BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Lumajang adalah sebuah kota di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini berbatasan dengan Jember di timur, Probolinggo di utara, dan Malang di barat. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan samudera Hindia. Lumajang berlokasi sekitar 150 km ke arah tenggara Surabaya. Temperaturnya berkisar antara 24 (derajad Celcius) sampai 32 (derajad Celcius). Lumajang merupakan salah satu kota tertua di Jawa yang masih tetap ada hingga sekarang. Berdasarkan artifak Mula Malurung (1177 tahun Saka), Lumajang kemudian diperintah oleh Raja Narayya Kirana Sminingrat. Tanggal pada artifak yaitu 15 Desember 1255 berdasarkan kalender Gregorian, ditetapkan sebagai sebagai tanggal berdirinya Lumajang. Menhir yang ditemukan di kecamatan Senduro, Gucialit, Sukodono, Klakah, dan Lumajang terungkap bahwa pada masa pra sejarah, wilayah Lumajang yang sekarang ini sudah dihuni lama sebelum tanggal artifak Mula Malurung. Populasi di Lumajang terdiri atas suku Jawa, Madura, etnis Cina, dan Tengger.
Nama Kabupaten Lumajang ternyata kurang
begitu populer daripada Jember, Probolinggo, atau Malang. Sebagai putera asli
Lumajang saya sangat prihatin dengan kondisi seperti ini. Padahal di Lumajang
terdapat begitu banyak tempat-tempat pariwisata yang begitu indah. Tempat
wisata itu antara lain: pemandian alam Selokambang, danau segitiga (Ranu
Klakah, Ranu Bedali, Ranu Pakis), danau kawah Semeru (Ranu Pane, Ranu Regulo,
Ranu Kumbolo), Gunung Semeru, Goa Tetes, dan Candi Mandara Giri. Selain itu
masih terdapat beberapa pantai dan tempat wisata lain yang tidak kalah indah.
Masalah utama mungkin kurangnya promosi
tempat wisata tersebut. Sehinggga banyak masyarakat yang tidak mengenal Lumajang.
Oleh karena itu promosi pariwisata Lumajang harus diusahakan lebih gencar lagi.
Salah satu usaha untuk mempopulerkan Lumajang adalah melalui produk atau
komoditi andalan Lumajang yaitu pisang agung yang merupakan maskot kabupaten
Lumajang. Pisang agung merupakan varietas pisang asli Lumajang.
BAB
II
PEMBAHASAN
Keistimewaan Pisang
Agung
Pisang merupakan tumbuhan asal Asia,
yang tersebar hampir di seluruh belahan dunia, di antaranya di Spanyol, Italia,
Indonesia, dan Amerika. Bahkan, di Indonesia keanekaragaman jenis pisang dapat
ditemui. Salah satunya adalah pisang agung yang merupakan varietas lokal.
Varietas ini diyakini asli Indonesia karena berasal dari Kabupaten Lumajang,
Jawa Timur.
Karena diyakini sebagai varietas lokal
Lumajang, jenis pisang agung talun akhirnya mendapat sertifikasi pengesahan
dengan nama pisang agung semeru dari Lembaga Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura, September 2004. Sertifikasi itu diberikan setelah dikaji oleh
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Karang Ploso, Malang, dan telah
melakukan sidang sertifikasi di Dinas Pertanian Jatim.
Buah yang memberikan banyak arti bagi
kehidupan masyarakatnya itu memang sangat tepat menjadi ikon Kabupaten Lumajang
sebab tidak sedikit masyarakat di kabupaten yang memiliki gunung tertinggi di
Pulau Jawa itu, yakni Gunung Semeru, menggantungkan kehidupan kepada buah
pisang agung. Sebut saja mulai petaninya, pedagang besar, tukang angkut,
penjual makanan di sekitar pasar pisang, pedagang kecil yang menjual secara
eceran kepada konsumen, industri keripik pisang, dan konsumen rumah tangga
lainnya.
Di Kecamatan Senduro, sekitar 40
kilometer dari Gunung Semeru, misalnya, sekitar 90 persen (37.854 jiwa) dari
jumlah penduduk sekitar 42.061 jiwa (2004) itu bermata pencarian sebagai
petani. Dari jumlah itu, sekitar 40 persen jiwa dipastikan memiliki pohon
pisang agung yang ditanam di pekarangan rumah atau kebun.
Kota Lumajang terkenal sebagai kota
penghasil pisang ”Agung”/ pisang Candi yang khas di Jawa Timur, ada juga yang
lebih senang menyebutnya Pisang Gajah. Pisang ini sangat besar. Satu tandan
pisang berisi antara 5, 10, atau 15 biji, panjang masing-masing antara 25
sampai 40 cm. Pisang adalah buah yang tidak mengenal musim, karena hampir
sepanjang tahun selalu ada.
Berdasarkan data dari Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) Pertanian Kecamatan Senduro, populasi pisang agung di awal
tahun 2004 mencapai 323 hektar dari luas total Kecamatan Senduro 52.000 hektar.
Sementara populasi pisang mas sekitar 128 hektar dan 63 hektar untuk luasan
populasi pisang ambon.
Saat ini luasan tanaman
pisang tersebut, termasuk pisang agung, diperkirakan mengalami peningkatan
sekitar 50 persen. Soalnya, di beberapa desa, seperti Burno, Kandang Tepus,
Kandangan, dan Wonocepoko, dilakukan pembukaan areal hutan oleh Perum
Perhutani.
Pengembangan Agrowisata
Pisang Agung
Dengan komoditi andalan pisang agung
yang begitu unik maka potensi untuk pengembangan agrowisata pisang agung
tersebut sangat besar. Namun pengembangan agrowisata belum juga dilaksanakan
oleh pemerintah Kabupaten Lumajang. Padahal pisang agung sebagai maskot
Kabupaten Lumajang apabila dimanfaatkan sebagai agrowisata maka akan dapat
lebih mempopulerkan nama Kabupaten Lumajang dengan ciri khasnya tersebut.
Nama Kota Batu lebih populer dengan komoditi
apel daripada Lumajang. Hal ini karena pemerintah Kota Batu lebih gencar dalam
mengadakan agrowisata komoditi apel tersebut sehingga dapat mengangkat citra
Kota Batu seakan-akan sebagai penghasil apel paling lezat di Indonesia.
Kabupaten Lumajang dengan komoditi pisang agung bisa seperti Kota Batu bahkan
bisa lebih baik lagi. Buah apel panen pada waktu musimnya panen, artinya tidak
setiap saat bisa dipanen. Hal ini beda dengan buah pisang yang tidak mengenal
musim dalam panennya. Jadi kesempatan agrowisata dapat lebih luas dan panjang.
Dengan adanya agrowisata pisang agung
diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan yang penasaran dengan pisang
agung ke Lumajang, sehingga Kabupaten Lumajang dapat lebih dikenal oleh
khalayak banyak. Setiap wisatawan yang berkunjung ke lokasi perkebunan pisang
agung dapat memetik sendiri pisang agung matang yang berwarna merah untuk
dimakan langsung. Untuk yang masih berwarna hijau dapat diolah menjadi kuliner
lezat seperti pisang goreng, kolak pisang, pisang bakar, kripik, dan lain-lain.
Selain dapat mengangkat nama Kabupaten
Lumajang sebagai kota pisang agung, agrowisata juga dapat meningkatkan
kesejahteraan para petani pisang agung. Perlu diketahui bahwa Kecamatan Pasru
Jambe misalnya, sekitar 90,8 persen dari 1.225 keluarga atau sekitar 3.050 jiwa
warganya adalah petani pisang agung. Populasi tanaman pisang agung di desa itu
mencapai 612,5 hektar atau sekitar 1,53 juta pohon pisang, dengan asumsi
rata-rata 2.500 pohon pisang per hektar.
Setiap keluarga yang membudidayakan
pisang agung, dengan lahan kepemilikan rata- rata 0,5 hektar itu, setiap minggu
bisa memetik 150 tandan. Tetapi, ada juga yang hanya 50-75 tandan per minggu
karena usia tanam sudah cukup lama, yakni sekitar dua tahun.
Menurut penuturan salah satu petani
pisang agung asal Desa Jambe Arum, mengaku memiliki kebun pisang seluas 2,5
hektar dengan jumlah tanaman sekitar 5.000 pohon. Keputusannya untuk ganti
komoditas tanaman pertanian dari padi ke pisang agung tak lepas dari soal
pendapatan.
Kalau
bertanam padi dia hanya bisa memanen setiap tiga atau empat bulan sekali. Itu
pun dengan penghasilan yang tidak bisa diharapkan karena harga gabah selalu
anjlok saat panen. Berbeda dengan menanam pisang, setelah menunggu kurang dari
setahun, hasilnya bisa dipetik dua kali dalam seminggu.
Pasar Sentral Pisang
Agung
Bila hari pasar tiba, di sepanjang jalan
setelah lewat satu kilometer dari Pasar Senduro akan terlihat
"lautan" pisang. Tempat yang terletak di Desa Senduro, Kecamatan
Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu menjadi muara perdagangan pisang
agung. Kerap disebut Pasar Pisang Senduro, ke sanalah pisang agung mengalir
dari berbagai pelosok desa di Lumajang. Pasar Pisang Senduro hanyalah tempat di
mana para pedagang pengepul menjual pisang yang dibelinya dari petani di daerah
penghasil, yakni di sekitar Kecamatan Senduro dan Pasru Jambe. Alas untuk
berdagang hanyalah aspal jalan dan tanah pelataran rumah orang.
Jika hari pasaran tiba-Rabu, Kamis,
Sabtu, dan Minggu-jalan selebar lebih kurang 10 meter itu hanya menyisakan
separuhnya saja buat kendaraan bermotor yang lewat. Sisanya digunakan para
pedagang untuk meletakkan pisang yang mereka beli dari petani. Tempat
bermuaranya pisang dari petani di sekitar Senduro itu bisa ditemui di tepi
jalan sepanjang 200 meter.
Pasar yang setiap hari mampu menjual
4.000 tandan pisang itu tidak hanya dipenuhi pisang dan para pedagang, tetapi
juga kendaraan angkutan, seperti truk dan pick-up. Mobil angkut itu umumnya
berasal dari luar Lumajang, seperti dari Probolinggo, Jember, dan bahkan
Provinsi Bali. Ini berarti pisang jenis apa pun yang dihasilkan petani Lumajang
tidak sebatas dikonsumsi oleh pasar lokal (Lumajang) saja, tetapi sudah
melewati batas luar kabupaten dan provinsi.
Munculnya Pasar Pisang Senduro jelas
memberi dampak ekonomi bagi banyak orang, mulai dari pedagang, para buruh
angkut, sampai warung makan dan minum. Menurut penuturan salah seorang pedagang
pisang agung yang ditemui di Pasar Pisang Senduro, rata-rata setiap harinya dia
mampu menjual 20 tandan pisang agung dengan harga bervariasi Rp 8.000, Rp
10.000, sampai Rp 20.000 per tandan, tergantung kualitasnya. Pisang agung yang
buahnya kurus dan warnanya tidak hijau biasanya dihargai murah. Selain pengaruh
kualitas, tinggi rendahnya harga juga tergantung pada permintaan dan
ketersediaan pisang.
Bagi
para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Lumajang akan tidak lengkap rasanya
jika tidak membeli oleh-oleh khas Lumajang yaitu pisang agung. Untuk itu telah
tersedia pasar sentral pisang agung tersebut di Kecamatan Senduro seperti yang
dideskripsikan di atas.
Festival Pisang Agung
Untuk lebih menguatkan citra sebagai
satu-satunya Kabupaten penghasil pisang agung di Indonesia, maka ada baiknya
bila diadakan festival pisang agung dalam momen-momen tertentu, misalnya saja
pada hari jadi Kabupaten Lumajang 15 Desember.
Dalam festival tersebut disuguhkan aneka
kreasi olahan dari pisang agung. Selain untuk memeriahkan hari jadi Kabupaten
Lumajang, festival ini juga menarik kunjungan wisatawan ke Kabupaten Lumajang.
Sebagai tambahan sensasi, dapat juga
diadakan adu pemecahan rekor seperti rekor pisang agung terbesar. Kegiatan ini
akan menambah daya kreatifitas petani pisang agung dan menambah nilai tambah
pisang agung itu sendiri. Selain itu tentunya akan makin menarik perhatian
wisatawan yang akan berkunjung ke Kabupaten Lumajang.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Kabupaten Lumajang dengan berbagai macam
potensi pariwisatanya ternyata kurang begitu familiar di telinga masyarakat
Indonesia apalagi masyarakat dunia. Dalam hal ini kurangnya promosi pariwisata
menjadi masalah utamanya. Oleh karena itu perlu diusahakan lagi promosi
pariwisata Lumajang yang lebih gencar agar potensi pariwisata yang begitu
banyak di Kabupaten Lumajang tidak menjadi sia-sia.
Dalam rangka mewujudkan citra Lumajang
yang lebih dikenal maka usaha pengoptimalan potensi pariwisata harus dilakukan
di semua sektor pariwisata dan oleh seluruh pihak yang terlibat didalamnya
termasuk masyarakat Lumajang. Potensi pariwisata di Kabupaten Lumajang antara
lain wisata alam; berupa pantai, gunung, danau kawah, goa, air terjun, serta
pemandian alam. Ada juga agrowisata dengan komoditi andalan adalah pisang
agung. Namun agrowisata di Kabupaten Lumajang harus dikembangkan lagi karena
masih ketinggalan jauh misalnya dengan Kota Batu yang terkenal dengan buah
apel.
Usaha
untuk memperkenalkan Kabupaten Lumajang pada masyarakat wisatawan bisa
dilakukan melalui agrowisata. Salah satunya adalah dengan komoditi andalan
pisang agung yang merupakan varietas pisang asli Lumajang. Ukuran rata-rata pisang
agung adalah 25 sampai 40 cm dan dalam satu tandan pisang berisi 5, 10, atau 15
biji. Buah pisang tidak mengenal musim, maksudnya pisang dapat dipanen tiap
minggu jadi kesempatan pengembangan agrowisata ini lebih besar.
Saran
Agar usaha mempopulerkan Kabupaten
Lumajang melalui agrowisata pisang agung dapat tercapai maka pemerintah
Kabupaten Lumajang seharusnya harus membuat promosi agrowisata yang menarik.
Paling tidak seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Dengan
partisipasi dari berbagai pihak yang terkait baik dari pemerintah dan
masyarakat diharapkan nantinya pariwisata di Lumajang dapat berkembang lebih
baik dan maju seperti kota lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Kripik
Pisang Pak TANI. 2007. Kripik Pisang
Agung Pak TANI, (Online), (http://pisangpaktani.blogspot.com/2007/10/kripik-pisang-agung-pak-tani.html,
diakses 13 April 2009).
Lia.
2005. Pasar Pisang Senduro, "Pasar Sentral" Pisang Agung,
(Online), (http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0503/24/ekora/1541940.htm,
diakses 13 April 2009).
Liliasari,
Agustina. 2005. Pisang Agung dari
Lumajang, (Online), (http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0503/24/ekora/1541938.htm,
diakses 13 April 2009).
Wikimedia
Foundation, Inc. 2008. Lumajang,
(Online), (http://en.wikipedia.org/wiki/Lumajang, diakses 13 April 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar