Berapakah
luas halaman sekolahmu? Untuk mengetahuinya tentu kamu harus mengetahui panjang
dan lebarnya terlebih dahulu. Cobalah melakukan pengukuran secara berkelompok.
Kamu cukup memerlukan meteran gulung dan tongkat sebagai penanda untuk
melakukan kegiatan ini.
Apabila
jarak antara dua titik yang akan diukur lebih panjang dari alat ukurnya, maka
ada dua tahapan, yaitu pelurusan pembanjaran dan pengukuran. Pengukuran dapat
dilakukan setelah pembanjaran dilakukan.
1. Pembanjaran
Dalam
pembanjaran paling tidak diperlukan sedikitnya empat buah yalon dan beberapa
buah patok. Yalon dapat dibuat dari kayu ataupun logam dengan ukuran panjang
2–3 meter yang dicat merah berselang putih atau putih berselang hitam.
Pembanjaran dilakukan oleh dua orang, seorang membidik, sementara itu satu
orang lagi menancapkan yalon sesuai dengan komando si pembidik. Agar kamu lebih
jelas, perhatikan gambar berikut.
Pada
saat pembanjaran dilakukan, sering terjadi beberapa hambatan seperti adanya
bangunan yang menghalangi pengukuran, seperti rumah dan lain-lain. Agar kamu
lebih jelas, perhatikan contoh gambar berikut.
Guna
mengukur garis AB yang terhalang rintangan, dilakukan pengukuran secara
bertahap. Untuk membuat garis lurus AB diperlukan garis pertolongan XY yang
sejajar. Selanjutnya, ditentukan titik P dan Q di antara XY dengan syarat sudut
AXP = sudut BYQ = 90°. Pembuatan sudut siku-siku ini dilakukan dengan cara
memperpanjang garis AX dan BY. Dari titik X dan Y masing-masing ditentukan dua
titik yang sama panjang ke arah kanan dan kiri. Dari kedua titik ini pula
dibuat dua buah busur yang berpotongan di titik P dan Q. Apabila XPQ dan PQY
lurus, berarti posisi titik X dan Y sudah benar.
Hambatan
lain dapat ditemukan ketika pembanjaran dilakukan, yaitu kondisi lapangan yang
bergelombang. Seperti berbatasan dengan tebing yang curam atau dengan dua
tembok yang tinggi. Dalam kondisi seperti ini tidak mungkin pembidik membidik
di balik yalon yang ditancapkan pada batas areal yang diukur. Bagaimana melakukannya?
Ya, pekerjaan ini dapat dilakukan secara bertahap. Agar kamu mengetahui lebih
jelas bagaimana pembelajaran dilakukan, perhatikan gambar berikut dan
penjelasannya.
Tahap
awal dilakukan dengan menancapkan yalon di atas titik A dan B. Kemudian menancapkan
dua buah yalon lain sebagai yalon bantu (P dan Q) dan yalon gerak (P1, P2,
dan Q1, Q2).
Pekerjaan bisa dimulai dengan menancapkan yalon Q di antara AB. Dalam
menancapkan yalon Q petugas harus dapat melihat dengan jelas yalon A. Petugas
membidik dari belakang yalon Q ke arah yalon A, sementara petugas yang lain
menancapkan yalon B di antara dan segaris dengan AQ (sesuai dengan perintah si
pembidik). Selanjutnya, petugas di titik P membidik ke arah titik B dan
mengamati apakah yalon Q sudah satu garis lurus dengan PB. Jika
belum,
petugas lain harus memindahkan yalon Q ke posisi yang lurus dengan garis PQ
sesuai dengan perintah pembidik. Langkah ini diulangi lagi hingga diperoleh
hasil PQB satu garis lurus, demikian juga QPA juga satu garis lurus. Keadaan
ini menunjukkan bahwa APQB sudah terletak pada satu garis lurus. Jika jarak AP,
PQ, dan QB tidak terjangkau oleh alat ukur yang ada, maka perlu dilakukan
pembanjaran lagi.
2. Pengukuran
Pengukuran
dengan peralatan canggih kini banyak dilakukan. Namun demikian, hal tersebut
tidak langsung membuat peralatan kuno tidak difungsikan lagi. Dengan beberapa
pertimbangan, peralatan kuno ini masih digunakan, seperti areal yang sempit,
datar, dan mudah karena lebih praktis dan efisien. Demi keakuratan peta, beberapa
teknik pengukuran harus diterapkan.
Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengukuran, yaitu:
a.
Menentukan terlebih dahulu batas-batas areal yang akan diukur.
b.
Pemilihan satu atau lebih garis ukur yang akan digunakan sebagai patokan pengukuran
terhadap titik-titik yang lain. Garis ini akan memberikan kemudahan dalam
pengukuran.
c.
Letak garis ukur harus dekat dengan kenampakan-kenampakan yang akan diukur dan
tidak menimbulkan offset yang panjang.
d.
Membuat sketsa yang jelas sebelum melakukan. Hal ini akan membantu dan
memudahkan pekerjaan.
Informasi
di atas memberikan gambaran langkah-langkah teknis yang ditempuh sebelum
melaksanakan pengukuran. Langkah-langkah teknis pengukuran bisa berbeda-beda
tergantung bagaimana kondisi wilayah yang diukur, ada wilayah dengan bentuk
teratur, ada pula wilayah dengan batas yang kompleks.
a.
Wilayah dengan Batas yang Teratur dan Sederhana
Contoh
pengukuran pada wilayah dengan batas yang teratur dan sederhana dapat kamu
cermati pada gambar di bawah
.
Apabila
wilayah yang akan diukur seperti pada gambar, maka langkah tepat yang diambil,
yaitu dengan menarik garis AC. Dengan demikian, wilayah dibagi menjadi dua
wilayah segitiga. Langkah pertama mengukur AC, selanjutnya mengukur jarak-jarak
AD, CD, dan AB.
Setelah
pengukuran, pekerjaan selanjutnya menggambarkan hasil pengukuran pada kertas.
Penggambaran pada kertas dimulai dengan menentukan skala terlebih dahulu.
Selanjutnya, penggambaran hasil pengukuran dimulai dari garis ukur AC. Kemudian
dengan
menggunakan
jangka digambar busur-busur AD, CD, AB, dan BC. Perpotongan antara busur AD dan
CD merupakan titik D, sedang perpotongan antara busur AB dan BC merupakan letak
titik B. Mudah bukan? Memang dalam penggambaran hasil pengukuran ini, kamu
diminta menerapkan ilmu matematikamu.
b.
Wilayah dengan Batas yang Tidak Teratur
Contoh
pengukuran pada wilayah dengan batas yang tidak teratur seperti gambar di
samping. Pada wilayah seperti ini dibutuhkan pengukuran yang lebih banyak,
diperlukan beberapa garis ukur yang digunakan sebagai patokan pengukuran
terhadap kenampakan batas areal. AB, BC, dan AC merupakan garis ukur yang
digunakan. Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi, pada batas wilayah yang
tidak teratur (berlekuk) ditarik garis offset,
yaitu garis yang tegak lurus terhadap garis ukur. Garis offset ini tidak boleh terlalu panjang agar
ketelitian tetap terjaga.
garis
offset yang
harus diukur tergantung pada perbedaan bentuk batas wilayah dan tingkat
ketelitian yang diinginkan. Penentuan offset yang
akan diukur (a1, a2, a3, dan seterusnya) berdasarkan perubahan lebar yang
mempunyai perbedaan tajam. Nah, apa yang kamu lakukan itu tahap awal dari
proses pembuatan peta.
Bagaimana
menggambarkan halaman sekolahmu pada selembar kertas? Tentu saja kamu tidak
bisa menggambarkan dengan ukuran sebenarnya. Oleh karena itu, kamu harus
menentukan skalanya terlebih dahulu. Sebagai contoh, panjang halaman sekolahmu
47 meter dan lebarnya 26 meter. Kamu dapat menentukan skala 1 : 200.
Dengan
skala itu, berapa panjang dan lebar halaman sekolah yang harus kamu gambar di
kertasmu? Perbandingan hasil pengukuran dengan skala merupakan hal yang penting
dalam pembuatan peta. Oleh karena itu harus ada keterpaduan antara skala peta
yang akan disajikan dengan media yang digunakan untuk menggambarkannya.
Sumber: ssbelajar.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar