A. Pengertian
Kebudayaan
1. Definisi
Kebudayaan
Indonesia tidak
hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya akan
keragaman
budaya. Keragaman budaya bangsa Indonesia tersebar dari Sabang
sampai Merauke.
Kata budaya berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu
buddhayah. Kata
buddhayah merupakan bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi”
atau “akal”. Dengan ini, kebudayaan dapat dipahami sebagai
hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal, seperti pikiran (cipta), rasa, dan
kehendak
(karsa). Ketiga hal ini merupakan potensi budaya. Ketiga unsur ini secara
implisit dapat kita temukan dalam definisi-definisi tentang kebudayaanyang
disampaikan oleh para ahli. Beberapa definisi tentang kebudayaan dapat
dilihat pada
tabel berikut.
2. Wujud
Kebudayaan
Tiga wujud
kebudayaan yang tidak terpisahkan satu dengan lain, yaitu
gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia.
Gagasan sebagai
wujud kebudayaan ideal bersifat abstrak, tidak dapat
diraba atau
disentuh. Bentuknya antara lain berupa kumpulan ide atau
gagasan, nilai,
norma, dan peraturan. Wujud kebudayaan ini berada di dalam
pemikiran
masyarakat yang ditaati. Wujud kebudayaan ini menjadi pedoman
berperilaku dan
bertindak. Contohnya antara lain adat istiadat.
Tindakan atau
kebudayaan perilaku merupakan wujud kebudayaan yang
tampak secara
konkret sebagai hasil aktualisasi ide atau gagasan yang ada di
dalam pikiran
manusia. Aktualisasi ide atau gagasan ini tampak dalam
perilaku yang
dapat dipantau oleh pancaindra manusia. Contohnya antara lain
tata upacara
tradisi selamatan untuk bayi yang baru lahir dan tari-tarian.
Hasil karya
manusia sebagai wujud kebudayaan merupakan hasil tindakan
konkret manusia.
Wujud kebudayaan ini berupa benda-benda budaya, seperti
tugu peringatan
dan candi. Wujud kebudayaan ini disebut juga kebudayaan
fisik.
3. Unsur-unsur
Kebudayaan
Wujud kebudayaan
ditemukan dalam unsur-unsur universal kebudayaan.
Unsur-unsur
universal kebudayaan adalah unsur-unsur kebudayaan yang
dapat ditemukan
di semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Dalam buku
Universal
Categories of Culture, C. Kluckhohn berpendapat bahwa ada tujuh
unsur kebudayaan
yang bersifat universal, yaitu :
a. Bahasa,
b. Sistem
pengetahuan,
c. Sistem
organisasi kemasyarakatan,
d. Sistem
peralatan hidup dan teknologi,
e. Sistem mata
pencarian hidup dan sistem ekonomi,
f. Sistem
religi, dan
g. Kesenian.
B. Pengaruh
Faktor Geografis Terhadap Keragaman Budaya di Indonesia
Letak geografis
berperan dalam keragaman budaya Indonesia. Faktor-faktor
yang berperan
dengan batas-batas geografis antara lain sebagai berikut.
a. Letak
Geografis
Perbedaan kondisi
di suatu wilayah, dimana suatu wilayah atau posisi yang
dibatasi oleh
pegunungan, daratan, rendah, laut, maupun selat akan
memberikan
dampak terisolasinya masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini
secara alami
akan membuat masyarakat tersebut mengembangkan corak
kebudayaan yang
khas dan sesuai dengan lingkungan geografisnya.
b. Posisi
Strategis
Letak Indonesia
yang berada di antara benua Asia dan benua Australia,
serta diantara
samudera Hindia dan samudera Pasifik menyebabkan Indonesia
berada pada jalur
transportasi perdagangan dunia. Perairan Nusantara
merupakan
perairan yang ramai dilalui kapal-kapal dagang dari India, Eropa,
dan Cina. Dampak
dari posisi silang ini menyebabkan Indonesia kaya akan
keragaman budaya
dan suku bangsa.
c. Kondisi
Ekologis
Lingkungan
ekologis terbentuk dari struktur tanah, iklim, dan topografi.
Hal ini
memberikan kontribusi bagi kondisi penduduk baik dari segi ekonomi,
sosial, maupun
budaya. Kebudayaan suatu masyarakat dapat dilihat dari sikap,
adat istiadat,
serta kegiatan ekonomi masyarakat tersebut dalam
memperlakukan
lingkungan mereka tinggal sesuai kondisi ekologis sosialnya.
C. Persebaran
Keragaman Budaya di Indonesia
Bangsa Indonesia
merupakan bangsa majemuk. Kemajemukan ini merupakan
salah satu
kekayaan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku
bangsa. Berbagai
kebudayaan lokal tersebar di seluruh Indonesia. Persebaran ini
seiring dengan
persebaran suku bangsa Indonesia. Setiap masyarakat yang tinggal
di berbagai
tempat di permukaan bumi ini memiliki kebudayaan sendiri sebagai
hasil
kreatifitas dalam membentuk dan mengembangkan kebudayaannya, juga
sebagai hasil
penerimaan kebudayaan lain yang menyebabkan terdapatnya
beberapa
kesamaan kebudayaan pada masyarakat yang berbeda. Adanya kesamaan
beberapa unsur
kebudayaan di masyarakat sebagai suatu hasil bahwa masyarakat
tersebut telah
terjadi kontak dan komunikasi sehingga satu sama lain baik langsung
atau tidak
langsung akan terjadi pertukaran kebudayaan, salah satunya yaitu difusi
kebudayaan. Pola
atau tipe perubahan kebudayaan melalui proses difusi keruangan
dari berbagai
bentuk inovasi, oleh para ahli geografi disebut Spatial Interaction.
1. Proses
Persebaran Keragaman Budaya di Indonesia
a. Difusi
Ekspansi (expansion diffusion)
Merupakan suatu
proses dimana unsur-unsur kebudayaan menjalar dari
suatu masyarakat
yang berada di suatu daerah ke daerah lain yang berada
di sekitarnya.
Menjalar melalui suatu populasi dari suatu daerah ke daerah
yang lainnya.
Dalam prosesnya unsur-unsur kebudayaan yang didifusikan
tetap ada dan
kadang menjadi lebih intensif intensif di tempat asalnya.
Artinya terjadi
penambahan unsur-unsur kebudayaan baru pada populasi
antara periode
dan waktu, serta mengubah pola keruangan populasi secara
keseluruhan.
Daerah asal mengalami perluasan.
b. Difusi
Penampungan (relocation diffusion)
Merupakan proses
yang sama dengan penyebaran keruangan di mana
unsur-unsur
kebudayaan yang didifusikan meninggalkan daerah tempat
asal unsur
kebudayaan bersangkutan, kemudian berpindah atau di tampung
di daerah yang
baru.
c. Difusi
Penularan (contagious diffusion)
Merupakan suatu
proses dimana sebuah inovasi mengalami saingan lewat
suatu kelompok
masyarakat atau komunitas, kasus ini menunjukkan model
aliran air yang
berundak-undak di permukaan batuan (keras, kompak);
difusi semacam
ini disebut juga cascade diffusion.
2. Persebaran
Keragaman Budaya di Indonesia
a. Kebudayaan
Aceh
Kebudayaan Aceh
banyak dipengaruhi oleh budaya-budaya melayu,
karena letak
Aceh yang strategis sehingga Aceh merupakan jalur
perdagangan,
maka masuklah budaya Timur Tengah. Beberapa budaya yang
ada sekarang
adalah hasil dari akulturasi antara budaya melayu, Timur
Tengah, dan Aceh
sendiri.
Suku bangsa yang
mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang
melayu dan Timur
Tengah. Sistem kemasyarakatan suku bangsa Aceh, mata
pencaharian
sebagian besar masyarakat Aceh adalah bertani, namun tidak
sedikit juga
yang berdagang. Sistem kekerabatan masyarakat Aceh mengenal
Wali, Karong,
dan Kaom yang merupakan bagian dari sistem kekerabatan.
b. Kebudayaan
Batak
Suku-suku Batak,
lebih khusus terdiri dari sub suku-suku bangsa: (1)
Karo yang
mendiami suatu daerah induk yang meliputi Dataran Tinggi Karo,
Langkat Hulu,
Deli Hulu, Serdang Hulu, dan sebagian dari Dairi; (2)
Simalungun yang
mendiami daerah induk Simalungun; (3) Pakpak yang
mendiami daerah
induk Dairi; (4) Toba yang mendiami suatu daerah induk
yang meliputi
daerah tepi Danau Toba, Pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba,
daerah Asahan,
Silindung, daerah antara Barus dan Sibolga, dan daerah
pegunungan Pahae
dan Habinsaran; (5) Angkola yang mendiami daerah induk
Angkola dan
Sipirok, sebagian dari Sibolga dan Batang Toru dan bagian utara
dari Padang
Lawas; (6) Mandailing yang mendiami daerah induk Mandailing,
Ulu, Pakatan,
dan bagian selatan selatan dari Padang Lawas.
Menurut
cerita-cerita suci (tarombo) orang Batak, terutama dari orang
Batak Toba,
semua sub suku-suku bangsa Batak itu mempunyai nenek
moyang yang
sama, yaitu Si Raja Batak.
Dalam kehidupan
dan pergaulan sehari-hari, orang Batak
mempergunakan
beberapa logat, ialah: (1) Logat Karo yang dipakai oleh
orang Karo; (2)
Logat Pakpak yang dipakai oleh orang Pakpak; (3) Logat
Simalungun yang
dipakai oleh orang Simalungun; dan (4) Logat Toba yang
dipakai oleh
orang Toba, Angkola, dan Mandailing. Diantara keempat logat
tersebut, dua
yang paling jauh jaraknya satu dengan yang lain adalah logat
Karo dan Toba.
c. Kebudayaan
Sumatera Barat
Daerah asal dari
kebudayaan Minangkabau kira-kira seluas daerah
provinsi Sumatra
Barat sekarang ini, dengan dikurangi daerah kepaluan
Mentawai, tetapi
dalam pandangan orang Minangkabau sendiri, daerah ini
dibagi-bagi lagi
dalam bagian-bagian khusus yang menyatakan pertentangan
antara darat dan
pesisir atau rantau. Ada anggapan bahwa orang-orang yang
berdiam di
pesisir (pinggir Lautan Indonesia), berasal dari darat. Daerah darat
dengan
sendirinya dianggap sebagai daerah asal dan daerah utama dari
pemangku
kebudayaan Minangkabau. Secara tradisional, daerah darat terbagi
kedalam tiga
luhak (kira-kira sama dengan kabupaten), yaitu Tanah Datar,
Agam, dan Limo
Pulueh Koto, kadang-kadang ditambah dengan Solok. Orang
Minangkabau
mencoba meghubungkan keturunan mereka dengan suatu
tempat tertentu,
yaitu Parahiangan dan Padang Panjang.
d. Kebudayaan
Bali
Perbedaan pengaruh
dari kebudayaan Jawa-Hindu di berbagai daerah di
Bali dalam zaman
Majapahit dulu, menyebabkan adanya dua bentuk
masyarakat di
Bali, ialah masyarakat Bali-Aga dan Bali-Majapahit (wong
Majapahit).
Masyarakat Bali-Aga kurang sekali mendapat pengaruh dari
kebudayaan
Jawa-Hindu dari Majapahit dan mempunyai struktur tersendiri.
Orang Bali-Aga
pada umumnya mendiami desa-desa di daerah pegunungan,
seperti
Sembiran, Cempaga Sidatapa, Pedawa, Tigawasa, di Kabupaten
Buleleng, dan
desa Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem.
Sekarang ini
komunikasi modern, pendidikan, serta proses modernisasi telah
membawa banyak
perubahan-perubahan juga dalam masyarakat dan
kebudayaan dari
desa-desa tersebut. Orang Bali-Majapahit yang pada
umumnya diam di
daerah-daerah dataran merupakan bagian yang paling besar
dari penduduk
pulau Bali. Kecuali di pulau Bali, ada juga orang Bali di bagian
barat dari pulau
Lombok, sedangkan usaha transmigrasi oleh pemerintah telah
menyebarkan
mereka ke daerah-daerah lain, seperti Sumatra Selatan,
Kalimantan
Tengah, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
e. Kebudayaan
Bugis-Makassar
Kebudayaan
Bugis-Makassar adalah kebudayaan dari suku bangsa Bugis-
Makassar yang
mendiami bagian terbesar dari jazirah selatan yang berarti
provinsi pulau
Sulawesi. Penduduk Sulawesi Selatan terdiri atas empat suku
bangsa, yaitu
Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar.
f. Kebudayaan
Sunda (Jawa Barat)
Kebudayaan
masyarakat Jawa Barat terpengaruh oleh empat sumber, yaitu
Hindu-Buddha,
Islam, Jawa, dan kebudayaan Barat. Hal ini dapat dilihat dari
upacara yang
disertai membakar kemenyan (pengaruh Hindu), doa-doa
menurut agama
Islam, pakaian pernikahan seperti yang dipakai oleh wayang
orang (pengaruh
Jawa Tengah), serta pemberian kado dan hidangan
prasmanan di
pernikahan yang mengikuti model Belanda. Sebagian besar
budaya Jawa
Barat didominasi suku Sunda dan adat tradisionalnya yang
penuh khazanah
Bumi Pasundan.
g. Kebudayaan
Jawa
Daerah
kebudayaan Jawa sangat luas, meliputi seluruh bagian tengah dan
timur dari pulau
Jawa. Akan tetapi, ada daerah-daerah yang secara kolektif
sering disebut
daerah Kejawen. Sebelum terjadi perubahan-perubahan status
wilayah seperti
sekarang ini, daerah Kejawen meliputi Banyumas, Kedu,
Yogyakarta,
Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Daerah luar itu
dinamakan
Pesisir dan Ujung Timur.
D. Pembentukan
Kebudayaan Nasional
Menurut
Koentjaraningrat, kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang
didukung oleh
sebagian besar warga suatu negara dan mewakili syarat mutlak yang
bersifat khas
dan dibanggakan, serta memberikan identitas terhadap warga. Lebih
lanjut,
Koentjaraningrat mengemukakan beberapa konsep kebudayaan nasional.
Pertama,
kebudayaan nasional adalah karya warga negara Indonesia, termasuk
juga karya-karya
zaman dahulu di berbagai wilayah tanah air. Kedua, kebudayaan
nasional
merupakan hasil karya warga negara Indonesia yang tema pikiran dan
wujudnya
mengandung ciri-ciri khas Indonesia. Ketiga, kebudayaan nasional
merupakan hasil
karya warga negara Indonesia dan umumnya dirasakan memiliki
nilai yang
tinggi sehingga menjadi kebanggaan orang Indonesia. Koentjaraningrat
menyampaikan
persyaratan yang harus dimiliki kebudayaan daerah untuk menjadi
kebudayaan
nasional. Persyaratannya adalah sebagai berikut.
1. Kebudayaan
daerah yang menjadi kebudayaan nasional harus memberikan
identitas kepada
warga negara pendukung kebudayaan itu. Maksudnya, unsur
kebudayaan
daerah yang mempunyai dan memberikan identitas dan ciri khas
itulah yang
dapat diangkat menjadi unsur kebudayaan nasional.
2. Kebudayaan
daerah yang menjadi kebudayaan nasional harus menimbulkan
perasaan bangga
kepada para pendukungnya, baik suku bangsa asal
kebudayaan itu,
maupun rakyat Indonesia.
3. Kebudayaan
daerah yang menjadi kebudayaan nasional harus bermutu tinggi
agar dapat
memperkaya khazanah, derajat, dan nilai kemanusiaan bangsa
Indonesia.
Sehingga dengan
kata lain, budaya nasional adalah gabungan budaya
daerah/lokal
yang ada di negara tersebut. Kebudayaan daerah/lokal yang dapat
menimbulkan rasa
tunggal bagi seluruh bangsa karena dapat mewakili identitas
bersama.
E. Pelestarian
dan Pemanfaatan Produk Kebudayaan Indonesia Dalam Bidang
Ekonomi Kreatif
dan Pariwisata
Kebudayaan dapat
dilihat sebagai sejumlah pengalaman dan pengetahuan
yang
menghasilkan berbagai macam produk budaya. Produk budaya merupakan
karya
intelektual, artistik, dan praktik individu atau kelompok yang memiliki
makna tertentu
yang didasari oleh keyakinan, sikap, gagasan, dan nilai budaya
dalam tradisi
lokal tertentu.
1. Budaya
Tradisional
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebudayaan merupakan
hasil kegiatan
dan penciptaan akal budi (batin) manusia, sepertinya kesenian
dan adat
istiadat, atau dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami
lingkungan serta
pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
Indonesia kaya
akan suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah
nusantara.
Budaya dari berbagai suku bangsa tersebut merupakan potensi
yang dimiliki
Negara Indonesia yang harus dilestarikan, seperti berikut.
a. Kesenian
tradisional, merupakan suatu kesenian yang berasal dari daerah
tertentu dan
memiliki ciri khas, seperti loncat batu (Pulau Nias), ondelondel
(Jakarta), reog
(Ponorogo), dsb.
b. Bahasa
tradisional, yaitu bahasa daerah yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari oleh
setiap daerah, seperti Bahasa Sunda, Jawa, Batak, Bugis,
dsb.
c. Lagu
tradisional, seperti “Pileuleuyan” (Jawa Barat), “Butet” (Sumatera
Utara), “Apuse”
(Papua), “Ampar-Ampar Pisang” (Kalimantan Selatan),
dsb.
d. Tarian tradisional,
yaitu tarian khas yang memiliki arti penting karena
fungsinya yang
sangat mengutamakan suatu penghormatan, seperti tari
pendet (Bali),
tari jaipongan (Jawa Barat), tari saman (Aceh), dsb.
e. Alat musik
tradisional, merupakan alat musik khas dari suatu daerah yang
digunakan untuk
membawakan lagu daerah dan mengiringi tari daerah,
seperti angklung
(Jawa Barat), gamelan (Jawa), sasando (Nusa Tenggara
Timur), tifa
(Maluku), dsb.
f. Pakaian
tradisional, yaitu pakaian khas yang berbedadari daerah satu
dengan daerah
lain, seperti baju bodo (Sulawesi Selatan), baju kurung
(Sumatera), baju
kebaya (Jawa, Sunda, Jakarta), dsb.
g. Senjata
tradisional, merupakan senjata khas dari daerah tertentu yang
digunakan oleh
para leluhur, seperti mandau (Kalimantan), keris (Jawa),
parang sawalaku
(Maluku), dsb.
h. Rumah
tradisional, atau sering disebut dengan rumah adat ini memiliki
ciri khas
daerahnya masing-masing, seperti joglo (Jawa Tengah), rumah
gadang (Sumatera
Barat), rumah betang (Kalimantan Tengah), rumah
tongkonan
(Sulawesi), dsb.
i. Permainan dan
olahraga tradisional, merupakan permainan dan olahraga
yang berkembang
daeri daerah tertentu, seperti karapan sapi (Madura),
sepak takraw
(Sulawesi Selatan), dan pethik ele (Jawa Tengah).
j. Makanan
tradisional, merupakan makanan khas dari suatu daerah
tertentu,
seperti ayam betutu (Bali), pepeda (Papua), dsb.
2. Budaya
Tradisional sebagai Potensi Ekonomi Kreatif
Daerah di
Indonesia yang memiliki seribu pesona wisata ekonomi kreatif,
yaitu
Yogyakarta. Yogyakarta selain memiliki tempat wisata yang beraneka
ragam, daerah
ini juga memiliki Desa Wisata yang banyak jumlahnya dan
daerah-daerah
tempat wisata lainnya yang melahirkan ekonomi kreatif, seperti
berikut ini.
a. Di Berjo
Wetan, kita dapat mengetahui proses pembuatan genteng secara
manual yang
baik, sehingga menjadikan daerah ini sebagai pusat genteng
terbaik di
Yogyakarta.
b. Di Candi
Prambanan, selain dapat mempelajari situs sejarah, di candi ini
kita juga dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa asing dengan
turis-turis luar
negeri yang banyak berkunjung ke candi ini. Di kawasan
candi ini juga
dilengkapi fasilitas yang beraneka ragam bahkan
melahirkan pasar
yang menjajakan beraneka jenis jajanan khas
Yogyakarta.
c. Di Desa
Wisata Krebet, kita dapat melihat batik yang tertoreh di atas
kayu. Desa ini
sangat tenang dan asri karena pengrajin batik kayu ini
selalu
mengedepankan tebang pilih pohon untuk kayu yang akan mereka
gunakan,
sehingga selain dapat meningkatkan ekonominya, juga dapat
menjaga
kelestarian lingkungan.
d. Di Malangan,
kita dapat menjumpai kerajinan bambu untuk gerabah,
sehingga
menjadikan desa ini sebagai desa wisata yang sangat
diandalkan.
e. Di Desa
Gamplong, kita dapat menemui tenunan tradisional yang khas.
Selain itu juga,
warga di desa ini memanfaatkan barang-barang daur ulang
menjadi
barang-barang yang istimewa yang layak jual dan bernilai
ekonomi tinggi,
seperti tas dari kain perca, kotak tisu dari pasir, jam dari
kerang, dsb.
f. Di Desa
Kasongan, kita dapat menjumpai guci-guci, patung-patung, dan
aksesoris
lainnya dengan motif yang sangat indah dan khas. Disini kita
dapat melihat
langsung cara pembuatannya, bahkan kita juga dapat ikut
membuatnya.
3. Budaya
Tradisional sebagai Potensi Wisata
Pengembangan
pariwisata harus sejalan dengan pengembangan budaya
tradisional.
Gagasan tersebut dikembangkan asumsi bahwa pembangunan
daya tarik
wisata didasarkan pada pembangunan masyarakat dan budayanya.
Budaya
tradisional lain yang dapat dikembangkan sebagai potensi wisata
adalah sebagai
berikut.
a. Kuda Lumping
Kuda lumping
atau juga disebut kuda kepang atau jathilan adalah seni
tari tradisional
Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit yang tengah
menunggang kuda.
Properti yang digunakan berupa kuda tiruan yang
terbuat dari
anyaman bambu atau kepang.
b. Reog
Reog merupakan
salah satu kesenian daerah di Indonesia yang berasal
dari daerah
Ponorogo, Jawa Timur. Kesenian ini masih sangat kental
dengan hal-hal
yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Dalam
memainkan reog,
terdapat alur cerita, seperti tentang Raja Ponorogo yang
berniat melamar
putri Kediri. Tidak semua orang dapat memainkan seni
reog, hanya
orang-orang tertentu saja yang memiliki garis keturunan jelas
dan hukum adat
yang masih berlaku.
c. Sintren
Sintren adalah
kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya
di Pekalongan.
Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Tengah dan
Jawa Barat,
antara lain di Pemalang, Pekalongan, Brebes, Banyumas,
Kuningan,
Cirebon, Indramayu, dan Jatibarang. Kesenian sintren dikenal
juga dengan nama
lais, serta sebagai tarian dengan aroma mistis/magis
yang bersumber
dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.
Keunikan dari
tarian ini, yaitu setiap diadakan pertunjukan sintren sang
penari pasti
dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan
bahwa hal
tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan
suci (perawan).
d. Ludruk
Ludruk merupakan
suatu drama tradisional dari Jawa Timur yang
diperagakan oleh
sebuah grup kesenian yang digelarkan di sebuah
panggung dengan
mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari,
cerita
perjuangan, dsb yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan
musik gamelan.
Dialog/monolog
dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat
penontonnya
tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, sehingga
mudah diserap
oleh kalangan nonintelek (tukang becak, peronda, sopir,
angkutan umum,
dll). Sebuah pementasan ludruk biasanya dimulai
dengan Tari Remo
dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang
memerankan “Pak
Sakera”, seorang jagoan Madura.
4. Potensi Wisata
Budaya Tradisional sebagai Bentuk Ekonomi Kreatif
Kekayaan alam
dan budaya Indonesia sangat beraneka ragam, hal tersebut
menjadi sebuah
potensi untuk meningkatkan bidang pariwisata, salah
satunya dalam
pengembangan ekonomi kreatif. Contoh daerah di Indonesia
yang telah
mengembangkan ekonomi kreatif sebagai potensi budaya
tradisional
adalah sebagai berikut.
a. Daerah
Tapanuli, Sumatera Utara
Di daerah ini
berbagai budaya tradisional telah dikembangkan menjadi
ekonomi kreatif
adalah tor-tor, rumah adat bolon, dan kain ulos. Usaha
kerajinan
pendapatan serta memperbaiki tingkat ekonomi penduduk,
khususnya di
daerah Tapanuli.
b. Daerah
Kampung Laweyan Solo, Jawa Tengah
Sejak abad XIV,
Laweyan sudah menjadi pusat pakaian. Saat ini,
Laweyan terkenal
sebagai kampung batik. Terdapat kurang lebih 70
pengrajin batik
berskala kecil sampai dengan mencegah yang
memproduksi
beraneka macam kerajinan batik, seperti kemeja,
selendang,
sprei, dan sarung.
c. Daerah
Kalimantan
Potensi budaya
tradisional yang dapat dijadikan sumber ekonomi
kreatif,
misalnya pada suku Dayak memiliki hasil kerajinan tangan yang
mempunyai corak
yang khas serta unik. Kerajinan tangan berupa tas dari
anyaman rotan,
kain tenun dari serat daun doyo, serta kerajinan manikmanik
merupakan hasil
budaya tradisional yang dapat menjadi sumber
pendapatan bagi
masyarakat suku Dayak.
d. Daerah
Sulawesi
Suku Toraja di
Sulawesi terkenal dengan ritual pemakaman, rumah
adat tongkonan,
dan ukiran kayunya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai
sumber ekonomi
kreatif, salah satunya untuk meningkatkan potensi
perekonomian
penduduk. Rambu solo, upacara pemakaman yang
berlangsung
selama berhari-hari merupakan potensi wisata budaya
tradisional yang
menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk
berkunjung.
e. Desa Ubud, Bali
Pesona Desa Ubud
telah diketahui hingga ke mancanegara, tidak
hanya karena
pemandangan alamnya, tetapi juga potensi budaya
tradisionalnya.
Pertunjukan seni seperti sendratari kecak dan pameran
lukisan juga
pameran ukiran merupakan pertunjukan yang selalu digelar
setiap harinya
di museum dan galeri di Desa Ubud. Selain itu, kekhasan
kulinernya
seperti bebek bengil merupakan kekayaan tradisional yang
dapat menjadi
potensi pengembangan ekonomi kreatif.
f. Kampung Sade,
Nusa Tenggara Barat
Kampung Sade merupakan
perkampungan suku Sasak dengan jumlah
penduduknya
sekitar 700 jiwa. Kampung Sasak memiliki kebudayaan
tradisional yang
masih dijaga kelestariannya. Hal ini dapat dimanfaatkan
untuk
pengembangan ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan
perekonomian penduduknya.
Salah satu budaya tradisional yang dapat
dikembangkan
sebagai ekonomi kreatif adalah kerajinan tenun ikat dan
tenun songket
khas suku Sasak.
g. Kampung Adat
Bena, Nusa Tenggara Timur
Kampung Adat
Bena memiliki kekhasan tersendiri yang dapat menarik
minat wisatawan
untuk berkunjung. Kampug Adat Bena didesain
berbentuk perahu
dan juga dapat berfungsi sebagai benteng pertahanan.
Selain keunikan
tersebut, beberapa budaya tradisional seperti kerajinan
tenun ikat dapat
menjadi potensi untuk pengembangan ekonomi kreatif di
daerah tersebut.
h. Pulau
Morotai, Maluku Utara
Pulau Morotai
terkenal dengan budaya tradisionalnya seperti upacara
adat yang
diperuntukkan agar terjadi keseimbangan alam atas
penggunaan
sumber daya laut. Selain upacara adat, tarian tradisional yang
ada di Pulau
Morotai seperti tarian cakalele, todetide, dan salambe
merupakan budaya
tradisional yang melengkapi keindahan bahari Pulau
Morotai.
Disamping budaya tradisional, peninggalan sejarah Perang
Dunia II,
seperti benteng, mobil tanker, dan museum bawah lat dapat
menjadi nilai
potensi wisata untuk pengembangan ekonomi kreatif di
Pulau Morotai.
i. Raja Ampat,
Papua
Wilayah Raja
Ampat menyimpan potensi wisata yang sangat besar
bahkan sudah
dikenal di mancanegara. Potensi wisata budaya tradisional
untuk
pengembangan ekonomi kreatif gencar dilakukan. Mulai dari usaha
kreatif rumahan
yang membuat kerajinan dan ukiran hingga
penyelenggaraan
festival Raja Ampat yang diadakan setiap tahunnya.
Selain itu,
pengembangan desa wisata terus dilakukan, diantaranya di
Yenwaupor,
Arborek, Yenbuba, Sawinggrai, dan Sawandarek.
F. Kebudayaan
Indonesia Sebagai Bagian dari Kebudayaan Global
Global mempunyai
arti menyeluruh, bersifat mendunia, sehingga dapat ditarik
kesimpulan
global adalah mencakup atau mempengaruhi dunia. Globalisasi adalah
proses interaksi
dan integrasi antara manusia, perusahaan, dan pemerintah dari
berbagai negara,
yang didorong oleh perdagangan dan investasi internasional dan
dibantu oleh
teknologi informasi. Dengan adanya globalisasi, nilai-nilai budaya
tertentu
tersebar ke seluruh dunia sebagai budaya dunia. Globalisasi memiliki
dampak terhadap
budaya dunia. Indonesia merupakan bagian dari dunia. Tentu
saja Indonesia
tidak dapat lepas dari pengaruh globalisasi. Kebudayaan Indonesia
merupakan bagian
dari kebudayaan global. Meskipun demikian, bangsa Indonesia
harus tetap
menunjukkan kebudayaan nasional sebagai identitas nasional. Pasal 32
Ayat 1 UUD 1945
menyatakan negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia
di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya. Untuk memajukan
kebudayaan
nasional Indonesia di tengah dinamika perkembangan dunia,
keberagaman
kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar