Minggu, 12 April 2020

KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL BERDASARKAN KEUNIKAN DAN SEBARANNYA

A. Pengertian Kebudayaan

1. Definisi Kebudayaan
Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya akan
keragaman budaya. Keragaman budaya bangsa Indonesia tersebar dari Sabang
sampai Merauke. Kata budaya berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu
buddhayah. Kata buddhayah merupakan bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal”. Dengan ini, kebudayaan dapat dipahami sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal, seperti pikiran (cipta), rasa, dan
kehendak (karsa). Ketiga hal ini merupakan potensi budaya. Ketiga unsur ini secara implisit dapat kita temukan dalam definisi-definisi tentang kebudayaanyang disampaikan oleh para ahli. Beberapa definisi tentang kebudayaan dapat
dilihat pada tabel berikut.

2. Wujud Kebudayaan
Tiga wujud kebudayaan yang tidak terpisahkan satu dengan lain, yaitu
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia.
Gagasan sebagai wujud kebudayaan ideal bersifat abstrak, tidak dapat
diraba atau disentuh. Bentuknya antara lain berupa kumpulan ide atau
gagasan, nilai, norma, dan peraturan. Wujud kebudayaan ini berada di dalam
pemikiran masyarakat yang ditaati. Wujud kebudayaan ini menjadi pedoman
berperilaku dan bertindak. Contohnya antara lain adat istiadat.
Tindakan atau kebudayaan perilaku merupakan wujud kebudayaan yang
tampak secara konkret sebagai hasil aktualisasi ide atau gagasan yang ada di
dalam pikiran manusia. Aktualisasi ide atau gagasan ini tampak dalam
perilaku yang dapat dipantau oleh pancaindra manusia. Contohnya antara lain
tata upacara tradisi selamatan untuk bayi yang baru lahir dan tari-tarian.
Hasil karya manusia sebagai wujud kebudayaan merupakan hasil tindakan
konkret manusia. Wujud kebudayaan ini berupa benda-benda budaya, seperti
tugu peringatan dan candi. Wujud kebudayaan ini disebut juga kebudayaan
fisik.

3. Unsur-unsur Kebudayaan
Wujud kebudayaan ditemukan dalam unsur-unsur universal kebudayaan.
Unsur-unsur universal kebudayaan adalah unsur-unsur kebudayaan yang
dapat ditemukan di semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Dalam buku
Universal Categories of Culture, C. Kluckhohn berpendapat bahwa ada tujuh
unsur kebudayaan yang bersifat universal, yaitu :
a. Bahasa,
b. Sistem pengetahuan,
c. Sistem organisasi kemasyarakatan,
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi,
e. Sistem mata pencarian hidup dan sistem ekonomi,
f. Sistem religi, dan
g. Kesenian.

B. Pengaruh Faktor Geografis Terhadap Keragaman Budaya di Indonesia
Letak geografis berperan dalam keragaman budaya Indonesia. Faktor-faktor
yang berperan dengan batas-batas geografis antara lain sebagai berikut.
a. Letak Geografis
Perbedaan kondisi di suatu wilayah, dimana suatu wilayah atau posisi yang
dibatasi oleh pegunungan, daratan, rendah, laut, maupun selat akan
memberikan dampak terisolasinya masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini
secara alami akan membuat masyarakat tersebut mengembangkan corak
kebudayaan yang khas dan sesuai dengan lingkungan geografisnya.
b. Posisi Strategis
Letak Indonesia yang berada di antara benua Asia dan benua Australia,
serta diantara samudera Hindia dan samudera Pasifik menyebabkan Indonesia
berada pada jalur transportasi perdagangan dunia. Perairan Nusantara
merupakan perairan yang ramai dilalui kapal-kapal dagang dari India, Eropa,
dan Cina. Dampak dari posisi silang ini menyebabkan Indonesia kaya akan
keragaman budaya dan suku bangsa.
c. Kondisi Ekologis
Lingkungan ekologis terbentuk dari struktur tanah, iklim, dan topografi.
Hal ini memberikan kontribusi bagi kondisi penduduk baik dari segi ekonomi,
sosial, maupun budaya. Kebudayaan suatu masyarakat dapat dilihat dari sikap,
adat istiadat, serta kegiatan ekonomi masyarakat tersebut dalam
memperlakukan lingkungan mereka tinggal sesuai kondisi ekologis sosialnya.

C. Persebaran Keragaman Budaya di Indonesia
Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk. Kemajemukan ini merupakan
salah satu kekayaan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku
bangsa. Berbagai kebudayaan lokal tersebar di seluruh Indonesia. Persebaran ini
seiring dengan persebaran suku bangsa Indonesia. Setiap masyarakat yang tinggal
di berbagai tempat di permukaan bumi ini memiliki kebudayaan sendiri sebagai
hasil kreatifitas dalam membentuk dan mengembangkan kebudayaannya, juga
sebagai hasil penerimaan kebudayaan lain yang menyebabkan terdapatnya
beberapa kesamaan kebudayaan pada masyarakat yang berbeda. Adanya kesamaan
beberapa unsur kebudayaan di masyarakat sebagai suatu hasil bahwa masyarakat
tersebut telah terjadi kontak dan komunikasi sehingga satu sama lain baik langsung
atau tidak langsung akan terjadi pertukaran kebudayaan, salah satunya yaitu difusi
kebudayaan. Pola atau tipe perubahan kebudayaan melalui proses difusi keruangan
dari berbagai bentuk inovasi, oleh para ahli geografi disebut Spatial Interaction.
1. Proses Persebaran Keragaman Budaya di Indonesia
a. Difusi Ekspansi (expansion diffusion)
Merupakan suatu proses dimana unsur-unsur kebudayaan menjalar dari
suatu masyarakat yang berada di suatu daerah ke daerah lain yang berada
di sekitarnya. Menjalar melalui suatu populasi dari suatu daerah ke daerah
yang lainnya. Dalam prosesnya unsur-unsur kebudayaan yang didifusikan
tetap ada dan kadang menjadi lebih intensif intensif di tempat asalnya.
Artinya terjadi penambahan unsur-unsur kebudayaan baru pada populasi
antara periode dan waktu, serta mengubah pola keruangan populasi secara
keseluruhan. Daerah asal mengalami perluasan.
b. Difusi Penampungan (relocation diffusion)
Merupakan proses yang sama dengan penyebaran keruangan di mana
unsur-unsur kebudayaan yang didifusikan meninggalkan daerah tempat
asal unsur kebudayaan bersangkutan, kemudian berpindah atau di tampung
di daerah yang baru.
c. Difusi Penularan (contagious diffusion)
Merupakan suatu proses dimana sebuah inovasi mengalami saingan lewat
suatu kelompok masyarakat atau komunitas, kasus ini menunjukkan model
aliran air yang berundak-undak di permukaan batuan (keras, kompak);
difusi semacam ini disebut juga cascade diffusion.

2. Persebaran Keragaman Budaya di Indonesia
a. Kebudayaan Aceh
Kebudayaan Aceh banyak dipengaruhi oleh budaya-budaya melayu,
karena letak Aceh yang strategis sehingga Aceh merupakan jalur
perdagangan, maka masuklah budaya Timur Tengah. Beberapa budaya yang
ada sekarang adalah hasil dari akulturasi antara budaya melayu, Timur
Tengah, dan Aceh sendiri.
Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang
melayu dan Timur Tengah. Sistem kemasyarakatan suku bangsa Aceh, mata
pencaharian sebagian besar masyarakat Aceh adalah bertani, namun tidak
sedikit juga yang berdagang. Sistem kekerabatan masyarakat Aceh mengenal
Wali, Karong, dan Kaom yang merupakan bagian dari sistem kekerabatan.
b. Kebudayaan Batak
Suku-suku Batak, lebih khusus terdiri dari sub suku-suku bangsa: (1)
Karo yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi Dataran Tinggi Karo,
Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, dan sebagian dari Dairi; (2)
Simalungun yang mendiami daerah induk Simalungun; (3) Pakpak yang
mendiami daerah induk Dairi; (4) Toba yang mendiami suatu daerah induk
yang meliputi daerah tepi Danau Toba, Pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba,
daerah Asahan, Silindung, daerah antara Barus dan Sibolga, dan daerah
pegunungan Pahae dan Habinsaran; (5) Angkola yang mendiami daerah induk
Angkola dan Sipirok, sebagian dari Sibolga dan Batang Toru dan bagian utara
dari Padang Lawas; (6) Mandailing yang mendiami daerah induk Mandailing,
Ulu, Pakatan, dan bagian selatan selatan dari Padang Lawas.
Menurut cerita-cerita suci (tarombo) orang Batak, terutama dari orang
Batak Toba, semua sub suku-suku bangsa Batak itu mempunyai nenek
moyang yang sama, yaitu Si Raja Batak.
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak
mempergunakan beberapa logat, ialah: (1) Logat Karo yang dipakai oleh
orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh orang Pakpak; (3) Logat
Simalungun yang dipakai oleh orang Simalungun; dan (4) Logat Toba yang
dipakai oleh orang Toba, Angkola, dan Mandailing. Diantara keempat logat
tersebut, dua yang paling jauh jaraknya satu dengan yang lain adalah logat
Karo dan Toba.
c. Kebudayaan Sumatera Barat
Daerah asal dari kebudayaan Minangkabau kira-kira seluas daerah
provinsi Sumatra Barat sekarang ini, dengan dikurangi daerah kepaluan
Mentawai, tetapi dalam pandangan orang Minangkabau sendiri, daerah ini
dibagi-bagi lagi dalam bagian-bagian khusus yang menyatakan pertentangan
antara darat dan pesisir atau rantau. Ada anggapan bahwa orang-orang yang
berdiam di pesisir (pinggir Lautan Indonesia), berasal dari darat. Daerah darat
dengan sendirinya dianggap sebagai daerah asal dan daerah utama dari
pemangku kebudayaan Minangkabau. Secara tradisional, daerah darat terbagi
kedalam tiga luhak (kira-kira sama dengan kabupaten), yaitu Tanah Datar,
Agam, dan Limo Pulueh Koto, kadang-kadang ditambah dengan Solok. Orang
Minangkabau mencoba meghubungkan keturunan mereka dengan suatu
tempat tertentu, yaitu Parahiangan dan Padang Panjang.
d. Kebudayaan Bali
Perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa-Hindu di berbagai daerah di
Bali dalam zaman Majapahit dulu, menyebabkan adanya dua bentuk
masyarakat di Bali, ialah masyarakat Bali-Aga dan Bali-Majapahit (wong
Majapahit). Masyarakat Bali-Aga kurang sekali mendapat pengaruh dari
kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit dan mempunyai struktur tersendiri.
Orang Bali-Aga pada umumnya mendiami desa-desa di daerah pegunungan,
seperti Sembiran, Cempaga Sidatapa, Pedawa, Tigawasa, di Kabupaten
Buleleng, dan desa Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem.
Sekarang ini komunikasi modern, pendidikan, serta proses modernisasi telah
membawa banyak perubahan-perubahan juga dalam masyarakat dan
kebudayaan dari desa-desa tersebut. Orang Bali-Majapahit yang pada
umumnya diam di daerah-daerah dataran merupakan bagian yang paling besar
dari penduduk pulau Bali. Kecuali di pulau Bali, ada juga orang Bali di bagian
barat dari pulau Lombok, sedangkan usaha transmigrasi oleh pemerintah telah
menyebarkan mereka ke daerah-daerah lain, seperti Sumatra Selatan,
Kalimantan Tengah, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
e. Kebudayaan Bugis-Makassar
Kebudayaan Bugis-Makassar adalah kebudayaan dari suku bangsa Bugis-
Makassar yang mendiami bagian terbesar dari jazirah selatan yang berarti
provinsi pulau Sulawesi. Penduduk Sulawesi Selatan terdiri atas empat suku
bangsa, yaitu Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar.
f. Kebudayaan Sunda (Jawa Barat)
Kebudayaan masyarakat Jawa Barat terpengaruh oleh empat sumber, yaitu
Hindu-Buddha, Islam, Jawa, dan kebudayaan Barat. Hal ini dapat dilihat dari
upacara yang disertai membakar kemenyan (pengaruh Hindu), doa-doa
menurut agama Islam, pakaian pernikahan seperti yang dipakai oleh wayang
orang (pengaruh Jawa Tengah), serta pemberian kado dan hidangan
prasmanan di pernikahan yang mengikuti model Belanda. Sebagian besar
budaya Jawa Barat didominasi suku Sunda dan adat tradisionalnya yang
penuh khazanah Bumi Pasundan.
g. Kebudayaan Jawa
Daerah kebudayaan Jawa sangat luas, meliputi seluruh bagian tengah dan
timur dari pulau Jawa. Akan tetapi, ada daerah-daerah yang secara kolektif
sering disebut daerah Kejawen. Sebelum terjadi perubahan-perubahan status
wilayah seperti sekarang ini, daerah Kejawen meliputi Banyumas, Kedu,
Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Daerah luar itu
dinamakan Pesisir dan Ujung Timur.

D. Pembentukan Kebudayaan Nasional
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang
didukung oleh sebagian besar warga suatu negara dan mewakili syarat mutlak yang
bersifat khas dan dibanggakan, serta memberikan identitas terhadap warga. Lebih
lanjut, Koentjaraningrat mengemukakan beberapa konsep kebudayaan nasional.
Pertama, kebudayaan nasional adalah karya warga negara Indonesia, termasuk
juga karya-karya zaman dahulu di berbagai wilayah tanah air. Kedua, kebudayaan
nasional merupakan hasil karya warga negara Indonesia yang tema pikiran dan
wujudnya mengandung ciri-ciri khas Indonesia. Ketiga, kebudayaan nasional
merupakan hasil karya warga negara Indonesia dan umumnya dirasakan memiliki
nilai yang tinggi sehingga menjadi kebanggaan orang Indonesia. Koentjaraningrat
menyampaikan persyaratan yang harus dimiliki kebudayaan daerah untuk menjadi
kebudayaan nasional. Persyaratannya adalah sebagai berikut.
1. Kebudayaan daerah yang menjadi kebudayaan nasional harus memberikan
identitas kepada warga negara pendukung kebudayaan itu. Maksudnya, unsur
kebudayaan daerah yang mempunyai dan memberikan identitas dan ciri khas
itulah yang dapat diangkat menjadi unsur kebudayaan nasional.
2. Kebudayaan daerah yang menjadi kebudayaan nasional harus menimbulkan
perasaan bangga kepada para pendukungnya, baik suku bangsa asal
kebudayaan itu, maupun rakyat Indonesia.
3. Kebudayaan daerah yang menjadi kebudayaan nasional harus bermutu tinggi
agar dapat memperkaya khazanah, derajat, dan nilai kemanusiaan bangsa
Indonesia.
Sehingga dengan kata lain, budaya nasional adalah gabungan budaya
daerah/lokal yang ada di negara tersebut. Kebudayaan daerah/lokal yang dapat
menimbulkan rasa tunggal bagi seluruh bangsa karena dapat mewakili identitas
bersama.

E. Pelestarian dan Pemanfaatan Produk Kebudayaan Indonesia Dalam Bidang
Ekonomi Kreatif dan Pariwisata
Kebudayaan dapat dilihat sebagai sejumlah pengalaman dan pengetahuan
yang menghasilkan berbagai macam produk budaya. Produk budaya merupakan
karya intelektual, artistik, dan praktik individu atau kelompok yang memiliki
makna tertentu yang didasari oleh keyakinan, sikap, gagasan, dan nilai budaya
dalam tradisi lokal tertentu.
1. Budaya Tradisional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebudayaan merupakan
hasil kegiatan dan penciptaan akal budi (batin) manusia, sepertinya kesenian
dan adat istiadat, atau dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami
lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
Indonesia kaya akan suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah
nusantara. Budaya dari berbagai suku bangsa tersebut merupakan potensi
yang dimiliki Negara Indonesia yang harus dilestarikan, seperti berikut.
a. Kesenian tradisional, merupakan suatu kesenian yang berasal dari daerah
tertentu dan memiliki ciri khas, seperti loncat batu (Pulau Nias), ondelondel
(Jakarta), reog (Ponorogo), dsb.
b. Bahasa tradisional, yaitu bahasa daerah yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari oleh setiap daerah, seperti Bahasa Sunda, Jawa, Batak, Bugis,
dsb.
c. Lagu tradisional, seperti “Pileuleuyan” (Jawa Barat), “Butet” (Sumatera
Utara), “Apuse” (Papua), “Ampar-Ampar Pisang” (Kalimantan Selatan),
dsb.
d. Tarian tradisional, yaitu tarian khas yang memiliki arti penting karena
fungsinya yang sangat mengutamakan suatu penghormatan, seperti tari
pendet (Bali), tari jaipongan (Jawa Barat), tari saman (Aceh), dsb.
e. Alat musik tradisional, merupakan alat musik khas dari suatu daerah yang
digunakan untuk membawakan lagu daerah dan mengiringi tari daerah,
seperti angklung (Jawa Barat), gamelan (Jawa), sasando (Nusa Tenggara
Timur), tifa (Maluku), dsb.
f. Pakaian tradisional, yaitu pakaian khas yang berbedadari daerah satu
dengan daerah lain, seperti baju bodo (Sulawesi Selatan), baju kurung
(Sumatera), baju kebaya (Jawa, Sunda, Jakarta), dsb.
g. Senjata tradisional, merupakan senjata khas dari daerah tertentu yang
digunakan oleh para leluhur, seperti mandau (Kalimantan), keris (Jawa),
parang sawalaku (Maluku), dsb.
h. Rumah tradisional, atau sering disebut dengan rumah adat ini memiliki
ciri khas daerahnya masing-masing, seperti joglo (Jawa Tengah), rumah
gadang (Sumatera Barat), rumah betang (Kalimantan Tengah), rumah
tongkonan (Sulawesi), dsb.
i. Permainan dan olahraga tradisional, merupakan permainan dan olahraga
yang berkembang daeri daerah tertentu, seperti karapan sapi (Madura),
sepak takraw (Sulawesi Selatan), dan pethik ele (Jawa Tengah).
j. Makanan tradisional, merupakan makanan khas dari suatu daerah
tertentu, seperti ayam betutu (Bali), pepeda (Papua), dsb.
2. Budaya Tradisional sebagai Potensi Ekonomi Kreatif
Daerah di Indonesia yang memiliki seribu pesona wisata ekonomi kreatif,
yaitu Yogyakarta. Yogyakarta selain memiliki tempat wisata yang beraneka
ragam, daerah ini juga memiliki Desa Wisata yang banyak jumlahnya dan
daerah-daerah tempat wisata lainnya yang melahirkan ekonomi kreatif, seperti
berikut ini.
a. Di Berjo Wetan, kita dapat mengetahui proses pembuatan genteng secara
manual yang baik, sehingga menjadikan daerah ini sebagai pusat genteng
terbaik di Yogyakarta.
b. Di Candi Prambanan, selain dapat mempelajari situs sejarah, di candi ini
kita juga dapat mengembangkan kemampuan berbahasa asing dengan
turis-turis luar negeri yang banyak berkunjung ke candi ini. Di kawasan
candi ini juga dilengkapi fasilitas yang beraneka ragam bahkan
melahirkan pasar yang menjajakan beraneka jenis jajanan khas
Yogyakarta.
c. Di Desa Wisata Krebet, kita dapat melihat batik yang tertoreh di atas
kayu. Desa ini sangat tenang dan asri karena pengrajin batik kayu ini
selalu mengedepankan tebang pilih pohon untuk kayu yang akan mereka
gunakan, sehingga selain dapat meningkatkan ekonominya, juga dapat
menjaga kelestarian lingkungan.
d. Di Malangan, kita dapat menjumpai kerajinan bambu untuk gerabah,
sehingga menjadikan desa ini sebagai desa wisata yang sangat
diandalkan.
e. Di Desa Gamplong, kita dapat menemui tenunan tradisional yang khas.
Selain itu juga, warga di desa ini memanfaatkan barang-barang daur ulang
menjadi barang-barang yang istimewa yang layak jual dan bernilai
ekonomi tinggi, seperti tas dari kain perca, kotak tisu dari pasir, jam dari
kerang, dsb.
f. Di Desa Kasongan, kita dapat menjumpai guci-guci, patung-patung, dan
aksesoris lainnya dengan motif yang sangat indah dan khas. Disini kita
dapat melihat langsung cara pembuatannya, bahkan kita juga dapat ikut
membuatnya.
3. Budaya Tradisional sebagai Potensi Wisata
Pengembangan pariwisata harus sejalan dengan pengembangan budaya
tradisional. Gagasan tersebut dikembangkan asumsi bahwa pembangunan
daya tarik wisata didasarkan pada pembangunan masyarakat dan budayanya.
Budaya tradisional lain yang dapat dikembangkan sebagai potensi wisata
adalah sebagai berikut.
a. Kuda Lumping
Kuda lumping atau juga disebut kuda kepang atau jathilan adalah seni
tari tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit yang tengah
menunggang kuda. Properti yang digunakan berupa kuda tiruan yang
terbuat dari anyaman bambu atau kepang.
b. Reog
Reog merupakan salah satu kesenian daerah di Indonesia yang berasal
dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Kesenian ini masih sangat kental
dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Dalam
memainkan reog, terdapat alur cerita, seperti tentang Raja Ponorogo yang
berniat melamar putri Kediri. Tidak semua orang dapat memainkan seni
reog, hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki garis keturunan jelas
dan hukum adat yang masih berlaku.
c. Sintren
Sintren adalah kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya
di Pekalongan. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Tengah dan
Jawa Barat, antara lain di Pemalang, Pekalongan, Brebes, Banyumas,
Kuningan, Cirebon, Indramayu, dan Jatibarang. Kesenian sintren dikenal
juga dengan nama lais, serta sebagai tarian dengan aroma mistis/magis
yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.
Keunikan dari tarian ini, yaitu setiap diadakan pertunjukan sintren sang
penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan
bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan
suci (perawan).
d. Ludruk
Ludruk merupakan suatu drama tradisional dari Jawa Timur yang
diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang digelarkan di sebuah
panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari,
cerita perjuangan, dsb yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan
musik gamelan.
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat
penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, sehingga
mudah diserap oleh kalangan nonintelek (tukang becak, peronda, sopir,
angkutan umum, dll). Sebuah pementasan ludruk biasanya dimulai
dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang
memerankan “Pak Sakera”, seorang jagoan Madura.
4. Potensi Wisata Budaya Tradisional sebagai Bentuk Ekonomi Kreatif
Kekayaan alam dan budaya Indonesia sangat beraneka ragam, hal tersebut
menjadi sebuah potensi untuk meningkatkan bidang pariwisata, salah
satunya dalam pengembangan ekonomi kreatif. Contoh daerah di Indonesia
yang telah mengembangkan ekonomi kreatif sebagai potensi budaya
tradisional adalah sebagai berikut.
a. Daerah Tapanuli, Sumatera Utara
Di daerah ini berbagai budaya tradisional telah dikembangkan menjadi
ekonomi kreatif adalah tor-tor, rumah adat bolon, dan kain ulos. Usaha
kerajinan pendapatan serta memperbaiki tingkat ekonomi penduduk,
khususnya di daerah Tapanuli.
b. Daerah Kampung Laweyan Solo, Jawa Tengah
Sejak abad XIV, Laweyan sudah menjadi pusat pakaian. Saat ini,
Laweyan terkenal sebagai kampung batik. Terdapat kurang lebih 70
pengrajin batik berskala kecil sampai dengan mencegah yang
memproduksi beraneka macam kerajinan batik, seperti kemeja,
selendang, sprei, dan sarung.
c. Daerah Kalimantan
Potensi budaya tradisional yang dapat dijadikan sumber ekonomi
kreatif, misalnya pada suku Dayak memiliki hasil kerajinan tangan yang
mempunyai corak yang khas serta unik. Kerajinan tangan berupa tas dari
anyaman rotan, kain tenun dari serat daun doyo, serta kerajinan manikmanik
merupakan hasil budaya tradisional yang dapat menjadi sumber
pendapatan bagi masyarakat suku Dayak.
d. Daerah Sulawesi
Suku Toraja di Sulawesi terkenal dengan ritual pemakaman, rumah
adat tongkonan, dan ukiran kayunya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai
sumber ekonomi kreatif, salah satunya untuk meningkatkan potensi
perekonomian penduduk. Rambu solo, upacara pemakaman yang
berlangsung selama berhari-hari merupakan potensi wisata budaya
tradisional yang menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk
berkunjung.
e. Desa Ubud, Bali
Pesona Desa Ubud telah diketahui hingga ke mancanegara, tidak
hanya karena pemandangan alamnya, tetapi juga potensi budaya
tradisionalnya. Pertunjukan seni seperti sendratari kecak dan pameran
lukisan juga pameran ukiran merupakan pertunjukan yang selalu digelar
setiap harinya di museum dan galeri di Desa Ubud. Selain itu, kekhasan
kulinernya seperti bebek bengil merupakan kekayaan tradisional yang
dapat menjadi potensi pengembangan ekonomi kreatif.
f. Kampung Sade, Nusa Tenggara Barat
Kampung Sade merupakan perkampungan suku Sasak dengan jumlah
penduduknya sekitar 700 jiwa. Kampung Sasak memiliki kebudayaan
tradisional yang masih dijaga kelestariannya. Hal ini dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan
perekonomian penduduknya. Salah satu budaya tradisional yang dapat
dikembangkan sebagai ekonomi kreatif adalah kerajinan tenun ikat dan
tenun songket khas suku Sasak.
g. Kampung Adat Bena, Nusa Tenggara Timur
Kampung Adat Bena memiliki kekhasan tersendiri yang dapat menarik
minat wisatawan untuk berkunjung. Kampug Adat Bena didesain
berbentuk perahu dan juga dapat berfungsi sebagai benteng pertahanan.
Selain keunikan tersebut, beberapa budaya tradisional seperti kerajinan
tenun ikat dapat menjadi potensi untuk pengembangan ekonomi kreatif di
daerah tersebut.
h. Pulau Morotai, Maluku Utara
Pulau Morotai terkenal dengan budaya tradisionalnya seperti upacara
adat yang diperuntukkan agar terjadi keseimbangan alam atas
penggunaan sumber daya laut. Selain upacara adat, tarian tradisional yang
ada di Pulau Morotai seperti tarian cakalele, todetide, dan salambe
merupakan budaya tradisional yang melengkapi keindahan bahari Pulau
Morotai. Disamping budaya tradisional, peninggalan sejarah Perang
Dunia II, seperti benteng, mobil tanker, dan museum bawah lat dapat
menjadi nilai potensi wisata untuk pengembangan ekonomi kreatif di
Pulau Morotai.
i. Raja Ampat, Papua
Wilayah Raja Ampat menyimpan potensi wisata yang sangat besar
bahkan sudah dikenal di mancanegara. Potensi wisata budaya tradisional
untuk pengembangan ekonomi kreatif gencar dilakukan. Mulai dari usaha
kreatif rumahan yang membuat kerajinan dan ukiran hingga
penyelenggaraan festival Raja Ampat yang diadakan setiap tahunnya.
Selain itu, pengembangan desa wisata terus dilakukan, diantaranya di
Yenwaupor, Arborek, Yenbuba, Sawinggrai, dan Sawandarek.

F. Kebudayaan Indonesia Sebagai Bagian dari Kebudayaan Global
Global mempunyai arti menyeluruh, bersifat mendunia, sehingga dapat ditarik
kesimpulan global adalah mencakup atau mempengaruhi dunia. Globalisasi adalah
proses interaksi dan integrasi antara manusia, perusahaan, dan pemerintah dari
berbagai negara, yang didorong oleh perdagangan dan investasi internasional dan
dibantu oleh teknologi informasi. Dengan adanya globalisasi, nilai-nilai budaya
tertentu tersebar ke seluruh dunia sebagai budaya dunia. Globalisasi memiliki
dampak terhadap budaya dunia. Indonesia merupakan bagian dari dunia. Tentu
saja Indonesia tidak dapat lepas dari pengaruh globalisasi. Kebudayaan Indonesia
merupakan bagian dari kebudayaan global. Meskipun demikian, bangsa Indonesia
harus tetap menunjukkan kebudayaan nasional sebagai identitas nasional. Pasal 32
Ayat 1 UUD 1945 menyatakan negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia
di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Untuk memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah dinamika perkembangan dunia,
keberagaman kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang
sangat diperlukan.



KERJAKAN SOAL LATIHAN PADA LINK BERIKUT INI :

KLIK PADA KATA LATIHAN SOAL 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar