Di
dalam suatu pengukuran, hampir tidak ada satu metode ataupun alat yang dapat
memberikan hasil yang pasti benar. Artinya, setiap pengukuran selalu ada
kesalahannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar besar kesalahan
dapat diterima. Nah, oleh karena itulah diperlukan koreksi untuk memperkecil
kesalahan tersebut. Kesalahan dalam suatu pengukuran dapat terjadi karena
beberapa sebab, yaitu:
1.
Kesalahan Alami (Natural Error)
Kesalahan
seperti ini bisa terjadi karena pengaruh gangguan alami seperti angin, suhu
yang tinggi, serta gaya berat.
2.
Kesalahan Alat (Instrumental Error)
Kesalahan
ini terjadi antara lain karena perbedaan panjang alat dari dua alat ukur dengan
seri atau buatan pabrik yang berbeda.
3.
Kesalahan Petugas Pengukur
Kesalahan
ini bisa terjadi karena petugas kurang cermat dalam memasang dan membaca alat.
Adanya
kesalahan seperti yang bersumber dari ketiga sumber di atas dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan merambat maupun kesalahan kumulatif yang mungkin masih
bisa dikoreksi. Ada juga yang tidak bisa dikoreksi. Beberapa kesalahan tersebut
bisa dikoreksi dengan langkah-langkah berikut.
1.
Kesalahan Panjang Alat Ukur
Kesadaran
ini terjadi akibat alat ukur yang berbeda dengan alat ukur standar. Akibatnya,
kesalahan yang timbul bersifat merambat dalam suatu pengukuran juga
perhitungannya. Untuk menghilangkan kesalahan tersebut, panjang alat perlu
dikoreksi dengan rumus berikut.
Misalnya
panjang suatu pita ukur = 50 m, sedangkan diketahui ukuran standar panjang pita
ukur = 50,02 m. Sehingga factor koreksi C1 =
(50,02 –50)/50 = 0,0004 m. Jadi, jarak antara dua titik diukur dengan pita ukur
sebesar = 225 m, maka jarak sebenarnya = 225 + 0,0004 (225) = 225,09 m.
2.
Alat Ukur yang Tidak Horizontal
Pada
saat pengukuran jarak, sering jarak yang diukur cukup jauh, hingga alat ukur
tidak cukup untuk mengukurnya. Pengukuran pun dilakukan secara bertahap.
Akibatnya, kesalahan yang bersifat merambat bisa terjadi, yaitu jarak yang
terukur lebih panjang dari jarak sebenarnya. Kesalahan seperti ini bisa
diperkecil dengan menggunakan hand level atau
waterpass.
3.
Interpolasi Angka
Koreksi
dengan cara ini dilakukan jika pengukuran menggunakan alat ukur dengan garis
skala besar. Misalnya, tiap 50 cm ada satu garis skala. Guna memperkecil
kesalahan ini, disarankan menggunakan alat ukur tambahan seperti penggaris
dengan skala yang lebih terperinci khusus pada akhir pengukuran saja.
4.
Kesalahan Menghitung
Pengukuran
dalam pemetaan sering dilakukan secara bertahap menggunakan alat ukur sederhana
(rol meter atau kayu ukur). Kondisi ini memungkinkan petugas lupa sudah berapa
kali alat ukurnya digunakan. Nah, kesalahan semacam ini termasuk kesalahan yang
bersifat eksidental, artinya jika kesalahan seperti ini terjadi, maka harus
dilakukan pengukuran ulang. Upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari atau
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan ini dapat dilakukan dengan memberi
tanda yang berbeda pada sepasang alat ukur yang digunakan.
5.
Koreksi Sudut
Kesalahan
dalam pengukuran sudut dapat terjadi karena kekurangtepatan dalam membidik arah
yang benar dan ketidaktelitian alat. Kesalahan bisa dideteksi apabila selisih
pengukuran sudut dating dan sudut pulang sebesar 180°.
Contoh:
Sudut
datang (X ke Y) = 106°
Sudut
pulang (Y ke X) = 289°
Selisih
= 289° – 106° = 183°, lebih 3° dari 180°.
Kelebihan
3° dibagi 2 menjadi 1°30'. Koreksi dilakukan dengan menambah 1°30' pada sudut
datang dan mengurangi 1°30' untuk sudut pulang.Sumber: ssbelajar.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar