Iklim
suatu daerah disusun oleh unsur-unsur yang variasinya besar, sehingga hampir
tidak mungkin dua tempat yang berbeda mempunyai iklim yang identik. Sebetulnya
tidak terbatas jumlah iklim di permukaan bumi ini yang memerlukan penggolongan
dalam suatu kelas atau tipe. Perlu diketahui bahwa semua klasifikasi yang ada
merupakan buatan manusia sehingga masing-masing ada kebaikannya dan
keburukannya. Satu hal yang penting adalah persamaan tujuan yaitu berusaha untuk
menyederhanakan jumlah iklim lokal yang tidak terbatas jumlahnya, menjadi
golongan yang jumlahnya relatif sedikit yaitu kelas-kelas yang mempunyai sifat
yang penting dan bersamaan.
Iklim
di suatu negara tidak selalu sama, melainkan selalu berbeda antara negara satu
dengan lainnya, hal demikian mampu menyebabkan perbedaan dalam bidang proses
alami, perkembangan dan kehidupan biologis. Sehingga, perbedaan iklim antara
negara dapat berpengaruh kepada: proses pembentukan tanah, pelapukan batuan,
kesuburan lahan pertanian, jenis tanaman budidaya, erosi, dan sedimentasi.
Perbedaan iklim ditentukan oleh faktor
pengendali iklim negara bersangkutan dan keberadaan kuantitas dan kualitas
unsur-unsur atau elemen-elemen iklim
di setiap negara, yang rentan sekali mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Pengaruh pengendali iklim sifatnya tetap/permanen, sedang pengaruh elemen-elemen
iklim bersifat tidak tetap/remanen. Baik pengendali iklim dan elemen iklim
merupakan faktor utama sebagai penentu iklim bagi negara.
Perbedaan
iklim di setiap negara banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya lokasi
negara, kedudukan matahari, luas darat dan luas laut, topografi, dll.
Faktor-faktor itu biasa disebut pengendali iklim. Pengendali iklim dapat mengatur
keberadaan unsur-unsur atau elemen-elemen iklim di suatu wilayah. Ada dua faktor
pengendali iklim, yaitu:
1. Faktor Luar Bumi
Faktor
pengendali iklim dari luar bumi ialah matahari. Sinar matahari adalah sebagai
sumber panas atau energi bagi bumi. Panas matahari atau energi mampu
mempengaruhi keberadaan dan perkembangan terhadap: angin, awan, hujan,
temperatur, tekanan udara, dll. Kedudukan matahari terhadap bumi atau
sebaliknya, sepanjang tahun tidak sama, tetapi selalu bergeser. Hal ini dapat
terjadi karena rotasi dan revolusi oleh bumi terhadap matahari, sehingga luasan
daerah di bumi yang mendapat energi selalu berubah, baik kuantitas, kualitas,
dan lama waktunya. Kedudukan matahari terhadap bumi berpengaruh besar bagi
pembagian daerah iklim di bumi.
2. Faktor Dalam Bumi
Faktor
pengendali iklim dari dalam bumi ditentukan oleh manusia dan faktor fisis daerah
bersangkutan. Pengendali iklim oleh manusia tidak banyak merubah keadaan dan
perkembangan iklim, tetapi hanya mampu memperkecil pengaruh iklim, seperti
membuat hujan buatan. Keadaan fisis daerah yang berperan sebagai pengatur iklim
adalah:
- a. Garis Lintang
- b. Bentuk muka bumi
- c. Topografi
- d. Daerah tekanan udara
- e. Permukaan tanah
- f. Luas darat dan laut
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan penggunaan klasifikasi iklim adalah :
- Tujuan klasifikasi iklim dibuat untuk : pertanian, kelautan, pernerbangan dll
- Luas cakupan wilayah klasifikasi iklim : makro, meso, dan mikro.
- Latar belakang pembuatan klasifikasi iklim
- Koppen digunakan untuk iklim pada tumbuhan/vegetasi
- Schmidth-Ferguson digunakan untuk iklim kehutanan dan perkebunan.
- Oldeman digunakan untuk iklim lahan pertanian pangan.
I. Klasifikasi Schmidt - Fergusson
Schmidt
dan Fergusson menggunakan dasar adanya bulan basah dan bulan kering
seperti yang dikemukakan oleh Mohr. Perbedaan terdapat pada cara mencari
bulan basah dan
bulan kering. Hal ini juga merupakan alasan pembagian iklim tersendiri
untuk
Indonesia. Menurut Mohr bulan basah dan bulan kering berdasarkan Tabel
1.1.
Tabel 1.1. Klasifikasi bulan menurut Mohr
Jenis
bulan
|
Curah
hujan/bulan
|
Bulan
basah
|
³
100
|
Bulan
lembab
|
60-100
|
Bulan
kering
|
£
60
|
Schmidt dan Fergusson mendapatkan bulan basah dan bulan kering bukan mencari harga rerata curah hujan untuk masing-masing bulan tetapi dengan cara tiap tahun adanya bulan basah dan bulan kering dihitung kemudian dijumlahkan untuk beberapa tahun kemudian direrata. Hal ini mengingat, jika digunakan harga rerata masing-masing bulan adanya bulan basah dan bulan kering yang tiap tahun bergeser kemungkinan sekali tidak nampak pada harga rerata bulan basah.
Jumlah
rerata bulan kering dan bulan basah didapat dari data hujan seluruh Indonesia
antara tahun 1921 – 1940 dengan menghilangkan tempat-tempat yang mempunyai data
sepuluh tahun.
Berdasarkan
besarnya nilai Q, Schmidt dan Fergusson menentukan tipe hujan di Indonesia, yang
disajikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Klasifikasi iklim menurut
Schmidt-Fergusson
II. Klasifikasi Koppen
Dasar
klasifikasi Koppen adalah rerata curah hujan dan temperatur bulanan maupun
tahunan. Tanaman asli dilihat sebagai kenampakan yang terbaik dari keadaan iklim
sesungguhnya, sehingga batas iklim ditentukan dengan batas hidup tanaman. Koppen
mengenalkan bahwa daya guna hujan terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman
tidak tergantung pada hanya jumlah hujan tapi juga tergantung pada intensitas
evaporasi yang menyebabkan hilangnya air yang cukup besar, baik dari tanah
maupun dari tanaman.. Hubungan intensitas evaporasi dan daya guna hujan
ditunjukkan dengan hubungan antara hujan dan temperatur. Misalnya: jumlah hujan
yang sama yang terjadi di daerah iklim panas atau terpusat pada musim panas yang
berarti evaporasi besar, adalah kurang bagi tanaman daripada yang jatuh di
daerah beriklim sejuk. Walaupun demikian metode untuk mengukur daya guna hujan
ini tidak begitu memuaskan.
Koppen menggunakan simbol-simbol
tertentu untuk mencirikan tipe iklim. Tiap tipe iklim terdiri dari kombinasi dan
masing-masing huruf mempunyai arti
sendiri-sendiri. Koppen membagi bumi dalam 5 kelompok iklim, yaitu
:
A. Iklim Hujan Tropika (Tropical Rainy Climates)
Iklim
ini diberi simbol A. Daerah yang mempunyai temperatur bulan terdingin lebih
besar daripada 18°C
(64°F)
termasuk
iklim ini yang dibagi menjadi beberapa tipe iklim, yaitu:
1)
Tropika
Basah (Af)
Daerah
yang termasuk tipe iklm ini harus memenuhi syarat di atas dan daerah bulan
terkering hujan rerata lebih besar dari 60 mm.
2)
Tropika
Basah (Am)
Jumlah
hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan
kering. Tipe ini memiliki bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering. Bulan-bulan
kering dapat diimbangi oleh bulan basah, sehingga pada daerah-daerah yang
demikian basah terdapat hutan yang cukup lebat.
3)
Tropika
Basah Kering (Aw)
Jumlah
bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering sehingga
vegetasi yang ada adalah padang rumput dengan pepohonan yang
jarang.
B. Iklim Kering (dry climate)
35% of Earth's land surface , evaporation exceeds precipitation
1) Iklim
steppe (Bs) : desert / precipitation < 1/2 evaporation
2) Iklim
padang pasir (Bw) : precipitation > 1/2 evaporation
C. Iklim sedang (humid mesothermal climate)
27% of Earth's total surface area , 55 % of world's population ,
Warmest month > 50 degrees F, Coldest month > 32 degrees F but < 64.4
degrees F
1) Iklim
sedang dengan musim panas yang kering (Cs – dry summer subtropical climate) :
Dry summer / "Mediterranean"
2) Iklim
sedang dengan musim dingin yang kering (Cw) : winter dry period
3) Iklim
sedang yang lembab (Cf) : no dry season / all months > 1.2 in. precip.
D. Iklim dingin (humid microthermal climate)
21% of Earth's land surface (7%
total surface) , warmest month
> 50 deg F , coldest month < 32 deg F , great variability in temperature ,
snow climates , only in mountains in the southern
hemisphere
1) Iklim
dingin dengan musim dingin yang kering (Dw) : dry winter
2) Iklim
dingin tanpa pernah kering (Df) : no dry period
E. Iklim kutub (polar)
warmest month below 50 degrees F
1) Iklim
tundra (Et) : tundra and ice cap
2)
Iklim
es- salju abadi (Ef) : cold, ice climates
III. Klasifikasi Oldeman
Sistem
klasifikasi iklim menurut Oldeman digunakan terutama pada lahan padi
sawah lahan kering. Atas dasar pertimbangan bahwa curah hujan lebih
besar atau sama dengan
200 mm per bulan dianggap cukup untuk usaha padi sawah, sedang untuk
tanaman
palawija curah hujan minimal 100 mm per bulan dianggap cukup. Umur padi
sawah
diperkirakan cukup selama 5 bulan. Oldeman membagi beberapa zone
agroklimat
seperti yang disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Klasifikasi iklim menurut Oldeman
|
������
BalasHapushttps://saglamproxy.com
BalasHapusmetin2 proxy
proxy satın al
knight online proxy
mobil proxy satın al
AER3U8