Minggu, 10 Mei 2020

Persebaran Wilayah Rawan Bencana Alam Di Indonesia dan Lembaga-Lembaga Yang Berperan Dalam Penanggulangan Bencana Alam

Persebaran Wilayah Rawan Bencana Alam Di Indonesia

Persebaran wilayah rawan bencana di Indonesia dapat dilihat dari peta indeks rawan bencana Indonesia berikut.


Berdasarkan Indeks Rawan Bencana di atas, Persebaran wilayah rawan bencana alam di Indonesia dapat dilihat di bawah ini:

Provinsi Aceh
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

Sumatra Utara
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

Sumatra Barat
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

Riau
Banjir, gempa bumi, kekeringan, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, dan longsor.

Jambi
Banjir, gempa bumi, kekeringan, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, dan longsor.
Sumatra Selatan
Ancaman Bencana Alam: Banjir, gempa bumi, kekeringan, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, dan longsor.

Bengkulu
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, longsor, gunung api, dan abrasi

Lampung
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

Kep. Bangka Belitung
Banjir dan cuaca ekstrem.

Kep. Riau
Banjir, kebakaran hutan dan lahan, dan cuaca ekstrem.

DKI Jakarta
Banjir, cuaca ekstrem, longsor, dan abrasi.

Jawa Barat
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

Jawa Tengah
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

DI Yogyakarta
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, dan abrasi.

Jawa Timur
Banjir, gempabumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

Banten
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, dan abrasi.

Bali
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, kebakaran hutan dan lahan dan abrasi.

Nusa Tenggara Barat
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, dan abrasi.

Nusa Tenggara Timur
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

Kalimantan Barat
Banjir, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

Kalimantan Tengah
Banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, dan cuaca ekstrem.

Kalimantan Selatan
Banjir, kekeringan, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, dan longsor.

Kalimantan Timur
Banjir, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

Kalimantan Utara
Banjir, gempa bumi, longsor, kebakaran hutan dan lahan, dan abrasi.

Sulawesi Utara
Banjir, gempa bumi, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, dan abrasi.

Sulawesi Tengah
Banjir, gempa bumi, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, dan abrasi.

Sulawesi Selatan
Banjir, gempa bumi, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, dan abrasi.

Sulawesi Tenggara
Banjir, gempa bumi, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, dan abrasi.

Gorontalo
Banjir, gempa bumi, kekeringan, longsor, dan abrasi.

Sulawesi Barat
Banjir, gempa bumi, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, dan abrasi.

Maluku
Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, dan abrasi.

Maluku Utara
Banjir, gempa bumi, cuaca ekstrem, longsor, gunung api, dan abrasi.

Papua Barat
Banjir, gempa bumi, abrasi, banjir, dan longsor.

Papua
Banjir, gempa bumi, cuaca ekstrem, longsor, dan abrasi.
 
 
 

Lembaga-Lembaga Yang Berperan Dalam Penanggulangan Bencana Alam


  • Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi penanggung awab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
  • Tanggung jawab pemerintah pusat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana antara lain meliputi hal-hal berikut.
    1. Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan.
    2. Perlindungan masyarakat dari dampak bencana.
    3. Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum.
    4. Pemulihan kondisi dari dampak bencana.
    5. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan dan belanja negara yang memadai.
    6. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai.
    7. Pemeliharaan arsip/dokumen autentik dan kredibel dari ancaman dan dampak bencana.
  • Pemerintah pusat dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana mempunyai wewenang sebagai berikut.
    1. Penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan pembangunan nasional.
    2. Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur- unsur kebijakan penanggulangan bencana.
    3. Penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah.
    4. Penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan negara lain, badan-badan, atau pihak-pihak internasional lain.
    5. Perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana.
    6. Perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan.
    7. Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala nasional.
  • Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, atau perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi hal-hal berikut.
    1. Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum.
    2. Perlindungan masyarakat dari dampak bencana.
    3. Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan.
    4. Pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah yang memadai.
  • Pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana mempunyai wewenang sebagai berikut.
    1. Penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya selaras dengan kebijakan pembangunan daerah.
    2. Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur- unsur kebijakan penanggulangan bencana.
    3. Pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan provinsi dan/atau kabupaten/kota lain.
    4. Pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya.
    5. Perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam pada wilayahnya.
    6. Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala provinsi, kabupaten/kota.
  • Badan Nasional Penanggulangan Bencana dibentuk oleh pemerintah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mempunyai tugas sebagai berikut.
    1. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara. 
    2. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang- undangan.
    3. Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat.
    4. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada setiap saat dalam kondisi darurat bencana.
    5. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional.
    6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran pendapatan dan belanja negara.
    7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
    8. Menyusun pedoman pembentukan badan penanggulangan bencana daerah.
  • Badan Nasional Penanggulangan Bencana mempunyai fungsi seperti berikut.
    1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien.
    2. Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
  • Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Badan ini dibentuk oleh pemerintah daerah. Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dilaksanakan melalui koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah terdiri atas badan pada tingkat provinsi dan badan pada tingkat kabupaten/kota.
  • Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai fungsi sebagai berikut.
    1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien.
    2. Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
  • Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai tugas sebagai berikut.
    1. Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara.
    2. Menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang- undangan.
    3. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana.
    4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.
    5. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya.
    6. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana.
    7. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.
    8. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.
    9. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
  • Lembaga usaha mendapatkan kesempatan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik secara tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain. Terkait dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh lembaga usaha. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.
    1. Lembaga usaha menyesuaikan kegiatannya dengan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
    2. Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan kepada pemerintah dan/atau badan yang diberi tugas melakukan penanggulangan bencana serta menginformasikannya kepada publik secara transparan.
    3. Lembaga usaha berkewajiban mengindahkan prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan fungsi ekonominya dalam penanggulangan bencana.
  • Lembaga internasional adalah organisasi yang berada dalam lingkup struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi internasional lainnya dan lembaga asing nonpemerintah dari negara lain di luar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dapat ikut serta dalam kegiatan penanggulangan bencana dan mendapat jaminan perlindungan dari pemerintah terhadap para pekerjanya. Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana dapat melakukan secara sendiri-sendiri, bersama-sama, dan/atau bersama dengan mitra kerja dari Indonesia dengan memperhatikan latar belakang sosial, budaya, dan agama masyarakat setempat.
  • Dalam melaksanakan penanggulangan bencana di daerah, perlu ada koordinasi antarsektor. Peran lintas sektor itu adalah sebagai berikut.
    1. Sektor pemerintahan mengendalikan kegiatan pembinaan pembangunan daerah.
    2. Sektor kesehatan merencanakan pelayanan kesehatan dan medik, termasuk obat-obatan dan paramedis.
    3. Sektor sosial merencanakan kebutuhan pangan, sandang, dan kebutuhan dasar lainnya untuk para pengungsi.
    4. Sektor pekerjaan umum merencanakan tata ruang daerah, penyiapan lokasi dan jalur evakuasi, dan kebutuhan pemulihan sarana dan prasarana.
    5. Sektor perhubungan melakukan deteksi dini dan informasi cuaca/ meteorologi dan merencanakan kebutuhan transportasi dan komunikasi.
    6. Sektor energi dan sumber daya mineral merencanakan dan mengendalikan upaya mitigatif di bidang bencana geologi dan bencana akibat ulah manusia yang terkait bencana geologi sebelumnya.
    7. Sektor tenaga kerja dan transmigrasi merencanakan pengerahan dan pemindahan korban bencana ke daerah yang aman bencana.
    8. Sektor keuangan penyiapan anggaran biaya kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada masa prabencana.
    9. Sektor kehutanan merencanakan dan mengendalikan upaya mitigatif, khususnya kebakaran hutan/lahan.
    10. Sektor lingkungan hidup merencanakan dan mengendalikan upaya yang bersifat preventif, advokasi, dan deteksi dini dalam pencegahan bencana.
    11. Sektor kelautan merencanakan dan mengendalikan upaya mitigatif di bidang bencana tsunami dan abrasi pantai.
    12. Sektor lembaga penelitian dan pendidikan tinggi melakukan kajian dan penelitian sebagai bahan untuk merencanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada masa prabencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.
    13. TNI/Polri membantu dalam kegiatan SAR dan pengamanan saat darurat, termasuk mengamankan lokasi yang ditinggalkan karena penghuninya mengungsi.

Klasifikasi Iklim Lengkap : Koppen, Schmidt - Fergusson, Oldeman

Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau dikatakan iklim merupakan rerata cuaca. Iklim yang terdapat di suatu daerah atau wilayah tidak dapat dibatasi hanya oleh satu analisir iklim tetapi merupakan kombinasi berbagai anasir iklim ataupun cuaca. Untuk mencari harga rerata tergantung pada kebutuhan dan keadaan. Hal yang penting adalah; untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan iklim harus berdasarkan pada harga normal, yaitu harga rerata cuaca selama 30 tahun. Angka 30 tahun merupakan persetujuan internasional.

Iklim suatu daerah disusun oleh unsur-unsur yang variasinya besar, sehingga hampir tidak mungkin dua tempat yang berbeda mempunyai iklim yang identik. Sebetulnya tidak terbatas jumlah iklim di permukaan bumi ini yang memerlukan penggolongan dalam suatu kelas atau tipe. Perlu diketahui bahwa semua klasifikasi yang ada merupakan buatan manusia sehingga masing-masing ada kebaikannya dan keburukannya. Satu hal yang penting adalah persamaan tujuan yaitu berusaha untuk menyederhanakan jumlah iklim lokal yang tidak terbatas jumlahnya, menjadi golongan yang jumlahnya relatif sedikit yaitu kelas-kelas yang mempunyai sifat yang penting dan bersamaan.

Iklim di suatu negara tidak selalu sama, melainkan selalu berbeda antara negara satu dengan lainnya, hal demikian mampu menyebabkan perbedaan dalam bidang proses alami, perkembangan dan kehidupan biologis. Sehingga, perbedaan iklim antara negara dapat berpengaruh kepada: proses pembentukan tanah, pelapukan batuan, kesuburan lahan pertanian, jenis tanaman budidaya, erosi, dan sedimentasi. Perbedaan iklim ditentukan oleh faktor pengendali iklim negara bersangkutan dan keberadaan kuantitas dan kualitas unsur-unsur atau elemen-elemen iklim di setiap negara, yang rentan sekali mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pengaruh pengendali iklim sifatnya tetap/permanen, sedang pengaruh elemen-elemen iklim bersifat tidak tetap/remanen. Baik pengendali iklim dan elemen iklim merupakan faktor utama sebagai penentu iklim bagi negara.

Perbedaan iklim di setiap negara banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya lokasi negara, kedudukan matahari, luas darat dan luas laut, topografi, dll. Faktor-faktor itu biasa disebut pengendali iklim. Pengendali iklim dapat mengatur keberadaan unsur-unsur atau elemen-elemen iklim di suatu wilayah. Ada dua faktor pengendali iklim, yaitu:

1. Faktor Luar Bumi

Faktor pengendali iklim dari luar bumi ialah matahari. Sinar matahari adalah sebagai sumber panas atau energi bagi bumi. Panas matahari atau energi mampu mempengaruhi keberadaan dan perkembangan terhadap: angin, awan, hujan, temperatur, tekanan udara, dll. Kedudukan matahari terhadap bumi atau sebaliknya, sepanjang tahun tidak sama, tetapi selalu bergeser. Hal ini dapat terjadi karena rotasi dan revolusi oleh bumi terhadap matahari, sehingga luasan daerah di bumi yang mendapat energi selalu berubah, baik kuantitas, kualitas, dan lama waktunya. Kedudukan matahari terhadap bumi berpengaruh besar bagi pembagian daerah iklim di bumi.

2. Faktor Dalam Bumi

Faktor pengendali iklim dari dalam bumi ditentukan oleh manusia dan faktor fisis daerah bersangkutan. Pengendali iklim oleh manusia tidak banyak merubah keadaan dan perkembangan iklim, tetapi hanya mampu memperkecil pengaruh iklim, seperti membuat hujan buatan. Keadaan fisis daerah yang berperan sebagai pengatur iklim adalah:
  • a. Garis Lintang
  • b. Bentuk muka bumi
  • c. Topografi
  • d. Daerah tekanan udara
  • e. Permukaan tanah
  • f. Luas darat dan laut


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan penggunaan klasifikasi iklim adalah :
  • Tujuan klasifikasi iklim dibuat untuk : pertanian, kelautan, pernerbangan dll
  • Luas cakupan wilayah klasifikasi iklim : makro, meso, dan mikro.
  • Latar belakang pembuatan klasifikasi iklim
Ada tiga klasifikasi iklim yang biasa digunakan di Indonesia, antara lain :
  • Koppen digunakan untuk iklim pada tumbuhan/vegetasi
  • Schmidth-Ferguson digunakan untuk iklim kehutanan dan perkebunan.
  • Oldeman digunakan untuk iklim lahan pertanian pangan.


I. Klasifikasi Schmidt - Fergusson

Schmidt dan Fergusson menggunakan dasar adanya bulan basah dan bulan kering seperti yang dikemukakan oleh Mohr. Perbedaan terdapat pada cara mencari bulan basah dan bulan kering. Hal ini juga merupakan alasan pembagian iklim tersendiri untuk Indonesia. Menurut Mohr bulan basah dan bulan kering berdasarkan Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Klasifikasi bulan menurut Mohr
Jenis bulan
Curah hujan/bulan
Bulan basah
³ 100
Bulan lembab
60-100
Bulan kering
£ 60

Schmidt dan Fergusson mendapatkan bulan basah dan bulan kering bukan mencari harga rerata curah hujan untuk masing-masing bulan tetapi dengan cara tiap tahun adanya bulan basah dan bulan kering dihitung kemudian dijumlahkan untuk beberapa tahun kemudian direrata. Hal ini mengingat, jika digunakan harga rerata masing-masing bulan adanya bulan basah dan bulan kering yang tiap tahun bergeser kemungkinan sekali tidak nampak pada harga rerata bulan basah.
Q =  
Jumlah rerata bulan kering dan bulan basah didapat dari data hujan seluruh Indonesia antara tahun 1921 – 1940 dengan menghilangkan tempat-tempat yang mempunyai data sepuluh tahun.
Berdasarkan besarnya nilai Q, Schmidt dan Fergusson menentukan tipe hujan di Indonesia, yang disajikan pada Tabel 1.2.


Tabel 1.2. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson

II. Klasifikasi Koppen

Dasar klasifikasi Koppen adalah rerata curah hujan dan temperatur bulanan maupun tahunan. Tanaman asli dilihat sebagai kenampakan yang terbaik dari keadaan iklim sesungguhnya, sehingga batas iklim ditentukan dengan batas hidup tanaman. Koppen mengenalkan bahwa daya guna hujan terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman tidak tergantung pada hanya jumlah hujan tapi juga tergantung pada intensitas evaporasi yang menyebabkan hilangnya air yang cukup besar, baik dari tanah maupun dari tanaman.. Hubungan intensitas evaporasi dan daya guna hujan ditunjukkan dengan hubungan antara hujan dan temperatur. Misalnya: jumlah hujan yang sama yang terjadi di daerah iklim panas atau terpusat pada musim panas yang berarti evaporasi besar, adalah kurang bagi tanaman daripada yang jatuh di daerah beriklim sejuk. Walaupun demikian metode untuk mengukur daya guna hujan ini tidak begitu memuaskan.
Koppen menggunakan simbol-simbol tertentu untuk mencirikan tipe iklim. Tiap tipe iklim terdiri dari kombinasi dan masing-masing huruf mempunyai arti sendiri-sendiri. Koppen membagi bumi dalam 5 kelompok iklim, yaitu :

A. Iklim Hujan Tropika (Tropical Rainy Climates)

Iklim ini diberi simbol A. Daerah yang mempunyai temperatur bulan terdingin lebih besar daripada 18°C (64°F) termasuk iklim ini yang dibagi menjadi beberapa tipe iklim, yaitu:
1) Tropika Basah (Af)
Daerah yang termasuk tipe iklm ini harus memenuhi syarat di atas dan daerah bulan terkering hujan rerata lebih besar dari 60 mm.
2) Tropika Basah (Am)
Jumlah hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering. Tipe ini memiliki bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering. Bulan-bulan kering dapat diimbangi oleh bulan basah, sehingga pada daerah-daerah yang demikian basah terdapat hutan yang cukup lebat.
3) Tropika Basah Kering (Aw)
Jumlah bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering sehingga vegetasi yang ada adalah padang rumput dengan pepohonan yang jarang.

B. Iklim Kering (dry climate)

35% of Earth's land surface , evaporation exceeds precipitation
1) Iklim steppe (Bs) : desert / precipitation < 1/2 evaporation
2) Iklim padang pasir (Bw) : precipitation > 1/2 evaporation

C. Iklim sedang (humid mesothermal climate)

27% of Earth's total surface area , 55 % of world's population , Warmest month > 50 degrees F, Coldest month > 32 degrees F but < 64.4 degrees F
1) Iklim sedang dengan musim panas yang kering (Cs – dry summer subtropical climate) : Dry summer / "Mediterranean"
2) Iklim sedang dengan musim dingin yang kering (Cw) : winter dry period
3) Iklim sedang yang lembab (Cf) : no dry season / all months > 1.2 in. precip.

D. Iklim dingin (humid microthermal climate)

21% of Earth's land surface (7% total surface) , warmest month > 50 deg F , coldest month < 32 deg F , great variability in temperature , snow climates , only in mountains in the southern hemisphere
1) Iklim dingin dengan musim dingin yang kering (Dw) : dry winter
2) Iklim dingin tanpa pernah kering (Df) : no dry period

E. Iklim kutub (polar)

warmest month below 50 degrees F
1) Iklim tundra (Et) : tundra and ice cap
2) Iklim es- salju abadi (Ef) : cold, ice climates

III. Klasifikasi Oldeman

Sistem klasifikasi iklim menurut Oldeman digunakan terutama pada lahan padi sawah lahan kering. Atas dasar pertimbangan bahwa curah hujan lebih besar atau sama dengan 200 mm per bulan dianggap cukup untuk usaha padi sawah, sedang untuk tanaman palawija curah hujan minimal 100 mm per bulan dianggap cukup. Umur padi sawah diperkirakan cukup selama 5 bulan. Oldeman membagi beberapa zone agroklimat seperti yang disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Klasifikasi iklim menurut Oldeman
Tabel 3.1 Klasifikasi iklim menurut Oldeman

Minggu, 03 Mei 2020

UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLIM

A. Pengertian dan Perbedaan Cuaca dan Iklim
Pengertian cuaca adalah kondisi udara yang terjadi di suatu daerah atau wilayah dalam periode waktu tertentu. Cuaca hanya terjadi dalam waktu singkat yaitu hanya beberapa jam yang disebabkan oleh adanya perbedaan suhu dan kelembaban (tingkat kebasahan udara).
Pengertian Cuaca dan Iklim Dan Perbedaannya
Perbedaan suhu dan kelembaban tersebut dapat menciptakan cuaca berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain yang dilatarbelakangi oleh sudut pemanasan matahari dikarenakan perbedaan lintang bumi. Selain itu cuaca juga dipengaruhi oleh corona yaitu aura plasma yang mengelilingi matahari dan bintang-bintang lainnya di angkasa.
Pengertian iklim adalah kondisi rata-rata cuaca pada suatu wilayah yang sangat luas dalam periode waktu yang sangat lama. Iklim terjadi dalam waktu lama, umumnya 11-30 tahun yang disebabkan oleh letak geografis dan topografi suatu wilayah yang mempengaruhi posisi matahari terhadap daerah di bumi.
Posisi matahari di wilayah khatulistiwa (equator) menyebabkan terjadinya iklim tropis sedangkan wilayah yang sedikit mendapat matahari akan menyebabkan iklim kutub (dingin). Oleh karena itu, di planet bumi memiliki beberapa iklim berdasarkan posisi relatif suatu tempat dan perbedaan dan pola perubahan suhu udara.
Setelah mengetahui pengertian cuaca dan iklim meskipun keduanya berbeda pengertian namun memiliki keterkaitan karena persamaan unsur terbentuknya cuaca dan iklim yaitu matahari, suhu, kelembaban udara, tekanan udara, angin, curah hujan dan awan.
Perbedaan antara cuaca dengan iklim, antara lain:
  • Ilmu yang mempelajari cuaca adalah meteorologi sedangkan ilmu yang mempelajari iklim adalah klimatologi.
  • Cuaca memiliki daerah cakupan dan pengamatan sempit sedangkan iklim lebih luas.
  • Pengamatan cuaca dilakukan selama 24 jam sedangkan iklim dilakukan selama 11-30 tahun.
  • Sifat cuaca cepat berubah sedangkan iklim sangat sulit berubah.
  • Prakiraan cuaca mudah sedangkan iklim sulit.
Contoh cuaca:
  • Cuaca pagi hari ini di Jakarta hujan dan diperkirakan cuaca pada sore hari cerah.
  • Cuaca di Surabaya pagi ini cerah diperkirakan siang cuaca berawan.
Contoh iklim:
  • Negara dengan Iklim Tropis: Indonesia, Brasil, Kamerun, Zambia
  • Negara dengan Iklim Subtropis: Jepang, Korea Selatan, Maroko, Uruguay, Amerika Serikat (sebagian), Yunani.
  • Negara dengan Iklim Sedang: Inggris, Prancis, Jerman, Denmark, Uzbekistan, Mongolia.
  • Negara dengan Iklim Kutub: Finlandia, Eslandia, Denmark, Swedia, Norwegia, Amerika Serikat (Alaska), Kanada
B. Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
1. Penyinaran Matahari 

Pengertian Penyinaran Matahari
 
Penyinaran matahari merupakan aktivitas matahari yang memancarkan sinarnya ke Bumi. Aktivitas matahari yang memancarkan sinarnya di Bumi ini merupakan aktivitas alamiah karena matahari adalah sebuah bintang besar yang memiliki cahayanya sendiri, sementara Bumi merupakan planet yang berada di sekitarnya dan mengorbit kepadanya.

Tipe- tipe Penyinaran Matahari
Matahari yang sinarnya sampai ke Bumi. ternyata memiliki berbagai macam tipe penyiaran. Mengapa dibedakan menjadi berbagai tipe? Hal ini karena memang penyinaran matahari etlihat berbeda- beda apabila dirasakan dari Bumi. adapun bebrbagai tipe penyinaran matahari antara lain sebagai berikut:
  1. Peyinaran secara langsung
Penyinaran secara langsung oleh matahari masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis, antara lain adalah:
  • Absorpsi
Merupakan penyerapan unsur- unsur radiasi matahari sperti sinar X, sinar gama, dan sinar ultraviolet oleh unsur- unsur yang dapat menyerap radiasi tersebut, seperti oksigen, ozon, debu, hidrogen serta nitrogen.
  • Refleksi
Merupakan pemanasan udara oleh matahari, namun dipantulkan kembali oleh uap air, awan dan juga partikel- partikel lainnya yang berada di atmosfer Bumi.
  • Difusi
Meruakan proses penyebaran panas atau sinar matahari yang dilakukan oleh atmosfer. Sinar gelombang yang pendek dan berwarna biru merupakan gelombang yang paling baik dihamburkan oleh udara, sehingga ketika siang hari udara tampak berwarna biru.
Nah itulah beberapa macam atau jenis dari penyinaran matahari secara langsung. Selanjutnya ada pula penyinaran matahari secara tidak langsung.
  1. Penyinaran tidak langsung
Penyinaran matahari secara tidak langsung adalh sinar matahari yang telah melalui udara yang bersifat diatermal. Artinya bahwa udara dapat melewatkan panas matahari. Sifat diatermal ini terjadi pada udara murni. Panas matahari yang sampai di permukaan Bumi atau kerak bumi akan akan memanaskan udara dingin yang berada di sekitarnya. Beberapa macam bentuk penyinaran tidak langsung oleh matahari antara lain sebagai berikut:
  • Konduksi
Konduksi adalah ketika udara panas menjalar ke udara dingin yang berada di atasnya, sehingga udara yang diatasnya pun ikut panas. Perlu diketahui, bahwa dalam konduksi ini udara pans tidak bergerak ke atas, namun hanya bersinggungan dengan udara dingin yang berada di atasnya.
  • Konveksi
Konveksi merupakan pemanasan udara di sekitar secara vertikal. Misalnya dengan kekuatan angin yang bergerak naik turun sehingga udara dingin yang berada di atasnya pun ikut oanas. Perbedaan konveksi dengan konduksi adalah bahwa dalam konveksi ini udara panas ikut naik ke atas.
  • Adveksi
Adveksi merupakan penyebaran panas yang berlangsung secara horisotal. Hal ini terjadi karena ada udara panas yang bergerak secara horizontal sehingga udara dinginpun akan ikut menjadi panas.
  • Turbulensi
Turbulensi adalah penyebaran panas yang berlangsung secara berputar- putar.
Nah itulah beberapa  jenis dari penyinaran matahari, yaitu penyinaran langsung maupun tidak langsung, yang kemudian masih dipecah lagi ke dalam beberapa jenis. Selanjutnya mengenai ciri- ciri penyinaran matahari.

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari ke Bumi merambat melewati udara dan juga lapisan atmosfer yang meyelimuti Bumi. Maka dari itulah terkadang ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyinaran matahari ke Bumi. adapun beberapa faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
  1. Jarak Bumi dengan Matahari
  2. Durasi hari dan sudut daratangnya radiasi matahari
  3. Pengaruh lapisan atmosfer Bumi
Nah itulah beberapa faktor yang mempengaruhi penyinaran matahari ke Bumi. Demikian pula informasi yang dapat kami sampaikan mengenai penyinaran atahari. Semoga bermanfaat bagi pembaca.

 2. Perbedaan Suhu Udara

Faktor yang Mempengaruhi Suhu Udara

Ketika kita berbicara tentang suhu, kita pasti akan membedakannya dalam dua macam, panas dan dingin. Juga bisa kita rasakan pada suhu udara yang berbeda antara siang dan malam.
Tentu saja, kita akan merasakan bahwa suhu di siang hari terasa sangat panas, sementara itu akan dingin atau sejuk di malam hari.
Tetapi ada kalanya suhu udara di malam hari akan terasa panas dan yang kita rasakan yaitu gerah bahkan hingga kita berkeringat.

Suhu udara yang kita rasakan saat ini, seperti panas, belum tentu sama suhunya di tempat lain, meskipun pada saat yang bersamaan.
Atau suhu siang hari tidak berbeda jauh dari suhu malam hari. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perubahan suhu udara di setiap lokasi, dan sarana yang berperan sangat penting dalam menentukan suhu udara adalah matahari.
Seperti yang kita tahu kalau matahari adalah pusat tata surya kita. Sinar matahari yang masuk ke Bumi tidak 100% diserap langsung oleh Bumi, setidaknya 7% sinar matahari dipantulkan kembali ke angkasa, dan 15% diserap oleh debu dan partikel-partikel yang terbawa udara di atmosfer Bumi.
Sinar matahari juga dipantulkan oleh awan sebesar 24% dan sebagian diserap oleh partikel awan sebesar 3%. Ketika semua sinar matahari di atmosfer bumi adalah sekitar 49%, sedangkan sisanya 51% mencapai permukaan bumi.
Sinar yang mencapai permukaan bumi tidak sepenuhnya digunakan, dipantulkan kembali ke 4%, sehingga hanya 47% dari sinar matahari yang digunakan.
Dengan 47% energi matahari mencapai permukaan bumi, kita merasa panas di Bumi pada siang hari, terutama kita yang hidup di daerah khatulistiwa atau tropis.
Anda dapat membayangkan bahwa sinar matahari yang mencapai bumi lebih dari 47%. Mungkin kita akan seperti dipanggang dan kemungkinan besar tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Lalu, apa faktor yang mempengaruhi suhu udara yang kita rasakan saat ini? Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi suhu udara:

1. Durasi atau lamanya waktu penyinaran matahari

Matahari memainkan peran yang sangat penting dalam mempengaruhi suhu udara. Semakin lama matahari menerangi suatu daerah, semakin tinggi suhu di wilayah tersebut.
Sebagai contoh, yang terjadi di daerah tropis, yaitu di Indonesia, di mana sinar matahari bersinar setidaknya selama 12 jam, suhu udara secara alami terasa panas.
Berbeda dengan belahan bumi utara atau selatan, periode sinar matahari yang lebih lama biasanya hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu di wilayah ketika musim panas tiba.
Dan ketika musim dingin tiba, panjang sinar matahari di kedua tempat sangat pendek, sehingga suhu udara menjadi dingin.

2. Sudut atau arah datangnya sinar matahari

Sudut terkecil datangnya sinar matahari terjadi pada pagi dan sore hari, saat sinar matahari yang dipancarkan tidak terlalu besar, sehingga suhu udara tidak terlalu panas.
Semakin besar sudut matahari, yang tepatnya di tengah hari, semakin panas suhunya. Sudut timbulnya sinar matahari adalah sudut yang dihasilkan dari sinar matahari di permukaan bumi.
Sehingga sinar matahari, yang membentuk tegak lurus dengan permukaan bumi, menghasilkan banyak sinar matahari.

3. Adanya awan di langit

Peran awan juga mempengaruhi suhu udara. Ketika awan melintas, sinar matahari kemungkinan akan terhalang oleh awan-awan ini.
Akibatnya, suhu udara di daerah itu perlahan-lahan berkurang. Hal lain yang bisa kita rasakan ketika hujan sepanjang hari, sinar matahari terhalang oleh awan mendung, sehingga suhunya turun dan kita biasanya merasa kedinginan.

4. Ketinggian di suatu tempat

Semakin rendah lokasi, semakin tinggi suhu dan, sebaliknya, semakin tinggi lokasi, semakin rendah pula suhu.
Perbedaan suhu udara disebabkan oleh perbedaan ketinggian dan kedalaman area yang lebih dikenal dengan amplitudo.
Jika kita turun ke dataran seperti pantai, kita akan merasakan bahwa udara menjadi panas dan sangat dingin ketika kita berada di dataran tinggi seperti gunung.
 Bagaimana menentukan suhu udara suatu tempat berdasarkan ketinggiannya? Penentuan suhu udara suatu tempat dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut.
1) Jika hanya diketahui ketinggian suatu tempat.



Ket.
T = Suhu udara yang dicari (°C).
26,3 = Konstanta (suhu udara rata-rata di daerah pantai tropis).
0,6 = Konstanta.
h = Tinggi tempat dalam ratusan meter.


Contoh soal:
Berapa suhu udara di daerah A, jika mempunyai ketinggian 1.500 m dari permukaan laut?
Jawab:
T = 26,3 – 0,6 (15)
= 26,3 – 9
= 17,3°C
Jadi, suhu udara di daerah A adalah 17,3°C.
2) Jika diketahui ketinggian dua tempat, yang satu diketahui suhu udaranya dan yang satu tidak.

∆T = Selisih suhu udara antara tempat 1 dengan tempat 2 (°C).
X = Ketinggian tempat yang diketahui suhu udaranya (m).
X 1,2 = Ketinggian tempat yang dicari suhu udaranya (m).


Contoh soal:
Kota A memiliki ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Ratarata suhu udara di kota A adalah 28°C. Berapakah rata-rata suhu udara kota B yang memiliki ketinggian 260 m di atas permukaan laut?

Jawab:
∆T
= 0,006 (5 – 215) × 1°C
= –1,26°C
Jadi, suhu udara kota B = 28°C – 1,26°C
= 26,74°C

5. Perbedaan garis lintang di suatu wilayah

Keberadaan garis lintang ini membagi bumi menjadi empat wilayah, tropis, subtropis, sedang dan dingin.
Daerah yang terletak di wilayah tropis atau di garis katulistiwa terasa sangat panas, sedangkan di daerah dingin, hanya di daerah kutub, suhu udara terasa sangat dingin.
Ini karena sinar matahari cenderung memasuki wilayah khatulistiwa atau tropis.

6. Pergerakan arus laut dan angin

Arus laut dan angin juga mempengaruhi suhu udara. Karena itu dapat terjadi ketika Australia mengalami musim dingin, angin dan arus laut yang mengarah ke Indonesia akan membuat beberapa wilayah Indonesia terasa dingin karena turunnya suhu udara.
Sebaliknya, jika angin dan arus laut disebabkan oleh suhu panas, daerah yang dilintasi mungkin terasa panas dan suhu udara bisa naik.

7. Kondisi geografis suatu wilayah

Untuk Indonesia yang mana sebagian besar pulaunya dikelilingi dengan perairan.
Perairan sendiri akan lama dalam menyerap panas sinar matahari tetapi akan lama pula dalam melepas panas sinar matahari.
Akibat dari hal tersebut, perbedaan suhu udara antara malam dengan siang hari tidak akan terlalu besar.
Perbedaan suhu udara yang besar biasanya akan terjadi di daerah yang letaknya jauh dari daerah perairan atau laut, seperti yang terjadi di Gurun Sahara.
Perbedaan suhu antara siang dengan malam malam hari di gurun sangat besar, jika di siang hari suhu udara akan sangat tinggi dan panas sementara pada malam hari suhu udara akan menurun dengan sangat drastis bahkan sampai mencapai minus 0 derajat celsius.
Untuk mengukur suhu udara itu tadi dibutuhkan alat ukur yang bernama termometer / termograf.

3. Perbedaan Tekanan Udara
  • Tekanan udara ialah sebuah tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Pada prinsipnya, tekanan udara sama saja seperti tekanan pada zat cair. Tekanan udara di puncak gunung akan berbeda dengan sebuah tekanan udara di pantai. Hal ini disebabkan di puncak gunung jumlah partikel udaranya semakin kecil yang mengakibatkan pada gaya gravitasi partikel nya juga kecil, sehingga tekanan pada udaranya pun akan semakin kecil.
  • Tekanan udara adalah tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Diukur dengan menggunakan barometer. Satuan tekanan udara adalah milibar (mb). Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut sebagai isobar.
Tekanan udara dapat diukur dengan menggunakan barometer. Toricelli pada tahun 1643 menciptakan barometer air raksa. Karena barometer air raksa tidak mudah dibawa ke mana-mana, dapat menggunakan barometer aneroid sebagai penggantinya.
Tekanan udara akan berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat sehingga semakin tinggi tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan udarannya. Kondisi ini karena makin tinggi tempat akan makin berkurang udara yang menekannya. Satuan hitung tekanan udara adalah milibar, sedangkan garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat dengan tekanan udara yang sama disebut isobar.
Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut juga dapat diukur dengan menggunakan barometer. Kenaikan 10 m suatu tempat akan menurunkan permukaan air raksa dalam tabung sebesar 1 mm. Dalam satuan milibar (mb), setiap kenaikan 8 m pada lapisan atmosfer bawah, tekanan udara turun 1 mb, sedangkan pada atmosfer atas dengan kenaikan > 8 m tekanan udara akan turun 1 mb.
Barometer aneroid sebagai alat pengukur ketinggian tempat dinamakan juga altimeter yang biasa digunakan untuk mengukur ketinggian kapal udara yang sedang terbang.

Rumus Tekanan Udara

h = (760 – x) . 10
Keterangan:
h : ketinggian suatu tempat (m)
x : tekanan tempat tersebut (mmHg)

Contoh Soal Tekanan Udara

Seorang pendaki mendaki suatu gunung hingga puncaknya. Bila sikap barometer raksa di puncak tersebut yaitu 55 cmHg, berapakah ketinggian gunung yang didaki ??
Pembahasan
Diketahui:
Tekanan udara = 55 cmHg
Ditanya:
Tinggi gunung itu terhadap permukaan laut = …?
Jawab:
Turunnya tekanan udara = 76 – 55 = 21 cmHg
Tinggi gunung = 21 x 100
= 2.100 m
Jadi, tinggi gunung tersebut adalah 2.100 m di atas permukaan laut.

Jenis-Jenis Alat Ukur Tekanan Udara

1. Barometer air raksa

Salah satu jenis alat ukur tekanan udara ini ialah Barometer yang digunakan oleh Torricelli termasuk barometer air raksa. Pada barometer air raksa terdapat sebuah skala yang menunjukkan pada tekanan udara dalam cmHg.

2. Barometer air

Jenis alat tekanan udara ini ialah Barometer air yang pertama kali dibuat oleh Otto Von Genricke. Prinsip kerja barometer ini sama dengan barometer air raksa, perbedaannya terletak pada zat cair pengisi barometer, yaitu air.

3. Barometer aeroid

 Jenis alat tekanan udara yang satu ini ialah Barometer aeroid terbuat dari logam. Barometer aeroid yang berukuran kecil sehingga mudah dibawa atau dipindahkan. Barometer aeroid terdiri atas sebuah kotak logam yang berisi udara dengan tekanan udara yang sangat rendah. Permukaan pada barometer dibuat bergelombang. Jarum penunjuk, pegas, serta angka angka pada skala barometer berbentuk lingkaran. Barometer ini biasanya digunakan oleh para penerbang dan pendaki gunung.

4. Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah.

Pengertian lain dari angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah.

Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.

Proses Terjadinya Angin
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga akan terjadi perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, akibatnya akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.

Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerahyang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain.

Angin buatan dapat dibuat dengan menggunakan berbagai alat mulai dari yang sederhana hingga yang rumit. Secara sederhana angin dapat kita ciptakan sendiri dengan menggunakan telapak tangan, kipas sate, koran, majalah, dan lain sebagainya dengan cara dikibaskan. Sedangkan secara rumit angin dapat kita buat dengan kipas angin listrik, pengering tangan, hair dryer, pompa ban, dan lain sebagainya. Secara alami kita bisa menggunakan mulut, hidung, lubang dubur, dan sebagainya untuk menciptakan angin.

Udara dapat membawa partikel bau dari suatu zat sehingga angin dapat membawa bau atau aroma mulai dari aroma yang sedap hingga aroma yang tidak sedap di hidung kita. Bau masakan, bau amis, bau laut, bau sampah, bau bensin, bau gas, bau kentut, bau kotoran, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh bau yang dapat dibawa angin.

Berikut ini adalah proses terjadinya beberapa jenis angin:
Proses Terjadinya Angin Pasat



Angin pasat terjadi bila terjadi perbedaan densitas udara di daerah sekitar lintang 30 derajat (baik lintang utara maupun selatan yang bertekanan maksimum dan sekitar lintang 10 derajat yang bertekanan minimum.

Proses Terjadinya Angin Muson


Benua (daratan) dan samudra (perairan) merupakan dua wilayah yang memiliki sifat fisika berbeda dalam hal menerima energi panas. Sebagai material padat, benua lebih cepat menyerap panas tetapi cepat pula melepaskannya. Sebaliknya, samudra atau wilayah perairan lebih lambat menerima dan melepaskan enegi panas. Perbedaan sifat fisik kedua wilayah ini tentunya mengakibatkan perbedaan kerapatan dan tekanan udara.

Akibat adanyaperbedaan tekanan udara yang sangat mencolok antara wilayah benua dan samudra, mengalirlah massa udara yang disebut angin muson (monsoon) dari kawasan benua ke samudra atau sebaliknya. Perubahan arah gerakan muson biasanya seiring dengan pergantian musim panas dan dingin.

Proses Terjadinya Angin Darat dan Angin Laut


Angin darat dan angin laut merupakan jenis angin lokal yang terjadi di wilayah pantai dan sekitarnya. Massa daratan mempunyai sifat fisik cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan, massa lautan lambat dalam menyerap panas dan lambat pula melepaskannya.

Sifat ini menyebabkan perbedaan tekanan udara pada kedua tempat tersebut dalam waktu yang bersamaan. Pada siang hari daratan lebih cepat menerima panas, sehingga udara menjadi panas lalu memuai dan bertekanan lebih rendah dari lautan. Perbedaan tekanan ini menyebabkan bertiupnya angin dari laut ke darat. Angin dari laut ke darat ini disebut sebagai angin laut.

Sedangkan pada malam hari tekanan udara di darat lebih tinggi dibanding tekanan udara di laut. Perbedaan tekanan ini menyebabkan bertiupnya angin dari darat ke laut seingga terjadilah angin darat.
 
Proses Terjadinya Angin Gunung dan Angin Lembah



Pada pagi sampai menjelang siang hari, bagian lereng atau punggung pegunungan lebih dahulu disinari matahari bila dibandingkan dengan wilayah lembah. Akibatnya, wilayah lereng lebih cepat panas dan mempunyai tekanan udara yang rendah, sedangkan suhu udara di daerah lembah masih relatif dingin sehingga mempunyai tekanan udara yang tinggi. Maka massa udara bergerak dari lembah ke lereng atau ke bagian punggung gunung. Massa udara yang bergerak ini disebut sebagai angin lembah.

Pada malam hari, suhu udara di wilayah gunung sudah sedemikian rendah sehingga terjadi pengendapan massa udara padat dari wilayah gunung ke lembah yang masih relatif lebih hangat. Gerakan udara inilah yang disebut angin gunung.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Angin

Berikut ini terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya angin, terdiri atas:
  • Gradien Barometris
Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.

RUMUS GRADIEN BAROMETRIK

Gradien Barometrik adalah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara melalui dua garis isobar yang dihitung untuk tiap-tiap 111 km = 1° di ekuator.

Satuan jarak diambil dari 1° di ekuator yang panjangnya sama dengan 111 km (1/360 × 40.000 km = 111 km).

Isobar adalah garis khayal yang memiliki tekanan udara yang sama.

Alat untuk mengukur tekanan udara adalah barometer.


Rumus mencari gradien barometrik:

Diketahui dua buah isobar masing-masing bertekanan 1.050 mb dan 1.000 mb. Kedua isobar itu berjarak 400 km. Berapakah gradien barometriknya?

diketahui
isobar 1 = 1.050 mb
isobar 2 = 1.000 mb
jarak (d) = 400 km

ditanya
Gradien Barometrik?

jawab:

GB = b x ( 111 km / d )
GB = selisih isobar x ( 111 km / jarak )
     = 1.050 - 1.000 x ( 111 km / 400 km )
     = 50 x ( 0,278 )
     = 13.87

Jadi, gradien barometrik antara isobar pertama dan isobar kedua dalam jarak 400 km adalah 13.87 mb/km.
  • Letak Tempat
Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis khatulistiwa.
  • Ketinggian Tempat
Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan ini semakin kecil.
  • Waktu
Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari.
  • Keadaan Topografi
Jika angin menerpa pada topografi berupa gunung ia akan cenderung naik, berbeda jika ia menerpa pada topografi berupa dataran, ia akan cenderung lurus-lurus saja.
  • Daratan dan Lautan
Angin yang bergerak di daratan akan cenderung mengikuti keadaan permukaan daratan, berbeda jika angin yang berhembus di atas lautan maka ia akan ikut mempengaruhi bentuk muka air laut, bahkan pergerakan arus di atas laut. Sehingga ia lebih bebas bergerak di atas lautan daripada di daratan.
  • Adanya Pepohonan
Sangat berpengaruh jika pohon tersebut cukup tinggi dan menggangu laju angin.
 
Jenis-Jenis Angin

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis angin, terdiri atas:
1. Berdasarkan Angin Lokal

Terdiri atas:

Angin Laut


Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut.
Angin Darat


Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00. Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana.
Angin Lembah


Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.
Angin Gunung


Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam hari.
Angin Ribut/Puyuh


Biasa juga dikenal dengan puting beliung, yaitu angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar seperti spiral hingga menyentuh permukaan bumi dan punah dalam waktu singkat (3-5 menit). Kecepatan angin rata-ratanya berkisar antara 30-40 knots. Angin ini berasal dari awan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan yang bergumpal berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi. Namun, tidak semua awan Cumulonimbus menimbulkan puting beliung.

Puting beliung dapat terjadi dimana saja, di darat maupun di laut dan jika terjadi di laut durasinya lebih lama daripada di darat. Angin ini lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, terkadang pada malam hari dan lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Luas daerah yang terkena dampaknya sekitar 5-10 km, karena itu bersifat sangat lokal.
2. Berdasarkan Angin Musim

Terdiri atas:

Angin Fohn


Angin Fohn/angin jatuh adalah angin yang terjadi seusai hujan Orografis. angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda. Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain. Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering, karena uap air sudah dibuang pada saat hujan Orografis.

Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena angin ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhada serangan penyakit.
Angin Muson


Angin Munsoon, Moonsun, muson adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.
Angin Musim Barat


Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang mengalir dari Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan mengandung curah hujan yang banyak di Indonesia bagian Barat, hal ini disebabkan karena angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra. Contoh perairan dan samudra yang dilewati adalah Laut China Selatan dan Samudra Hindia. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan.

Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari dan Februari, dan maksimal pada bulan Januari dengan kecepatan minimum 3 m/s.
Angin Musim Timur


Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas) sedikit curah hujan (kemarau) di Indonesia bagian Timur karena angin melewati celah-celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Ini yang menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau. Terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.
Angin Pasat


Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.

Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah tenang).
Angin Anti Pasat


Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar lintang 20o – 30o LU dan LS, angin anti passat kembali turun secara vertikal sebagai angin yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun di Australia.

Karena adanya Gradien Tekanan maka angin akan selalu bertiup dari tempat yang memiliki tekanan udara tinggi ke tempat dengan tekanan udara rendah. Sehingga menyebabkan angin bertiup dari Lintang sedang ke daerah Ekuator.
Manfaat Angin

Manfaat angin adalah sebagai berikut :
  • Angin untuk menggerakan perahu layar menelusuri nusantara, bahkan untuk menembus batas lintas negara, misalnya seperti Orang Buton.
  • Angin sebagai tenaga listrik pengganti bahan bakar diesel atau batubara, di negara Australia angin digunakan sebagai tenaga listrik pengganti bahan bakar diesel atau batubara.
  • Angin sangat untuk perjalanan para nelayan pulang dan pergi.
  • Angin berfungsi sebagai instrument untuk membantu take-off atau landing pesawat di landasan pacu bandara.
  • Angin juga bermanfaat untuk menghilangkan rasa panas dan gerah. seperti pada alat kipas angin.Dibidang olahraga, ski air, paralayang , dan lain-lain.
Fungsi Angin

Fungsi angin yaitu sebagai pencampur lapisan udara, antara udara panas dan udara kering, antara udara panas dan udara dingin, udara lembab dan udara kering, udara yang kaya dengan CO2 dengan udara dengan CO2 yang rendah.

Dengan siklus fungsi tersebut, maka siklus hidrologi dapat berlangsung dan keracunan CO2 pada pusat kota serta kawasan industri dapat dihindari.
Penyebab, Akibat dan Upaya Pencegahan

1. Penyebab yang sering mengakibatkan kerusakan bangunan akibat angin:
Dimensi kekecilan
Akibat Puntir
Mutu beton tidak memenuhi syarat
Pembesian tidak benar
Metode pelaksanaan tidak benar
Kesalahan pelaksanaan

2. Akibat yang timbul pada bangunan:
Bangunan terangkat
Bangunan bergeser dari pondasinya
Robohnya bangunan
Atap terangkat
Bangunan rusak

3. Upaya pencegahan tekanan dan hisapan adalah dengan cara:
Penerapan prinsip tanggul atau perisai, misalnya dengan pohon tinggi berdaun rapat, atau dengan pagar tembok dengan memberi perkuatan berupa kolom praktis pada jarak 3-4 meter dan kolom perkuatan yang miring posisinya pada jarak 6-8 meter, serta menggunakan slop dan balok atas dinding.
Bangunan berada pada permukaan tanah yang lebih rendah, sehingga angin yang bergerak tertahan oleh permukaan tanah yang tinggi.
Menanam pohon pada jarak yang cukup (minimal 6 meter) dari bangunan.
Ketinggian bangunan dan penggunaan atap yang tidak curam.
Membangun bangunan baru atau rumah atau lainnya, memerhatikan persyaratan penting, yaitu:
  • Lebar atau bentang bangunan idealnya
  • Bahan kerangka bangunan
  • Hubungan antar unsur (slop, kolom, balok ring, dll)
  • Hubungan kuda-kuda dengan ring balok
  • Bahan kuda-kuda dengan menggunakan baja atau kayu
  • Terjadi momen pada hubungan kuda-kuda dan ring balok.
5. Awan

Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain. Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antarbintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu cabang meteorologi.

Di Bumi substansi biasanya presipitasi uap air. Dengan bantuan partikel higroskopis udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-konvektif skala.

Pada beberapa soal, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air superdingin. Tetesan dan kristal biasanya diameternya sekitar 0,01 mm (0,00039 in). Paling umum dari pemanasan matahari di siang hari dari udara pada tingkat permukaan, angkat frontal yang memaksa massa udara lebih hangat akan naik lebih ke atas dan mengangkat orografik udara di atas gunung. Ketika udara naik, mengembang sehingga tekanan berkurang.

Proses ini mengeluarkan energi yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi oleh milyaran tetesan lain atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan tidak adanya inti kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan terhambat. dalam awan padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%) di seluruh awan terlihat berbagai panjang gelombang, sehingga tampak putih, di atas.

Tetesan embun (titik-titik air) cenderung efisien menyebarkan cahaya, sehingga intensitas radiasi matahari berkurang dengan kedalaman arah ke gas, maka warna abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang tampak di dasar awan. Awan tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan mereka atau latar belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat matahari terbit atau terbenam, mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat lebih gelap di dekat-inframerah karena air menyerap radiasi matahari pada saat- panjang gelombang .

Pembentukan awan

Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:
  1. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyengat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.
  2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfer lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air.
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik di mana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
Jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan awan menghilang. Inilah yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan.

Keluarga-Keluarga Awan

Awan Tinggi (Keluarga A)

Bentuk awan tinggi antara 10.000 dan 25.000 kaki (3.000 dan 8.000 m) di daerah kutub, 16.500 dan 40.000 kaki (5.000 dan 12.000 m) di daerah beriklim sedang dan 20.000 dan 60.000 kaki (6.000 dan 18.000 m) di daerah tropis . [ 2]
Awan di Keluarga A meliputi:
  • Genus cirrus (Ci): Gumpalan awan putihberserat kristal es halus yang terlihat jelas di angkasa biru. Secara umum non-konvektif kecuali castellanus dan spesies floccus.
    • Spesies cirrus fibratus (Ci fi): Sirrus berserat tanpa jumbai atau kait.
    • Spesies cirrus uncinus (Ci unc): Hooked sirrus filamen.
    • Spesies cirrus spissatus (Ci spi): Sirrus patchy padat.
    • Spesies cirrus castellanus (Ci cas): Sebagian sirrus menara.
    • Spesies cirrus floccus (Ci flo): Sebagian sirrus berumbai.
  • Genus cirrocumulus (Cc): Lapisan awan yang tampak seperti ombak di pasir pantai, berbentuk bulat kecil atau serpih dan bewarna putih yang berkelompok atau berbaris.[1]
    • Spesies cirrocumulus stratiformis (Cc str): Sheets atau patch yang relatif datar cirrocumulus.
    • Spesies cirrocumulus lenticularis (Cc len): Lens cirrocumulus berbentuk.
    • Spesies cirrocumulus castellanus (Cc cas): Cirrocumulus menara.
    • Spesies cirrocumulus floccus (Cc flo): Cirrocumulus berumbai.
  • Genus cirrostratus (Cs): A non-konvektif cadar tipis yang biasanya menimbulkan halos. Matahari dan bulan terlihat di garis yang jelas. Biasanya mengental menjadi menjelang altostratus depan hangat atau daerah tekanan rendah.
    • Spesies cirrostratus fibratus (Cs fib): Cirrostratus berserat kurang terlepas dari cirrus.
    • Spesies cirrostratus nebulosus (Cs neb): Rata selubung cirrostratus.

Awan Tengah (Keluarga B)

Awan Tengah cenderung terbentuk pada 6.500 kaki (2.000 m), tetapi dapat terbentuk pada ketinggian sampai 13.000 kaki (4.000 m), 23.000 kaki (7.000 m) atau 25.000 kaki (8.000 m), tergantung pada daerah. Umumnya lebih hangat iklim, semakin tinggi dasar awan. Nimbostratus merupakan awan pada ketinggian menengah yang dapat bergerak turun hingga ketinggian rendah pada saat hujan. [2] The World Meterological Organisasi mengklasifikasikan Nimbostratus sebagai awan menengah yang dapat mengentalkan ke dalam rentang ketinggian rendah selama hujan. [3]
Awan di Keluarga B meliputi:
  • Genus altocumulus (Ac): Ini adalah awan tengah yang biasanya muncul dalam bentuk tambalan tidak teratur atau lembaran lebih luas yang disusun dalam kelompok, garis, atau gelombang. Altocumulus dapat menghasilkan virga, presipitasi yang sangat ringan yang menguap sebelum mencapai tanah.
    • Spesies altocumulus stratiformis (Ac str): Sheets atau patch yang relatif datar altocumulus.
    • Spesies altocumulus lenticularis]] (Ac len): Lens altocumulus berbentuk.
    • Spesies altocumulus volutus (Ac vol): Altocumulus memanjang dan berbentuk tabung.
    • Spesies altocumulus castellanus (Ac cas): Altocumulus menara.
    • Spesies altocumulus floccus (Ac flo): Altocumulus berumbai.
  • Genus altostratus (As): Altostratus adalah lapisan abu-abu buram tingkat menengah atau tembus cahaya yang sering terbentuk di sepanjang bagian depan yang hangat dan di sekitar area bertekanan rendah. Altostratus biasanya terdiri dari tetesan air, tetapi dapat dicampur dengan kristal es di ketinggian yang lebih tinggi. Altostratus buram yang tersebar luas dapat menghasilkan presipitasi kontinu atau intermiten yang ringan.
    • Tidak ada spesies yang dibedakan.

Awan Rendah (Keluarga C1)

Ini ditemukan dari dekat permukaan hingga 6.500 kaki (2.000 m) [2] dan termasuk Stratus genus. Ketika awan Stratus kontak dengan tanah, mereka disebut kabut, meskipun tidak semua bentuk kabut dari Stratus.
Awan di Keluarga C1 meliputi:
  • Genus stratocumulus (Sc): Awan konveksi yang sedikit biasanya dalam bentuk pola-pola tidak teratur atau bulat, mirip dengan altocumulus tetapi ukurannya lebih besar dan bewarna lebih gelap.
    • Spesies stratocumulus stratiformis (Sc str): Sheets atau patch yang relatif datar stratocumulus.
    • Spesies stratocumulus lenticularis (Sc len): Lens stratocumulus berbentuk.
    • Spesies stratocumulus castellanus (Sc cas): Stratocumulus menara.
  • Genus Stratus (St): Awan berlapisan seragam yang menyerupai kabut tetapi tidak menyentuh ke permukaan tanah (relatif tinggi).[1]
    • Spesies nebulosus Stratus (St cotok): Rata selubung Stratus.
    • Spesies Stratus fractus (St fra): Kasar putus selembar Stratus.

Awan Rendah Tengah (Keluarga C2)

Awan ini dapat didasarkan manapun dari permukaan dekat sekitar 10.000 kaki (3.000 m). Cumulus biasanya bentuk pada rentang ketinggian rendah tetapi dasar akan naik ke bagian bawah kisaran menengah saat kondisi kelembaban relatif sangat rendah. Nimbostratus biasanya bentuk dari altostratus di tengah rentang ketinggian tetapi dasar mungkin mereda ke kisaran rendah selama precipitaion. Kedua jenis awan dapat mencapai ketebalan yang signifikan dan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai awan vertikal (Keluarga D), terutama di Eropa. [4] Namun, cumulus biasa, menurut definisi, tidak sesuai dengan tingkat vertikal yang menjulang cumulus (kumulus congestus) atau paling cumulonimbus . Nimbostratus Sangat tebal dapat perkiraan cumulus menjulang, tetapi jatuh juga pendek tingkat vertikal awan cumulonimbus berkembang dengan baik. Awan di Keluarga C2 meliputi:
  • Genus nimbostratus (Ns): Nimbostratus adalah lapisan abu-abu gelap yang difus yang terlihat lemah dari dalam dan umumnya membawa curah hujan yang luas dan visibilitas rendah.
    • Tidak ada spesies yang dibedakan.
  • Genus cumulus (Cu): Ini adalah awan konvektif yang terbentuk di tumpukan dan memiliki tingkat vertikal variabel tergantung pada spesies.
    • Spesies cumulus humilis (Cu hum): Awan dari spesies ini memiliki pangkalan rata berwarna abu-abu muda dan atasan putih. Mereka tidak menghasilkan presipitasi apa pun karena kurangnya pengembangan vertikal.
    • Spesies cumulus fractus (Cu fra): Spesies ini terlihat ketika awan kumulus kecil memiliki penampilan yang kasar.
    • Spesies cumulus mediocris (Cu med): Awan ini memiliki dasar datar abu-abu sedang dan bagian atas berkubah putih. Hujan ringan lokal kadang-kadang terlihat pada spesies ini.

Awan Vertikal (Keluarga D)

  • Genus cumulonimbus (Cb): Awan dengan massa besar dan menjulang dari ketinggian rendah hingga sangat tinggi, rawan badai dan petir. Mereka membentuk dalam massa udara yang sangat stabil, khususnya sepanjang front yang bergerak cepat dingin.
    • Spesies cumulonimbus calvus (Cb cal): Awan cumulonimbus dengan sangat tinggi memotong puncak kubah-jelas mirip dengan gumpalan awan yang menjulang tinggi.
    • Spesies cumulonimbus capillatus (Cb cap): Awan cumulonimbus dengan puncak yang sangat tinggi yang telah menjadi berserat karena adanya kristal es.
Fitur Supplimentary inkus capillatus cumulonimbus (Cb ink cap): Sebuah cumulonimbus inkus atas awan adalah salah satu yang telah menyebar ke bentuk landasan yang jelas sebagai akibat dari memukul lapisan inversi di bagian atas troposfer. Fitur Supplimentary dengan mammatus cumulonimbus (Cb Mam): Sebuah dasar awan mammatus ditandai oleh gelembung-tonjolan ke bawah seperti menghadap disebabkan oleh downdrafts lokal dalam awan. WMO Resmi jangka cumulonimbus Mama.
  • Genus cumulus (Cu) [6] [7]
    • Spesies cumulus congestus (WMO: Cu Con / ICAO: TCU): Awan dengan ukuran vertikal (lebar) yang besar dan bewarna gelap keabu-abuan.
      • Pyrocumulus (tidak ada singkatan resmi): awan Cumulus yang terkait dengan letusan gunung berapi dan kebakaran skala besar. Tidak diakui oleh WMO sebagai genus yang berbeda atau spesies.

6. Hujan
Pengertian Hujan, Jenis-Jenis Hujan Dan Gambar Lengkap Hujan adalah suatu presipitasi berwujud cairan. Hujan membutuhkan adanya lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu diatas titik leleh es didekatdan diatas permukaan bumi. Di bumi, Hujan ialah suatu proses kondensasi uap airdi atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba didaratan. Terjadinya hujan disebabkan oleh faktor-faktor

Jenis Hujan Berdasarkan Proses Terjadinya

Berdasarkan proses terjadinya, hujan dikelompokan menjadi 6 macam hujan yaitu: Hujan Siklonal, Hujan Zenithal atau Senithal, Hujan Orogafis, Hujan Frontal, Hujan Muson, dan Hujan Buatan.

Hujan Siklonal

Hujan siklonal adalah hujan yang terjadi akibat naiknya udara panas dari permukaan bumi diikuti adanya angin yang berputar-putar pada titik tertentu. Umumnya jenis hujan ini  hanya dapat terjadi di daerah sekitar katulistiwa. Ciri identik dari hujan ini yaitu mendung gelap pekat secara mendadak dan menghasilkan guyuran hujan yang sangat deras. Berikut gambar hujan Siklonal :


Hujan Zenithal

Hujan Zenithal atau Hujan Senithal adalah hujan yang terjadi akibat pertemuan angin pasat tenggara dan angin pasat timur. Jenis hujan ini umumnya hanya terjadi di daerah sekitar khatulistiwa. Udara panas hasil pertemuan tersebut naik ke atmosfer sehingga menyebabkan suhu sekitar awan turun perlahan. Dengan adanya penurunan suhu tersebut maka terjadilah kondensasi secara berangsur-angsur yang mengyebabkan awan mencapai titik jenuh. Saat titik tersebut hujan zenithal turun ke bumi. Berikut ini gambar hujan Zenithal:

Hujan Orografis

Hujan Orografis adalah hujan yang terjadi akibat pergeseran awan yang mengarah horizontal yang disebabkan oleh angin. Angin membawa awan hingga mencapai daerah pegunungan dan akan mengalami kondensasi sebab suhu dingin yang ada disekitarnya. Kondensasi tersebut terjadi secara berangsur-angsur hingga awah mencapai tiytik jenuh hingga terjadilah hujan. Berikut ini gambar hujan orografis:
 

Hujan Frontal

Hujan Frontal adalah hujan yang terjadi akibat pertemuan massa udara dingin dengan massa udara panas. Pertemuan dua udara tersebut terjadi di tempat yang bernama bidang front. Pertemuan tersebut menyebabkan masa udara dingin berada di bawah dan menstimulasi terjadinya hujan di sekitar bidang front. Berikut ini gambar hujan frontal:

Hujan Muson

Hujan muson adalah jenis hujan yang terjadi karena pengaruh angin muson. Angin muson tersebut terjadi karena pengaruh gerak semu tahunan matahari terhadap khatuliswa bumi. Hukan muson di Indonesia terjadi antara bulan Oktober hingga April, sedangkan di kawasan Asia Timur jenis hujan ini terjadi antara bulan Mei hingga Agustus. Karena siklus angin dan hujan muson maka terdapat musim hujan dan kemarau. Berikut ini gambar hujan muson:


Hujan Buatan

Hujan buatan adalah hujan yang terjadi akibat campur tangan manusia dalam memanipulasi keadaan fisik atmosfer lokal, atau lebih tepatnya manusia memanfaatkan proses tumbukan dang penggabungan awan atau ice nucleation. Curah hujan buatan biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan jenis hujan lainnya. Berikut ini gambar hujan buatan:

Jenis Hujan Berdasarkan Partikelnya

Berdasarkan ukuran partikelnya, hujan dibedakan menjadi 5 macam hujan yaitu:

Hujan Gerimis

Hujan gerimis adalah hujan yang menjatuhkan partikel air dengan butiran berukuran diameter < 0,5 mm.

Hujan Deras

Hujan deras adalah hujan yang menjatuhkan partikel air dengan butiran berukuran diameter >7,0 mm.

Hujan Salju

Hujan Salju adalah hujan yang menjatuhkan kristal-kristal es dengan suhu di bawah 0°C.

Hujan Es

Hujan Es adalah hujan yang menjatuhkan es berukuran lebih besar dari salju. Namun fenomena hujan es sangat jarang terjadi.

Hujan Asam

Hujan asam adalah hujan yang menjatuhkan partikel air dengan tingkat keasaman tinggi. Air hujan ini mengandung senyawa NO3 atau H2S.

Jenis Hujan Berdasarkan Curahnya

Berdasarkan curah atau jumlah air yang jatuh ke bumi, BMKG mengelompokan hujan menjadi 3 yaitu

Hujan Sedang

Hujan sedang yakni hujan dengan curah atau jumlah air sebanyak 20 mm hingga 50 mm perhari.

Hujan Lebat

Hujan lebat yakni hujan dengan curah atau jumlah air sebanyak 50 mm hingga 100 mm perhari.

Hujan Sangat Lebat

Hujan sangat lebat yakni hujan dengan curah hujan atau jumlah air > 100 mm perhari.

7. Kelembaban Udara
 Bagaimanakah kondisi udara yang dapat kamu rasakan di daerah pegunungan dan di dataran rendah? Udara di pegunungan terasa sejuk dan dingin. Sedang udara di dataran rendah terasa kering dan panas.Mengapa demikian? Udara terasa sejuk karena mengandung banyak uap air atau tingkat kelembapannya tinggi. Sedang udara terasa keringkarena kandungan uap air sedikit atau tingkat kelembapannya rendah. Perlu diingat bahwa semakin tinggi suhu udara, kemampuanmenyimpan uap air semakin banyak, dan sebaliknya. Jadi, kelembapan udara dipengaruhi suhu. Kelembapan udara dibedakan menjadikelembapan mutlak atau absolut, dan kelembapan relatif atau nisbi.

a. Kelembapan Mutlak atau Absolut
Apakah yang dimaksud kelembapan mutlak atau absolut?
Untuk mengetahuinya, coba perhatikan gambar di samping.Pada gambar itu dapat dilihat bahwa evaporasi berlangsung dalam wadah tertutup. Uap air semakin lama bertambah banyak,kemudian terjadi kondensasi. Tetes-tetes air yang terbentuk mengumpul di bawah tutup wadah. Pada saat tertentu udara dalam wadah tidak mampu lagi menyerap molekul uap air. Keadaan ini telah mencapai jenuh uap air.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kelembapanmutlak adalah jumlah uap air aktual dalam volume udara tertentu dan pada suhu udara tertentu. Udara hangat lebih berpotensi menahan uap air daripada udara dingin. Dengan demikian,kelembapan mutlak lebih tinggi di daerah tropis dibanding di daerah sedang yang dingin. Kelembapan absolut lebih sulit ditentukan atau diukur dibanding kelembapan relatif.

b. Kelembapan Relatif atau Nisbi
Kelembapan relatif secara langsung dipengaruhi oleh perubahan suhu udara. Bila suhu udara naik, maka jumlah uap air yang dapat dikandung juga meningkat sehingga kelembapan relatifnya turun. Dan sebaliknya, bila suhu udara turun, kelembapan relatifnya naik, karena kapasitas udara menyimpan uap air berkurang. Kelembapan relatif menunjukkan perbandingan jumlah uap air aktual di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dapat dikandung udara pada suhu tertentu.
Kelembapan relatif (LR) dapat dirumuskan sebagai berikut.


LR = Kelembapan relatif (%).
e = Kandungan uap air aktual di udara.
E = Kemampuan maksimal udara dalam mengandung uap air.
Contoh:
Daya tampung maksimum udara untuk menyimpan uap air pada suhu 20° C adalah 30 gr/m3
Uap air yang terkandung dalam udara saat pengukuran adalah 15 gr/m3  . Berapakah kelembapan relatifnya?
Jawab 
Pengukuran Kelembapan Relatif
Kelembapan relatif dapat diukur dengan menggunakan higrometer. Alat ini umumnya terdiri atas
termometer bola kering dan termometer bola basah. Disebut termometer bola basah karena higrometer pada pangkal bola dibungkus kain bersumbu dan jenuh air. Dan, termometer suhunya adalah termometer biasa. Untuk mengetahui kelembapan relatif pada waktu tertentu, diperlukan catatan tentang suhu udara dari termometer bola kering, serta menghitung perbedaan antara pembacaan bola kering dan basah yang disebut penurunan bola basah (wet bulb depression).