a. Teori Alfred Weber
Alfred Weber adalah seorang ekonom Jerman. Teorinya menyangkut least cost location. Teorinya tentang lokasi industri ini diterbitkan dalam bukunya yang berjudul ”Uber den Standort der Industrien” (About the Location of Industries), tahun 1990. Least cost location merupakan teori lokasi dengan biaya terendah. Hal ini diwujudkan dengan biaya transpor bahan mentah yang dibutuhkan dan barang jadi yang disuplai oleh pabrik ke pasaran adalah yang minimal.
Jadi, isi pokok teori Weber adalah lokasi industri dipilih di tempat yang biayanya paling minimal. Tetapi untuk menerapkan prinsip dari teori ini perlu diasumsikan enam prakondisi. Nah, enam prakondisi tersebut sebagai berikut.
1) Wilayah rencana lokasi industri mempunyai keseragaman dalam hal topografi, iklim, dan penduduk. Dalam hal ini, penduduk berkaitan dengan keterampilan dan penguasaannya (pemerintahannya).
2) Sumber daya atau bahan mentah. Misalnya, ketersediaan pasir dan air bisa terdapat di mana-mana tetapi tambang besi serta batu bara tentunya hanya terdapat di lokasi tertentu dan itu pun terbatas.
3) Upah buruh. Ada upah buruh yang telah baku, dalam artian di mana-mana sama tetapi ada pula upah yang merupakan produk dari persaingan antarpenduduk.
4) Biaya transportasi tergantung pada bobot bahan mentah yang diangkut atau dipindahkan, serta jarak antara lokasi terdapatnya sumber daya (bahan mentah) dengan lokasi pabrik.
5) Terdapatnya kompetisi antarindustri.
6) Manusia itu berpikir rasional.
Guna membuktikan adanya enam prakondisi sesuai asumsi tersebut, Weber menyusun model berupa segitiga lokasional atau location triangle. Ingin tahu keterikatan sarana transportasi dengan pusat industri menggunakan model segitiga lokasional? Perhatikan terlebih dahulu gambar di bawah ini.
Jika R1 dan R2 menggambarkan dua asal sumber bahan mentah, M adalah lokasi pasar. A adalah suatu industri yang akan didirikan dengan pertimbangan biaya transportasi. Menurutmu, gambar manakah yang mewakili lokasi paling cocok untuk didirikan industri?
Ya, tentunya lokasi aglomerasi industri yang ideal adalah lokasi yang berada di pusat segitiga itu, yaitu gambar (a). Mengapa? Karena pada gambar (a) menunjukkan biaya untuk transportasi bahan mentah dan produk jadi sama besarnya. Juga jarak dari P1 ke M, P1 ke R1 dan R2 sama jauhnya. Jadi, dengan menggunakan prinsip least cost maka lokasi P1 (lokasi berbiaya terendah) yang ideal adalah seperti pada gambar (a).
Menurut Weber, penentuan lokasi industri didasarkan oleh tiga faktor utama, yaitu material dan konsumsi, kemudian tenaga kerja, dan biaya transportasi. Teori ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu:
1) Hanya tersedia satu jenis alat transportasi.
2) Tempat berproduksi (lokasi pabrik) hanya berada pada satu tempat.
3) Jika terdapat beberapa bahan mentah, asalnya dari beberapa tempat.
Dengan menggunakan tiga asumsi tersebut, maka biaya transpor akan bergantung pada dua hal, yaitu bobot barang dan jarak pengangkutan. Jika yang menjadi dasar penentuan itu bukan bobot, tetapi volume barang dan jarak pengangkutan, yang harus diketahui adalah unit yang merupakan hubungan fungsional dengan biaya, apakah itu bobot, volume, maupun satuan panjang, juga jarak yang harus ditempuh dalam pengangkutan tersebut yangtarifnya sama untuk tiap jarak (mil, km, dan sebagainya). Dengan demikian, maka satu unit barang, biaya transpornya sama ke mana pun, sepanjang jaraknya sama.
Pada kenyataannya jarak antara sumber bahan mentah dengan pasaran tidak hanya lurus tetapi sering berkelok-kelok. Oleh karena itu, masih ada beberapa teori-teori lain yang menyempurnakan teori Weber.
b. Teori Lokasi Teoretis dan Lokasi Praktis
Dalam realitas kehidupan sehari-hari, sarana transportasi berupa jalan yang menghubungkan antarlokasi tidak selalu berbentuk jalan yang lurus. Bahkan, jalan dapat berbelok dan naik turun. Oleh karena itu, suatu lokasi industri dibedakan menjadi lokasi teoretis dan lokasi praktis. Penentuan titik lokasi yang teoretis maupun lokasi praktis juga harus mempertimbangkan berbagai jenis sarana transportasi. Lalu, bagaimana menentukan lokasi teoretis dan lokasi praktis? Perhatikan gambar di samping.
Pada gambar I tampak jenis sarana transportasi yang tersedia hanya kereta api. Sedang pada gambar II ada dua jenis sarana transportasi, yaitu kereta api dan perahu. Pada gambar I terdapat sumber bahan mentah di Kota M dan P. Juga, terdapat kota tempat menjual yaitu K. Berdasarkan teori, letak industri yang optimal adalah di titik L, seperti teori yang diungkapkan oleh Weber. Tetapi, berdasarkan pertimbangan kepraktisan, letak industri yang optimal adalah di titik LR. Mengapa? Ya, karena titik LR merupakan kota terdekat dengan L, di mana tersedia sarana transportasi berupa kereta api.
Perhatikan gambar bagian II. Material atau bahan mentah M terletak di kota M, sedangkan material P terdapat di dua tempat yaitu P1 dan P2. Jika yang tersedia hanya satu jenis sarana transportasi yaitu kereta api, maka lokasi industri yang dapat dipilih adalah M dan P2. Tetapi dapat kita lihat bahwa pada gambar bagian II tersedia pula transportasi melalui media sungai, maka hal ini harus diperhitungkan. Misalnya biaya transpor material dari P1 ke K setengah dari P2 ke K atau sama dengan jalan antara P1 ke K1. Sehubungan dengan adanya kondisi yang demikian, maka letak industri yang optimal dan praktis tidak lagi di L2 tetapi di L1.
Nah, sekarang kamu telah mengetahui berbagai teori mengenai keterkaitan sarana transportasi dengan aglomerasi industri. Melalui pengetahuan ini, kelak kamu bisa menjadi seorang ahli perencanaan industri yang andal. Kamu dapat mengkaji lokasi-lokasi yang optimal untuk pemusatan industri. Tetapi tidak semudah membalikkan telapak tangan, semuanya dapat kamu capai dengan banyak berlatih. Sebagai langkah awal untuk menjadi sang ahli perencanaan industri, lakukanlah kegiatan berikut ini.
Setelah mampu menentukan lokasi industri, selanjutnya kamu akan diajak menemukan lokasi pertanian yang layak. Sektor pertanian telah lama menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Potensi ini sangat besar dan apabila dikembangkan akan memberikan keuntungan tidak hanya petani, tetapi juga bagi masyarakat banyak. Lahan di Indonesia cukup luas, didukung dengan faktor alami lainnya, seharusnya pertanian menjadi kegiatan primadona. Kenyataan yang terjadi lain, justru pada saat ini pertanian semakin merosot dan di sebagian masyarakat dianggap tidak lagi bisa menopang hidup. Benarkah begitu?
Ada banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan dunia pertanian. Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan kondisi alam yang mendukung, kita harus menciptakan strategi baru dalam pertanian agar bidang ini memberikan kehidupan yang layak. Lokasi pertanian menjadi salah satu hal yang diperhitungkan ketika hendak memulai bertani. Pemilihan lahan ini tidak hanya mempertimbangkan karakteristik lahan, apa yang akan ditanam di lahan tersebut pun perlu disesuaikan dengan keadaan alami lahan. Jadi, tahapan apa saja yang harus dilakukan? Nah, uraian berikut akan mengenalkanmu pada dunia pertanian.
Sumber: ssbelajar.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar