Kamis, 16 Mei 2013

KESALAHAN DAN KOREKSI HASIL PENGUKURAN

Di dalam suatu pengukuran, hampir tidak ada satu metode ataupun alat yang dapat memberikan hasil yang pasti benar. Artinya, setiap pengukuran selalu ada kesalahannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar besar kesalahan dapat diterima. Nah, oleh karena itulah diperlukan koreksi untuk memperkecil kesalahan tersebut. Kesalahan dalam suatu pengukuran dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:

1. Kesalahan Alami (Natural Error)
Kesalahan seperti ini bisa terjadi karena pengaruh gangguan alami seperti angin, suhu yang tinggi, serta gaya berat.
2. Kesalahan Alat (Instrumental Error)
Kesalahan ini terjadi antara lain karena perbedaan panjang alat dari dua alat ukur dengan seri atau buatan pabrik yang berbeda.
3. Kesalahan Petugas Pengukur
Kesalahan ini bisa terjadi karena petugas kurang cermat dalam memasang dan membaca alat.
Adanya kesalahan seperti yang bersumber dari ketiga sumber di atas dapat menyebabkan terjadinya kesalahan merambat maupun kesalahan kumulatif yang mungkin masih bisa dikoreksi. Ada juga yang tidak bisa dikoreksi. Beberapa kesalahan tersebut bisa dikoreksi dengan langkah-langkah berikut.
1. Kesalahan Panjang Alat Ukur
Kesadaran ini terjadi akibat alat ukur yang berbeda dengan alat ukur standar. Akibatnya, kesalahan yang timbul bersifat merambat dalam suatu pengukuran juga perhitungannya. Untuk menghilangkan kesalahan tersebut, panjang alat perlu dikoreksi dengan rumus berikut.

Misalnya panjang suatu pita ukur = 50 m, sedangkan diketahui ukuran standar panjang pita ukur = 50,02 m. Sehingga factor koreksi C1 = (50,02 –50)/50 = 0,0004 m. Jadi, jarak antara dua titik diukur dengan pita ukur sebesar = 225 m, maka jarak sebenarnya = 225 + 0,0004 (225) = 225,09 m.
2. Alat Ukur yang Tidak Horizontal
Pada saat pengukuran jarak, sering jarak yang diukur cukup jauh, hingga alat ukur tidak cukup untuk mengukurnya. Pengukuran pun dilakukan secara bertahap. Akibatnya, kesalahan yang bersifat merambat bisa terjadi, yaitu jarak yang terukur lebih panjang dari jarak sebenarnya. Kesalahan seperti ini bisa diperkecil dengan menggunakan hand level atau waterpass.
3. Interpolasi Angka
Koreksi dengan cara ini dilakukan jika pengukuran menggunakan alat ukur dengan garis skala besar. Misalnya, tiap 50 cm ada satu garis skala. Guna memperkecil kesalahan ini, disarankan menggunakan alat ukur tambahan seperti penggaris dengan skala yang lebih terperinci khusus pada akhir pengukuran saja.
4. Kesalahan Menghitung
Pengukuran dalam pemetaan sering dilakukan secara bertahap menggunakan alat ukur sederhana (rol meter atau kayu ukur). Kondisi ini memungkinkan petugas lupa sudah berapa kali alat ukurnya digunakan. Nah, kesalahan semacam ini termasuk kesalahan yang bersifat eksidental, artinya jika kesalahan seperti ini terjadi, maka harus dilakukan pengukuran ulang. Upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan ini dapat dilakukan dengan memberi tanda yang berbeda pada sepasang alat ukur yang digunakan.
5. Koreksi Sudut
Kesalahan dalam pengukuran sudut dapat terjadi karena kekurangtepatan dalam membidik arah yang benar dan ketidaktelitian alat. Kesalahan bisa dideteksi apabila selisih pengukuran sudut dating dan sudut pulang sebesar 180°.
Contoh:
Sudut datang (X ke Y) = 106°
Sudut pulang (Y ke X) = 289°
Selisih = 289° – 106° = 183°, lebih 3° dari 180°.
Kelebihan 3° dibagi 2 menjadi 1°30'. Koreksi dilakukan dengan menambah 1°30' pada sudut datang dan mengurangi 1°30' untuk sudut pulang.


Sumber: ssbelajar.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar