondwana. Kedua benua itu dipisahkan oleh jalur
laut sempit yang dinamakan Laut Tethys. Sisa Laut Tethys pada saat ini
merupakan jalur cebakan minyak Bumi di sekitar laut-laut di kawasan
Timur Tengah.
Gambar Continental Drift Theory Continental Drift Theory dari Alfred Wegener mengenai terbentuknya massa daratan Bumi.
Baik di antara Laurasia maupun Gondwana kemudian terpecah-pecah lagi
menjadi daratan yang lebih kecil dan bergerak secara tidak beraturan
dengan kecepatan gerak berkisar antara 1–10 cm pertahun. Dalam sejarah
perkembangan planet Bumi, Laurasia merupakan cikal bakal benua-benua
yang saat ini letaknya di sebelah utara ekuator (belahan Bumi utara),
meliputi Eurasia, Amerika Utara, dan pulaupulau kecil di sekitarnya.
Adapun Gondwana merupakan cikal bakal benua-benua di belahan Bumi
selatan, meliputi Amerika Selatan, Afrika, Sub Benua India, Australia,
dan Antartika.
Sumber: terbentuknya-bumi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar