Minggu, 27 Oktober 2013

MANFAAT CITRA PENGINDERAAN JAUH

Di depan kamu telah mempraktikkan bagaimana membuat peta sederhana melalui interpretasi citra penginderaan jauh. Dengan cara sederhana tersebut kamu bisa mengembangkannya untuk memperoleh informasi lebih dari sekadar apa yang tampak pada citra. Taruhlah kamu ingin mengetahui kepadatan penduduk suatu wilayah dari sebuah foto udara. Tahukah kamu bagaimana mendapatkan informasi tersebut melalui citra? Ya, untuk memperolehnya perlu analisis lebih lanjut dan mengintegrasikannya dengan berbagai data. Nah, berikut ini berbagai contoh pemanfaatan penginderaan jauh.

1. Memprediksi Data Kependudukan
Melihat manfaat ini, tahukah kamu data penginderaan jauh manakah yang dapat digunakan? Tepat sekali, data yang mempunyai resolusi spasial yang tinggi dapat digunakan. Foto udara skala besar atau citra Ikonos misalnya, yang mempunyai resolusi spasial sebesar 1 meter. Resolusi ini berarti bahwa benda di permukaan Bumi dengan ukuran lebih dari 1 meter atau minimal 1 meter masih tampak pada citra.

Alasan mengapa harus digunakan data foto skala besar atau Ikonos karena kelebihannya dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menghitung tipe perumahan secara individual. Jika perumahan secara individu bisa terdeteksi, maka dipadukan dengan data jumlah orang yang biasa menghuni setiap unit perumahan diperoleh informasi kepadatan penduduk. Formula yang digunakan sebagai berikut.



Meskipun terlihat mudah, tetapi pemanfaatan seperti ini memerlukan kecermatan dalam identifikasi dan menghitung unit rumah. Bisa jadi kesulitan timbul karena sering kali atap rumah tertutup oleh vegetasi, kesulitan dalam membedakan sebuah bangunan sebagai rumah atau mempunyai penggunaan yang lain, perkantoran misalnya.

2. Mengestimasi Wilayah Rawan Banjir
Pengenalan wilayah rawan bencana dapat dilakukan dengan mengidentifikasi ada tidaknya faktor penyebab bencana tersebut di suatu wilayah. Begitu juga dengan estimasi wilayah rawan banjir melalui citra, dilakukan dengan mengenali faktor penyebab banjir melalui citra. Kejadian banjir pada umumnya terjadi di wilayah datar, berdekatan dengan sungai besar, drainase jelek yang dipengaruhi oleh kemiringan lereng yang tinggi dan tekstur tanah yang tidak mendukung.

Proses estimasi ini bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan geomorfologi yang dilakukan dengan memerhatikan pola dan rona atau warna. Hal yang diidentifikasi paling awal adalah bentang alam. Bentang alam inilah kemudian bisa digunakan sebagai satuan pemetaan yang dideteksi lebih jauh lagi karakteristik parameter penyebab banjir yang ada padanya, ditambah dengan informasi yang tidak bisa diperoleh dari citra seperti kondisi curah hujan.

3. Mendeteksi Kondisi Tanaman Pertanian
Di suatu lahan pertanian, seperti kawasan perkebunan banyak menggunakan foto udara untuk mendeteksi kondisi tanaman. Jenis foto udara yang digunakan, yaitu foto udara inframerah. Variasi pantulan tanaman menandakan kondisi klorofil dengan berbagai gejala. Kondisi tanaman yang stres (berpenyakit) menunjukkan pantulan yang berbeda dengan tanaman yang sehat.

4. Pemetaan Penggunaan Lahan
Memang mendeteksi penggunaan lahan bisa dilakukan lebih teliti dengan menggunakan foto udara. Hal ini tidak menutup kemungkinan penggunaan citra dalam hal yang sama. Bahkan menggunakan citra dapat dilihat hubungan antara bentang lahan dan penggunaan lahan secara langsung.

5. Menentukan Budi Daya Laut
Potensi laut di Indonesia sangat besar. Sayangnya kekayaan ini tidak disadari oleh banyak masyarakat bahkan yang tinggal di wilayah pesisir. Akibatnya, masyarakat kurang mengetahui bahwa teknologi penginderaan jauh pun bisa dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan budi daya laut. Beberapa parameter biofisik perairan yang diperlukan dalam budi daya laut dan bersifat dinamis bisa dideteksi dari citra Landsat menggunakan algoritma atau rumusan tertentu yang sudah dikalibrasi dengan data lapangan.

Ekstraksi parameter dilakukan dengan dua citra yang mewakili kondisi dua musim di Indonesia. Tingkatan kesesuaian perairan laut diperoleh dengan melakukan overlay (tumpang susun) seluruh parameter untuk semua musim. Selanjutnya, dipadukan dengan tingkat kesesuaian musim yang berbeda sehingga diperoleh kesesuaian perairan yang mewakili dua musim. Parameter yang dinamis diperoleh dengan menggunakan data satelit multitemporal. Selain itu, analisis potensi juga mempertimbangkan faktor pembatas seperti keterlindungan, daerah konservasi, serta faktor penimbang seperti aksesibilitas dan pencemaran udara.

Nah, sekarang kamu tahu beberapa contoh manfaat penginderaan jauh. Kamu bisa mengetahui lebih jauh pemanfaatannya dengan mengunjungi situs internet pada instansi yang menggunakan hasil teknologi penginderaan jauh, seperti Lapan di www.lapan.go.id atau Bakosurtanal di www.bakosurtanal.go.id.

Jika kamu cermati lagi contoh pemanfaatan citra penginderaan jauh, dibutuhkan juga unsur penunjang untuk pengolahan data penginderaan jauh. Salah satunya dengan SIG. Apa dan bagaimana dengan SIG, akan kamu pelajari pada bab setelah ini.



INTERPRETASI UNTUK MENCIPTAKAN PETA

Masukan data untuk pemetaan diperoleh dari hasil pengukuran langsung, maupun interpretasi data penginderaan jauh. Interpretasi data penginderaan jauh dapat dilakukan dengan analisis data digital maupun manual atau analog. Bagaimana melakukannya? Perhatikan rangkaian gambar berikut.





Dari kedua analisis tersebut, yang paling mudah untuk dilakukan adalah analisis manual. Analisis ini dilakukan dengan cara mengenali ciri-ciri yang ada pada data penginderaan jauh. Ciri-ciri tersebut dibedakan sebagai berikut.

1. Ciri Spektral
Tercermin dalam tingkat kecerahan atau keabuan atau rona yang diakibatkan oleh nilai pantulan atau nilai pancaran.

2. Ciri Temporal
Citra satelit berputar mengitari Bumi. Satelit akan melewati daerah yang sama di permukaan Bumi pada kurun waktu tertentu. Hal ini disebut resolusi temporal. Model ini mempunyai keuntungan, yaitu dapat memantau perkembangan suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Sebagai contoh citra Landsat TM akan melewati daerah yang sama 16 hari sekali berarti citra tersebut mempunyai resolusi temporal 16 hari. Sehingga ciri temporal merupakan ciri objek yang terkait dengan umur maupun saat perekaman.

3. Ciri Spasial
a. Bentuk
Ciri ini sendiri dapat membantu untuk mengenali beberapa objek.
Contoh: rumah mukim dari foto udara dikenali dengan Bentuk persegi panjang atau kumpulan beberapa persegi panjang.
b. Ukuran
Baik ukuran relatif maupun ukuran mutlak adalah penting. Contoh: untuk membedakan apakah suatu objek merupakan jalan raya atau jalan setapak, digunakan ukuran.
c. Rona
Objek yang berbeda mempunyai sifat pemantulan cahaya yang berbeda. Contoh yang jelas yaitu objek sawah. Antara sawah yang tergenang air dan sawah yang siap panen, rona pada citra atau foto berbeda. Rona adalah tingkat kegelapan dan kecerahan objek dalam format hitam putih. Rona suatu objek sangat dipengaruhi oleh karakteristik objek dan kondisi objek waktu perekaman, jenis sensor, cuaca, letak objek, bahan film yang digunakan, serta waktu pemotretan. Objek yang mempunyai karakter banyak menyerap sinar dan sedikit memantulkan, akan berona gelap. Sebaliknya, jika objek banyak memancarkan maupun memantulkan sinar kembali, rona objek cerah. Objek yang tertutup oleh bayangan akan sulit diinterpretasi. Cuaca berawan akan memengaruhi kualitas keluaran data penginderaan jauh terutama citra.
d. Pola
Berkaitan dengan susunan keruangan objek. Sebagai contoh: susunan ruang antara pohon pada kebun ketela dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh alami terdapat perbedaan pola.
e. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena ada dua hal yang berlawanan, yaitu:
1) bentuk bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, dan
2) objek yang tertutup bayangan, memantulkan sinar sedikit menyebabkan objek sulit dikenali.
Contoh: gedung bertingkat pada foto udara tampak mempunyai bayangan sehingga dapat diketahui bahwa objek tersebut merupakan gedung tinggi, tetapi daerah yang tertutup bayangan tampak hitam sehingga sulit dikenali.
f. Letak Topografi
Pengenalan letak topografi sangat penting bagi kajian fisik lahan. Ketinggian tempat relatif, termasuk ciri-ciri drainase(penyaluran air), dapat menjadi petunjuk penting di dalam meramalkan keadaan tanah.
g. Tekstur
Merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra. Sebagai contoh tekstur rumput dengan tekstur lahan yang ditanami jagung akan tampak jelas perbedaannya.
h. Situs
Suatu kenampakan yang dapat disimpulkan karena adanya indikator yang menunjukkan letak. Misalnya sebuah kenampakan yang terletak di tepi rel kereta api dan mempunyai hubungan dengan rel kereta api, maka dapat disimpulkan bahwa bangunan tersebut merupakan stasiun.
i. Asosiasi
Setiap jenis objek memiliki ciri-ciri tertentu. Hutan hujan tropis berasosiasi lebat, permukiman kota berasosiasi padat, dan jalan raya berasosiasi banyak kendaraan.

Dalam analisis data dengan cara manual digunakan ciri-ciri tersebut di depan. Penggunaan ciri-ciri spasial dalam penginderaan suatu objek juga diterapkan dalam salah satu asas pengenalan objek, yaitu asas konvergensi bukti.



Gambar di atas menunjukkan penerapan asas konvergensi bukti. Dari bentuk tajuk pohon, kita hanya dapat menyatakan bahwa objek tersebut adalah pohon jenis palem. Tetapi kita bisa mengkhususkan dengan ciri spasial lain yang dipunyai. Kelapa dan kelapa sawit umumnya ditanam dengan pola teratur.

Karena pola tidak teratur, kemungkinannya menciut menjadi tiga objek pohon. Jika ukuran mencapai 10 m atau lebih berarti bukan nipah. Kini pilihan tinggal dua jenis. Enau merupakan tumbuhan darat. Sagu dapat tumbuh di tanah darat, tanah becek hingga pantai.

Oleh karena itu, jika kita melihat objek pada foto udara dengan tajuk berbentuk bintang, pola tidak teratur, ukuran lebih dari 10 m, dan terdapat di muara sungai, kita dapat menyimpulkan bahwa objek tersebut berupa pohon sagu. Sebelum melakukan analisis dalam penginderaan suatu objek, langkah-langkah yang perlu dilakukan, yaitu:

a. Deteksi atau Pengenalan Awal
Tahap ini diawali dengan melihat foto udara secara keseluruhan. Bagi wujud yang sama ditarik garis batas (delineasi). Misalnya pada foto udara terdapat tujuh wujud gambar, yaitu wujud 1, wujud 2, 3, 4, 5, 6, dan wujud 7 (seperti pada gambar). Dengan pengenalan ini, deteksi telah dilakukan.
b. Identifikasi (Interpretasi)
Interpretasi dalam rangka pengenalan objek pada citra dapat diartikan sebagai pengejaan ciri-ciri yang ada pada foto udara. Ciri tersebut misalnya rona objek yang cerah, bentuknya, ukuran, polanya, dan seterusnya. Pengenalan ini dilakukan untuk menyimpulkan objek yang sebenarnya.
c. Pengenalan Akhir
Tahap ini merupakan tahap menyimpulkan hasil interpretasi. Bagaimana langkah-langkah untuk mendapatkan data geografi pada foto udara atau citra? Perhatikan langkah dan contoh di bawah ini.
a. Pemilihan foto udara atau citra pada daerah yang akan diteliti. Apabila menggunakan stereoskop, dipilih foto yang bersambungan dan terletak pada satu jalur terbang.
b. Meletakkan foto udara di bawah stereoskop, untuk citra tidak perlu menggunakan stereoskop karena citra sudah menampilkan kesan tiga dimensi. Pada contoh ini, merupakan kegiatan interpretasi foto udara tanpa alat stereoskop.
c. Meletakkan plastik transparan di atas foto yang akan diinterpretasi.
d. Mengadakan pengelompokan atau delineasi kenampakan berdasarkan ciri-ciri spasial yang sama dan dapat dikenali dengan member batas-batas serta kode tertentu pada plastik transparan.

Langkah di atas merupakan langkah awal pembuatan peta, yang menghasilkan peta tentatif. Sehingga untuk menjadi peta yang akurat perlu adanya uji lapangan untuk memastikan kebenaran kenampakan yang sudah diamati melalui foto udara atau citra. Hasil dari interpretasi foto udara atau citra dapat berupa peta, peta foto, atau peta citra.



CITRA PENGINDERAAN JAUH

Seperti kamu tahu bahwa penginderaan jauh terdiri atas subsistemsubsistem. Salah satunya keluaran data. Citra merupakan salah satu hasil teknologi penginderaan jauh. Lebih lanjut citra dibedakan atas citra foto dan citra nonfoto. Citra foto (kemudian disebut foto udara) merekam dengan kamera, perekamannya secara serentak untuk satu lembar foto udara dan menggunakan tenaga tampak atau perluasannya (ultraviolet atau inframerah dekat).

Citra nonfoto merekam dengan sensor lain selain kamera (sensor yang mendasarkan atas penyiaman atau scaning). Perekamannya bagian demi bagian dan dapat menggunakan bagian mana pun dari seluruh jendela atmosfer, bahkan dapat menggunakan pita serapan di dalam penginderaan jauh.

1. Foto Udara
Foto udara diperoleh melalui pemotretan menggunakan sensor kamera yang dipasang pada wahana terbang, seperti pesawat terbang, helikopter, dan sebagainya. Pada saat wahana yang digunakan beroperasi, pemotretan dilakukan. Pemotretan tersebut seperti layaknya burung yang terbang dan melihat kenampakan permukaan Bumi secara tiga dimensional. Foto udara, tidak ubahnya seperti foto biasa. Seperti foto dirimu yang menggambarkan ciri yang kamu punya.

Dengan fotomu, orang lain bisa menyebutkan ciri-cirimu, seperti panjang rambut, bentuk muka, hidung, dan sebagainya. Begitu juga dengan foto udara. Hanya saja foto udara menampilkan kenampakan di permukaan Bumi, yang diambil dari udara. Oleh karena itu, menggunakan foto udara kita bisa mengenali kenampakan dan gejala-gejala yang ada di muka Bumi.

a. Bagian-Bagian Foto Udara
Untuk lebih mengenal bagian-bagian pada foto udara, perhatikan gambar berikut ini.



Foto udara standar pada umumnya berukuran 22 cm × 22 cm. Selain tanda tepi, pada foto udara terdapat juga kelompok keterangan penting, yaitu:
1) tanda fidusial,
2) nomor seri, dan
3) tanda tepi.
Nah, untuk lebih jelasnya amati bagan berikut.



Keterangan tepi pada foto udara terdiri atas:
1. Tanda Fidusial
Pada tiap foto udara umumnya diberi empat atau delapan tanda fidusial. Tanda ini terletak pada sudut foto atau pada bagian tengah foto. Apabila terletak pada sudut foto, pada umumnya berupa garis silang yang mengarah ke sudut lain di hadapannya. Apabila terletak pada bagian tengah tepi foto, pada umumnya berupa setengah anak panah. Kegunaan dari tanda ini adalah untuk menentukan titik prinsipiil foto, yaitu dengan cara menarik garis dari dua tanda fidusial yang berhadapan. Titik potong dari dua garis ini merupakan titik prinsipiil foto. Titik prinsipiil ini berguna untuk mencari daerah tampalan (tumpang tindih) pada foto udara selanjutnya.
2. Nomor Seri
Nomor seri yang lengkap umumnya terdiri atas nomor registrasi, nama daerah yang dipotret, tanggal pemotretan, nomor jalur terbang, dan nomor foto. Nomor registrasi diperlukan untuk pengarsipan dan pencarian kembali apabila ada yang memerlukan. Tanggal pemotretan menunjukkan kondisi lapangan pada saat pemotretan, seperti kondisi musim. Selain itu, juga menjadi petunjuk apabila akan menggunakan foto udara multitemporal. Nomor jalur terbang selain diperlukan dalam penyimpanan foto, juga diperlukan dalam penyusunan mozaik dan mencari pasangan foto udara yang bertampalan untuk analisis secara stereoskopik.



3. Tanda Tepi
Tanda tepi terletak pada salah satu sisi foto, pada kanan atau kiri foto. Pada umumnya tanda tepi terdiri atas empat buah komponen, yaitu:
a. Altimeter
Digunakan untuk menentukan tinggi pesawat terbang di atas permukaan laut pada saat pemotretan. Ketinggian dinyatakan dengan kaki dan meter. Untuk mengetahui tinggi terbang, tinggi berdasarkan altimeter ini harus dikurangi terlebih dahulu dengan tinggi daerah rata-rata.
Contoh: ketinggian altimeter terbaca = 9.231 m tinggi daerah yang dipotret (dapat dilihat pada peta) = 192 m maka tinggi terbang = 9.231 m – 192 m = 9.039 m
b. Panjang Fokus
Panjang fokus ini menunjukkan panjang fokus kamera dan nomor seri kamera yang digunakan.
c. Jam
Jam pemotretan ini sangat membantu untuk mengetahui orientasi atau arah utara pada foto, serta tinggi relatif objek berdasarkan arah bayangan dan panjang bayangan.
d. Level
Tanda level untuk mengetahui apakah foto udara benar-benar vertikal atau tidak.

Wah . . . sekarang kamu telah mengetahui bagian-bagian foto udara. Tentunya sekarang kamu mampu membedakan antara foto udara dan peta. Menurutmu, apa saja perbedaan itu?


b. Macam Foto Udara
Foto udara dapat dibedakan atas berbagai dasar, yaitu:
1) Berdasarkan sumbu kamera, foto udara dikelompokkan sebagai berikut.
a) Foto udara vertikal, dibuat dengan kamera tegak lurus terhadap permukaan Bumi atau mempunyai sudut condong 1–4°.




b) Foto udara condong, dibuat dengan kamera menyudut terhadap garis tegak lurus di permukaan Bumi.


c) Foto udara sangat condong, foto yang dibuat dengan kamera menyudut sangat besar sehingga daerah yang terpotret memperlihatkan cakrawala.




2) Berdasarkan sudut lipatan kamera, foto udara digolongkan sebagai berikut.
a) Sudut kecil jika sudut lipatan kurang dari 60°.
b) Sudut normal jika sudut lipatan antara 60°–75°.
c) Sudut lebar jika sudut lipatan antara 75°–100°.
d) Sudut sangat lebar jika sudut lipatan lebih dari 100°.

3) Berdasarkan jenis kamera, foto udara dikelompokkan sebagai berikut.
a) Foto tunggal,
dibuat dengan kamera tunggal.
b) Foto jamak,
dibuat dengan beberapa kamera, pada saat yang sama dan daerahnya sama.

4) Berdasarkan warna yang digunakan, foto udara dikelompokkan sebagai berikut.
a) Foto berwarna semu, warna pada foto udara tidak sama dengan warna objek sesungguhnya.
b) Foto warna asli, warna pada foto sesuai dengan warna asli suatu objek.

5) Berdasarkan sistem wahana, foto udara dikelompokkan sebagai berikut.
a) Foto udara,
foto yang dibuat dari pesawat udara atau dari balon (sonde).
b) Foto satelit atau orbital
adalah foto yang dibuat dari satelit.

6) Berdasarkan spektrum elektromagnetik:a) Foto Ultraviolet
Panjang gelombang yang digunakan 0,3–0,4 mm. Sangat baik digunakan untuk mendeteksi pencemaran air oleh minyak, eksplorasi bahan bakar minyak, hal ini karena perbedaan terbesar pantulan air dan minyak ada pada panjang gelombang ini.
b) Foto Pankromatik Hitam Putih
Panjang gelombang yang digunakan 0,4–0,7 mm. Wujud objek pada foto ini tampak seperti wujud aslinya. Perbedaan vegetasi sulit ditangkap dari foto jenis ini karena perbedaan nilai pantulan kecil.
c) Foto Pankromatik Berwarna
Sifat-sifat foto ini hampir sama dengan foto pankromatik hitam putih. Tetapi pengenalan objek pada foto ini lebih mudah karena warna serupa dengan warna asli objek yang direkam. Proses pembentukan warna pada foto udara ini melalui proses aditif maupun substraktif. Proses aditif dilakukan dengan memadukan warna aditif primer, yaitu warna biru, hijau, dan merah. Seperti proses pembentukan warna pada televisi warna. Berbeda dengan aditif, proses substraktif dilakukan dengan memadukan warna kuning, cyan, dan magenta.
d) Foto Inframerah Hitam Putih
Panjang gelombang yang digunakan 0,7–0,9 mm. Pantulan vegetasi bersifat unik karena berasal dari bagian dalam vegetasi. Sehingga baik untuk membedakan jenis vegetasi sehat dan tidak sehat.
e) Foto Inframerah Berwarna
Mempunyai karakteristik yang sama dengan foto inframerah hitam putih. Tetapi pada foto ini lebih mudah membedakan vegetasi dengan objek lain, karena vegetasi tampak dengan warna merah.
f) Foto Multispektral
Foto jamak yang menggambarkan suatu daerah dengan menggunakan panjang gelombang yang berbeda. Umumnya digunakan empat saluran, yaitu: biru, hijau, merah, dan inframerah dekat, dengan panjang gelombang 0,4–0,5 mm, 0,5–0,6 mm, 0,6–0,7 mm, 0,6–0,7 mm, dan 0,7–0,9 mm. Pada foto ini objek lebih mudah dibedakan satu sama lain pada saluran/pita sempit sehingga pengenalannya lebih mudah.


2. Citra Nonfoto (Citra)
Di depan kamu telah mengetahui bagaimana proses dalam teknologi penginderaan jauh hingga menghasilkan data sumber penginderaan jauh berupa foto udara dan citra. Perbedaan citra dengan foto udara, antara lain terletak pada sensor yang digunakan. Citra menggunakan sensor berupa scanner (penyiam), sedangkan foto udara menggunakan kamera.

Citra dapat dibedakan atas berbagai dasar, yaitu:
a. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra dibedakan sebagai berikut.
1) Citra inframerah termal,
citra yang dibuat dengan gelombang inframerah termal. Penginderaan atau pengenalan karakteristik objek didasarkan pada perbedaan rona atau warna apabila citra tersebut berwarna. Perbedaan rona menunjukkan adanya perbedaan suhu dan daya pancar objek.
2) Citra radar dan citra gelombang mikro
adalah citra yang dibuat dengan gelombang radio. Citra radar menggunakan sumber tenaga buatan seperti penyinaran pada objek. Citra gelombang mikro menggunakan sumber tenaga alam.

b. Berdasarkan sensornya, citra dibedakan sebagai berikut.
1) Citra tunggal,
dibuat dengan sensor tunggal atau saluran lebar.
2) Citra multispektral,
dibuat dengan saluran jamak atau saluran sempit.

c. Berdasarkan sarananya, citra dikelompokkan sebagai berikut.1) Citra dirgantara
adalah citra yang dibuat dengan sarana di udara.
Contoh: citra inframerah termal, citra radar, dan MSS (Multi Spectral Scanner)
2) Citra satelit
adalah citra yang dibuat dengan satelit dari angkasa luar.

Contoh: citra Landsat TM, NOAA, SPOT, MOS, dan sebagainya Citra satelit dapat digunakan untuk penginderaan planet, penginderaan cuaca, penginderaan sumber daya Bumi, dan citra satelit untuk penginderaan laut. Nah, dari uraian mengenai foto udara dan citra di depan, tentunya kamu sudah bisa membedakan apa itu peta, foto udara, dan citra. Perbedaan antara keduanya dapat kamu lihat pada table berikut ini.


Foto udara dan citra dapat menjadi sumber dalam pembuatan peta, lalu bagaimana proses penyadapan data dari foto udara dan citra menjadi sebuah peta?



SISTEM PENGINDERAAN JAUH

Penginderaan jauh merupakan suatu sistem yang terdiri atas serangkaian komponen-komponen. Serangkaian komponen dalam penginderaan jauh terdiri atas tenaga, objek, proses (interaksi antara tenaga dan atmosfer, interaksi antara tenaga dan objek, proses perekaman), keluaran data penginderaan jauh, dan pengguna data. Nah, semua komponen tersebut dibagi menjadi dua subsistem dalam penginderaan jauh. Apa sajakah dua subsistem tersebut? Mari cermati dalam ulasan berikut.

1. Subsistem Perolehan Data
Di dalam subsistem perolehan data terdapat beberapa komponen sebagai berikut.




a. Tenaga
Tenaga yang digunakan dalam sistem penginderaan jauh yaitu tenaga elektromagnetik yang berasal dari sinar matahari, sinar bulan, maupun sinar buatan apabila pemotretan dilakukan pada malam hari.
Berdasarkan tenaga yang digunakan sistem penginderaan jauh dibedakan menjadi:
1) sistem pasif, tenaga yang digunakan adalah tenaga matahari, dan
2) sistem aktif, tenaga yang digunakan adalah tenaga buatan.

b. Proses
Proses di dalam subsistem perolehan data meliputi:
1) Interaksi antara tenaga matahari yang dipancarkan ke segala arah, sebagian mengarah ke Bumi dengan cara radiasi. Radiasi memasuki atmosfer dan berinteraksi dengan atmosfer dalam bentuk serapan, pantulan, transmisi, dan hamburan oleh zat atau benda di atmosfer. Hanya sebagian kecil saja yang dapat menembus atmosfer dan mencapai Bumi, bagian ini disebut jendela atmosfer. Apa dan bagaimana jendela atmosfer? Cermati geo info berikut. Panjang gelombang yang termasuk dalam jendela atmosfer, dapat dilihat pada gambar berikut.



Penginderaan cuaca terutama untuk mengukur suhu atmosfer dan mengetahui kandungan gas tertentu, justru digunakan saluran di luar jendela atmosfer. Selain itu, jumlah tenaga matahari yang sampai ke Bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti waktu, lokasi, dan kondisi cuaca. Banyak sedikitnya energi matahari dipengaruhi oleh waktu. Pada siang hari energi yang diterima Bumi lebih banyak dibandingkan pada sore hari. Pada lokasi lintang 0° atau khatulistiwa jumlah energi yang diterima lebih banyak daripada di daerah lintang tinggi. Faktor cuaca seperti keawanan akan menjadi hambatan sampainya energi matahari ke muka Bumi.

2) Tenaga radiasi mengenai benda-benda di Bumi, maka tenaga sebagian dipantulkan. Tiap benda mempunyai karakteristik tersendiri di dalam interaksinya dengan tenaga. Karakteristik yang penting di dalam hal ini adalah berkaitan dengan pantulannya, karena yang direkam sensor adalah tenaga pantulan. Sensor merupakan alat perekam tenaga pancaran objek di permukaan Bumi. Sensor yang biasa digunakan dalam penginderaan jauh berupa kamera fotografi, kamera vidicon, dan penyiam (scanner).





c. Perekaman
Perekaman objek di dalam penginderaan jauh dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan sensor kamera yang merekam data pada film (data visual atau analog) menghasilkan foto udara. Yang kedua sensor yang digunakan adalah penyiam yang merekam objek dengan sistemscaning menghasilkan citra satelit (citra). Sensor- sensor tersebut dipasang pada wahana seperti pesawat terbang, helikopter, roket, satelit, balon udara, dan lain sebagainya.

d. Keluaran
Keluaran subsistem perolehan data di dalam penginderaan jauh adalah data penginderaan jauh. Sesuai dengan cara perekamannya maka data penginderaan jauh dapat berupa data digital maupun data analog (visual, gambar).

Data digital terekam dalam bentuk angka yang menunjukkan nilai kecerahan (tingkat keabuan). Angka tersebut menunjukkan nilai kecerahan bagi tiap sel kecil yang disebut pixel (ukuran terkecil objek yang dapat direkam oleh suatu sistem sensor). Data analog merupakan data yang direkam dalam bentuk gambar. Data ini juga sering disebut data visual. Nah, prinsip keduanya dapat kamu lihat pada gambar 4.6.




Baik data digital maupun data analog dibedakan atas data satu dimensional (berupa garis atau grafik) serta data visual dua dimensional (citra penginderaan jauh, berupa foto udara dan citra).

2. Subsistem Penggunaan Data
Subsistem ini meliputi masukan data, proses, dan keluaran.

a. Masukan Data
Data penginderaan jauh berupa foto udara maupun citra baik dalam bentuk analog maupun digital, merupakan masukan bagi subsistem penggunaan data.

b. Proses
Proses pengolahan data berupa analisis dan sintesis data. Analisis data penginderaan jauh berarti mengenali apa yang terekam dalam data digital maupun data analog, serta menilai arti penting masingmasing sesuai tujuan terkait.

c. Keluaran 
Keluaran dari sistem penginderaan jauh adalah informasi hasil perekaman. Hasil-hasil perekaman tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, hard copy, maupun soft copy, serta dalam bentuk deskripsi. Bagaimana bentuk-bentuk data tersebut?

Berbagai bentuk data yang dihasilkan oleh sistem penginderaan jauh.
1. Data hard copy
Merupakan data penginderaan jauh yang telah dicetak dalam suatu bidang cetak. Data ini banyak digunakan untuk analisis data secara manual.
2. Data soft copy
Merupakan data hasil perekaman objek di permukaan Bumi yang belum tercetak. Data ini biasanya tersimpan dalam komputer, disket, maupun compact disk (CD). Data ini sering digunakan untuk analisis data digital.
3. Data penginderaan jauh dapat berupa grafik yang menggambarkan nilai pancaran maupun pantulan tiap objek di permukaan Bumi yang terekam.
4. Data pixel yang dimiliki oleh tiap objek sering ditampilkan dalam bentuk tabel. Nilai pixel ini mewakili jenis dan kondisi objek pada waktu perekaman.



PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH

Foto udara merupakan salah satu hasil sistem penginderaan jauh. Bagaimana memperolehnya? Untuk memperolehnya pada dasarnya sama seperti kamu memotret dengan kamera biasa. Hanya saja ada beberapa yang berbeda. Bisakah kamu bayangkan dari sebuah foto saja bisa digunakan untuk membuat berbagai tema peta? Kira-kira bagaimana prosesnya menurutmu? Untuk bisa membuat peta dengan tepat darinya, bukan merupakan proses yang mudah.

Ada beberapa hal yang harus kamu pahami. Bagaimana foto udara itu diperoleh, apa jenisnya, bagaimana cara mengenali objek geografi pada foto, apa saja hasil teknologi penginderaan jauh yang lain? Semuanya itu ada dalam penginderaan jauh.

Bagaimana foto udara diperoleh? Pada dasarnya foto udara diperoleh seperti kamu melakukan pemotretan dengan kamera biasa, akan tetapi cara perolehan foto udara menggunakan teknologi yang lebih canggih.

Pada saat kamu melihat dan menggunakan foto udara untuk mengidentifikasi atau menemukan ciri-ciri objek dan menilai pentingnya objek tersebut tanpa kontak langsung dengan objek tersebut, kamu telah menerapkan ilmu penginderaan jauh. Beberapa ahli telah mengungkapkan definisi penginderaan jauh.

Namun, cobalah definisikan apa itu penginderaan jauh menurutmu? Untuk mengetahui penginderaan jauh lebih dalam, mari kita terlebih dahulu mempelajari sistem penginderaan jauh atau komponenkomponen penginderaan jauh.





Definisi Penginderaan Jauh

1. Menurut Lillesand dan Kiefer
Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang akan dikaji.

2. Menurut Lindgreen
Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang Bumi. Informasi tersebut berbentuk radiasi yang dipantulkan atau dipancarkan objek di permukaan Bumi.

Di beberapa negara, penginderaan jauh disebut dengan istilah yang berbeda. Di Inggris dikenal dengan remote sensing, di Prancis disebut teledetection, sensariamento remota di Spanyol, di Jerman dikenal sebagai fernerkundung.



MENGKAJI LAHAN DAN MENENTUKAN LOKASI PERTANIAN

Dalam pertanian bukan hanya tanah yang menjadi pembahasannya. Banyak aspek alam yang terkait di dalamnya, hingga akhirnya dipilih istilah lahan pertanian. Kaitannya dengan ini menurut FAO, lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi, serta benda yang ada di atas permukaan Bumi, yang secara langsung berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lingkup lahan seperti inilah yang dikaji dalam pertanian. Kegiatan di dalam pertanian mewujudkan berbagai bentuk penggunaan lahan, yang terwujud dengan berbagai pertimbangan pengguna lahan atau petani.

Dalam mengkaji lahan untuk diwujudkan menjadi penggunaan lahan tertentu, dapat dilakukan dengan metode evaluasi kemampuan lahan dan kesesuaian lahan. Keduanya pernah kamu pelajari meskipun terbatas. Nah, coba jelaskan seingatmu perbedaan keduanya. Menilai kemampuan lahan berarti menilai dan mengelompokkan lahan berdasarkan potensi dan hambatannya apabila digunakan untuk penggunaan lahan secara umum.

Misalnya, berdasarkan penilaian kemudian dikelompokkan apakah lahan tersebut cocok untuk pertanian (lahan garapan), penggembalaan, hutan produksi, atau cagar alam (hutan lindung). Dari pengelompokan ini dibagi menjadi delapan kelas. Kamu bisa membuka buku kelas XI untuk mengetahui masingmasing kondisi lahan setiap kelasnya. Berikut ini klasifikasi lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan.


Tabel 3.14 Klasifikasi Lahan Berdasarkan Kelas Kemampuan Lahan



Satu lagi metode yang dapat digunakan untuk menilai lahan adalah kesesuaian lahan. Menurut FAO dalam Framework for Land Evaluation, kesesuaian lahan adalah sistem klasifikasi kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Dari pengertian ini dapat mditarik kesimpulan bahwa suatu wilayah dapat berbeda tingkat kesesuaiannya tergantung pada tipe penggunaan lahan yang dipertimbangkan.

Misalnya, berdasarkan penilaian kemampuan lahan, suatu wilayah bisa dikembangkan menjadi lahan pertanian, maka dengan konsep kesesuaian lahan, lahan pertanian yang akan diwujudkan dinilai kesesuaiannya untuk jenis-jenis tanaman. Bisa saja lahan tersebut sesuai untuk tanaman jagung tetapi tidak sesuai bagi tanaman padi.

Di dalam memilih lahan yang sesuai untuk tanaman, dilakukan dengan dua tahap. Pertama, menilai persyaratan tumbuh tanaman yang akan diusahakan dan mengetahui sifat-sifat tanah, serta lokasi yang pengaruhnya bersifat negatif. Kedua, yaitu mengidentifikasi lahan yang mempunyai karakteristik sesuai keinginan, tanpa sifat lain yang tidak diinginkan. Menggunakan konsep-konsep tersebut, dapatkah kamu bayangkan langkah nyata apa yang harus dilakukan guna memperoleh lokasi yang sesuai untuk pertanian? Ya, benar, menggunakan data dan peta. Data yang dimaksud di sini data mengenai karakteristik lahan, bisa diperoleh dari data sekunder atau melalui pengukuran. Setelah data diperoleh, kemudian dicocokkan dengan persyaratan tumbuh suatu jenis tanaman tertentu.

Menurut FAO, klasifikasi kesesuaian lahan terdiri atas empat kategori yang merupakan tingkat generalisasi yang bersifat menurun, yaitu:
a. Ordo, menunjukkan jenis atau macam kesesuaian atau keadaan secara umum.
b. Klas, menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
c. Subklas, menunjukkan pembatas atau tindakan perbaikan yang perlu dilakukan.
d. Unit, menunjukkan perbedaan kecil yang dibutuhkan dalam pengelolaan dalam setiap subklas.

Pada tingkat yang sederhana, kesesuaian lahan pada tingkat ordo lebih sering digunakan sebagai pedoman. Kesesuaian lahan pada tingkat ini menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak untuk peruntukan tertentu. Ordo kesesuaian lahan dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Ordo S ”sesuai/suitable”,
yang berarti lahan dapat digunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, dengan risiko yang sedikit hingga hampir tidak ada risiko kerusakan terhadap sumber daya lahan yang digunakan. Pada tingkatan ini masih dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu:
1) Kelas S1 ”sangat sesuai” (higly suitable), yaitu lahan yang tidak
mempunyai pembatas yang cukup berat untuk penggunaan yang lestari dan tanpa risiko tinggi.
2) Kelas S2 ”cukup sesuai” (moderately suitable), yaitu lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Adanya faktor pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan.
3) Kelas S3 ”sesuai marginal” (marginally suitable), yaitu lahan yang mempunyai pembatas sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Faktor pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan, diperlukan usaha mengelola faktor pendukung yang diperlukan.

b. Ordo N ”tidak sesuai” (not suitable),
merupakan lahan yang mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mengakibatkan sulit dilakukan penggunaan yang lestari. Ordo ini dibagi ke dalam dua kelas, yaitu:
1) Kelas N1 ”tidak sesuai pada saat ini” (curently not suitable), lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat tetapi dimungkinkan untuk di atasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan yang berkembang pada saat dilakukan penilaian lahan dan biaya yang rasional.
2) Kelas N2 ”tidak sesuai permanen” (permanently not suitable), yaitu lahan mempunyai pembatas sangat berat dan tidak mungkin dilakukan perbaikan dan penggunaan yang lestari.

Berdasarkan tingkatan kesesuaian lahan, berarti setiap tanaman pun membutuhkan persyaratan lahan yang berbeda untuk pertumbuhannya. Misalnya tanaman padi membutuhkan karakteristik lahan yang berbeda dengan tanaman jagung, kacang, maupun buah-buahan. Hal ini dapat kamu buktikan dengan mencermati tabel berikut.


Tabel 3.15 Prasyarat Tumbuh Tanaman Padi Sawah (Wetland Rice)





Tabel 3.16 Prasyarat Tumbuh Tanaman Jagung (Maize)





Tabel 3.17 Prasyarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo (Voland Rice)





Tabel 3.18 Prasyarat Tumbuh Tanaman Sayuran Dataran Rendah Iklim Basah (Seledri, Selada, Tomat, Mentimun, Cabai Hijau, dan Cabai Merah)





Tabel 3.19 Prasyarat Tumbuh Tanaman Sayuran Dataran Rendah Iklim Kering (Bawang Merah, Kacang Panjang, dan Terung)





Tabel 3.20 Prasyarat Tumbuh Tanaman Buah-buahan (Rambutan, Nangka, Sawo, Kedondong, Alpukat, dan Mangga)





FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTANIAN

Dalam pertanian, banyak aspek terlibat. Ya, dengan demikianpertanian dapat dikatakan sebagai sebuah sistem. Suatu sistem terdiri atas berberapa subsistem yang saling berinteraksi dan bekerja bersama. Jika satu subsistem mengalami gangguan, maka akan memengaruhi sistem secara keseluruhan. Subsistem tersebut antara lain input yang terdiri atas kondisi alam seperti tanah dan air, serta manusia dan alat penunjangnya. Di setiap tempat, kedua faktor ini bisa berbagai tipe, akibatnya bentuk pertanian menjadi beragam. Ada yang berupa sawah irigasi, sawah tadah hujan, perkebunan, dan lain sebagainya.

Mengenali Faktor yang Memengaruhi Pertanian

Melihat kenyataan bahwa pertanian merupakan salah satu Bentuk pengolahan sumber daya alam, sehingga tidak dimungkiri lagi kalau alamlah yang menjadi faktor utama dalam keberadaan lahan pertanian pada umumnya. Nah, berikut ini beberapa faktor yang memengaruhi pertanian serta peranannya.

a. Faktor Alami

Apabila kamu mampu membedakan berbagai Bentuk perwujudan penggunaan lahan di bidang pertanian, setidaknya kamu akan menemukan faktor alami yang memengaruhi perbedaan tersebut.

1) Iklim
Iklim mempunyai beberapa unsur atau parameter, yang tentunya juga bisa diukur. Lihat saja sawah tadah hujan yang tergantung dari ada tidaknya hujan, dalam arti yang luas yaitu ketersediaan air. Ya, seperti inilah peranan unsure iklim. Kamu telah belajar beberapa unsur iklim, sekarang cobalah temukan unsur iklim yang memengaruhi pertanian, jelaskan pula bagaimana peranannya. Kamu bisa menjawabnya dengan melakukan wawancara terhadap petani. Berikut ini salah satu contoh klasifikasi ketersediaan air berdasarkan zona agroklimat menurut Oldeman.


Tabel 3.8 Zona Agroklimat Menurut Oldeman (1975)





2) Tanah
Tanah merupakan faktor penting dalam pertanian, karena tanah sampai saat ini merupakan media utama yang digunakan untuk media pertanian. Meskipun akhir-akhir ini berkembang pertanian tanpa menggunakan media tanah, perkembangan itu juga layak kamu ikuti, siapa tahu bermanfaat bagimu. Komponen tanah yang dipertimbangkan terutama kesuburan tanah, tetapi kita harus ingat bahwa kesuburan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyangkut sifat kimia, fisik, dan biologi tanah.

Masih ingat bukan apa saja sifat-sifat kimia, fisik, dan biologi tanah? Beberapa sifat kimia di antaranya kadar N (nitrogen), P (fosfor), dan K (potasium). Fungsi nitrogen dalam tanah terutama untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman dan pembentukan protein. Fosfor membantu dalam pembentukan sel, bunga, buah, dan biji, mempercepat pematangan, memperkuat batang dan ketahanan terhadap penyakit. Sementara potassium mempercepat akar. Berikut ini klasifikasi kadar N, P, dan K untuk pertumbuhan tanaman.


Tabel 3.9 Klasifikasi N, P, dan K untuk Pertumbuhan Tanaman



Sementara itu, sifat fisik tanah yang banyak dipertimbangkan, yaitu drainase tanah, tekstur tanah, serta kedalaman efektif tanah. Drainase menggambarkan sifat kecepatan perpindahan air dari suatu bidang. Tekstur tanah menunjukkan ukuran butir tanah. Sifat tekstur berpengaruh pada kemudahan pertumbuhan akar tanaman dan pengolahannya.

Nah, bagaimana menilai tekstur tanah pun pernah kamu praktikkan di kelas X. Adapun kedalaman efektif menunjukkan kedalaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, yaitu lapisan yang masih bisa ditembus oleh akar tanaman. Lalu bagaimanakah karakteristik faktor-faktor tersebut yang mendukung terhadap pertanian? Cermati tabel-tabel berikut ini.


Tabel 3.10 Klasifikasi dan Kriteria Tekstur Tanah untuk Pertumbuhan Tanaman




Tabel 3.11 Klasifikasi dan Kriteria Drainase Tanah untuk Pertumbuhan Tanaman






Tabel 3.12 Klasifikasi dan Kriteria Kedalaman Tanah Efektif untuk Pertumbuhan Tanaman




3) Kondisi Medan
Kondisi medan di sini berbeda dengan tanah. Menurut van Zuidam, medan adalah suatu bidang lahan yang berhubungan dengan sifat-sifat fisik permukaan dan dekat permukaan yang kompleks dan penting bagi manusia. Jadi, kondisi medan lebih memandang bagaimana konfigursi permukaan Bumi yang ditentukan oleh kemiringan lereng, ada tidaknya singkapan batuan, serta keadaan batuan atau bahan kasar di permukaan Bumi.

Bahan kasar tersebut seperti kerikil, kerakal, dan batuan biasa. Menurutmu mengapa hal ini perlu dipertimbangkan? Bisakah kamu bayangkan seorang petani harus membajak sawah pada lokasi yang masih terdapat banyak batuan? Pasti akan sangat sulit dalam pengolahan lahannya bukan? Tidak hanya itu, bahkan factor persebaran bahan kasar ini juga menentukan pertumbuhan tanaman.

Selain itu, medan memengaruhi kondisi kestabilan lahan untuk bangunan. Meskipun kestabilan lahan tidak banyak berperan dalam memengaruhi keberadaan lokasi pertanian, namun perlu juga dipertimbangkan karena menyangkut kelangsungan lahan pertanian itu sendiri. Berikut ini criteria dan klasifikasi medan yang bisa digunakan sebagai pedoman penilaian kelayakan lahan untuk pertanian.


Tabel 3.13 Klasifikasi Medan Berdasarkan Kemiringan Lereng, Persentase Bahan Kasar, dan Singkapan Batuan




b. Faktor Ekonomis dan Manusia
Bagaimana faktor ini memengaruhi pertanian? Pertanian dapat dikatakan sebagai proses produksi. Suatu proses produksi akan mempertimbangkan keuntungan secara ekonomi termasuk manusia sebagai salah satu modal dalam pengelolaan pertanian.

1) Manusia
Manusia sebagai tenaga pengelola lahan dibutuhkan dalam pertanian. Di beberapa tempat yang tersedia tenaga kerja yang melimpah, maka pertanian cenderung menggunakan tenaga manusia lebih banyak. Selain itu, keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja juga berpengaruh terhadap hasil pertanian.

2) Modal
Ketersediaan modal memengaruhi beberapa bagian dalam sistem pertanian. Pengaruhnya sering bisa dilihat dari hasil pertanian. Petani dengan modal yang terbatas, mempunyai keterbatasan dalam pengelolaan lahan, seperti penggunaan mesin, pemupukan dan lain sebagainya. Berbeda dengan petani yang mempunyai modal cukup. Sekarang coba kamu temukan bentuk lain pengaruh modal terhadap sistem pertanian.

3) Teknologi
Teknologi bisa membantu mengolah lahan menjadi lebih produktif. Beberapa bentuk teknologi antara lain irigasi dan penggunaan mesin. Menggunakan bantuan keduanya, hasil panen bisa meningkat. Selain itu, dengan teknologi petani juga bisa mengatasi berbagai keterbatasan lahan. Kemajuan teknologi mendorong penemuan yang terkait dengan dunia pertanian, seperti pengembangan akuakultur, pengembangan pupuk, dan penanggulangan penyakit.

4) Permintaan Pasar
Permintaan pasar menjadi faktor yang memengaruhi pertanian secara komersial. Ketika permintaan naik, maka petani akan berusaha untuk memenuhi target pemintaan pasar. Sebaliknya ketika permintaan menurun, kegiatan pertanian tidak menunjukkan geliat yang berarti.

5) Pemerintah
Pemerintah memberikan pengaruh pada pertanian dengan kebijakan dan bantuan yang diberikan kepada petani, seperti subsidi pupuk, bantuan pengembangan sarana irigasi, pembangunan waduk, pelatihan pengembangan pertanian, dan sebagainya.

Sekarang kamu sudah mengetahui apa yang memengaruhi berkembang tidaknya suatu pertanian. Jadi, bisakah kamu bayangkan bagaimana lokasi pertanian yang ideal? Yang perlu kamu pertimbangkan jika akan mengembangkan lahan menjadi lahan pertanian adalah tanaman apa yang hendak kamu tanam di lahan tersebut dan apakah tanaman itu cocok dengan kondisi lahan. Nah, berikut ini kamu akan belajar bagaimana menilai lahan untuk pertanian.


KAJIAN HUBUNGAN SARANA TRANSPORTASI DENGAN AGLOMERASI INDUSTRI

Seperti telah kamu ketahui bahwa transportasi merupakan faktor penting dalam industri. Ya, karena sarana transportasi merupakan penghubung antar-lokasi. Baik itu lokasi bahan mentah dengan industri maupun lokasi industri dengan daerah pemasaran. Teori-teori lokasional yang berkaitan dengan industri telah dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi, antara lain oleh Alfred Weber, seorang ahli ekonomi.

a. Teori Alfred Weber
Alfred Weber adalah seorang ekonom Jerman. Teorinya menyangkut least cost location. Teorinya tentang lokasi industri ini diterbitkan dalam bukunya yang berjudul ”Uber den Standort der Industrien” (About the Location of Industries), tahun 1990. Least cost location merupakan teori lokasi dengan biaya terendah. Hal ini diwujudkan dengan biaya transpor bahan mentah yang dibutuhkan dan barang jadi yang disuplai oleh pabrik ke pasaran adalah yang minimal.

Jadi, isi pokok teori Weber adalah lokasi industri dipilih di tempat yang biayanya paling minimal. Tetapi untuk menerapkan prinsip dari teori ini perlu diasumsikan enam prakondisi. Nah, enam prakondisi tersebut sebagai berikut.

1) Wilayah rencana lokasi industri mempunyai keseragaman dalam hal topografi, iklim, dan penduduk. Dalam hal ini, penduduk berkaitan dengan keterampilan dan penguasaannya (pemerintahannya).
2) Sumber daya atau bahan mentah. Misalnya, ketersediaan pasir dan air bisa terdapat di mana-mana tetapi tambang besi serta batu bara tentunya hanya terdapat di lokasi tertentu dan itu pun terbatas.
3) Upah buruh. Ada upah buruh yang telah baku, dalam artian di mana-mana sama tetapi ada pula upah yang merupakan produk dari persaingan antarpenduduk.
4) Biaya transportasi tergantung pada bobot bahan mentah yang diangkut atau dipindahkan, serta jarak antara lokasi terdapatnya sumber daya (bahan mentah) dengan lokasi pabrik.
5) Terdapatnya kompetisi antarindustri.
6) Manusia itu berpikir rasional.

Guna membuktikan adanya enam prakondisi sesuai asumsi tersebut, Weber menyusun model berupa segitiga lokasional atau location triangle. Ingin tahu keterikatan sarana transportasi dengan pusat industri menggunakan model segitiga lokasional? Perhatikan terlebih dahulu gambar di bawah ini.




Jika R1 dan R2 menggambarkan dua asal sumber bahan mentah, M adalah lokasi pasar. A adalah suatu industri yang akan didirikan dengan pertimbangan biaya transportasi. Menurutmu, gambar manakah yang mewakili lokasi paling cocok untuk didirikan industri?

Ya, tentunya lokasi aglomerasi industri yang ideal adalah lokasi yang berada di pusat segitiga itu, yaitu gambar (a). Mengapa? Karena pada gambar (a) menunjukkan biaya untuk transportasi bahan mentah dan produk jadi sama besarnya. Juga jarak dari P1 ke M, P1 ke R1 dan R2 sama jauhnya. Jadi, dengan menggunakan prinsip least cost maka lokasi P1 (lokasi berbiaya terendah) yang ideal adalah seperti pada gambar (a).

Menurut Weber, penentuan lokasi industri didasarkan oleh tiga faktor utama, yaitu material dan konsumsi, kemudian tenaga kerja, dan biaya transportasi. Teori ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu:

1) Hanya tersedia satu jenis alat transportasi.
2) Tempat berproduksi (lokasi pabrik) hanya berada pada satu tempat.
3) Jika terdapat beberapa bahan mentah, asalnya dari beberapa tempat.

Dengan menggunakan tiga asumsi tersebut, maka biaya transpor akan bergantung pada dua hal, yaitu bobot barang dan jarak pengangkutan. Jika yang menjadi dasar penentuan itu bukan bobot, tetapi volume barang dan jarak pengangkutan, yang harus diketahui adalah unit yang merupakan hubungan fungsional dengan biaya, apakah itu bobot, volume, maupun satuan panjang, juga jarak yang harus ditempuh dalam pengangkutan tersebut yangtarifnya sama untuk tiap jarak (mil, km, dan sebagainya). Dengan demikian, maka satu unit barang, biaya transpornya sama ke mana pun, sepanjang jaraknya sama.

Pada kenyataannya jarak antara sumber bahan mentah dengan pasaran tidak hanya lurus tetapi sering berkelok-kelok. Oleh karena itu, masih ada beberapa teori-teori lain yang menyempurnakan teori Weber.

b. Teori Lokasi Teoretis dan Lokasi Praktis
Dalam realitas kehidupan sehari-hari, sarana transportasi berupa jalan yang menghubungkan antarlokasi tidak selalu berbentuk jalan yang lurus. Bahkan, jalan dapat berbelok dan naik turun. Oleh karena itu, suatu lokasi industri dibedakan menjadi lokasi teoretis dan lokasi praktis. Penentuan titik lokasi yang teoretis maupun lokasi praktis juga harus mempertimbangkan berbagai jenis sarana transportasi. Lalu, bagaimana menentukan lokasi teoretis dan lokasi praktis? Perhatikan gambar di samping.





Pada gambar I tampak jenis sarana transportasi yang tersedia hanya kereta api. Sedang pada gambar II ada dua jenis sarana transportasi, yaitu kereta api dan perahu. Pada gambar I terdapat sumber bahan mentah di Kota M dan P. Juga, terdapat kota tempat menjual yaitu K. Berdasarkan teori, letak industri yang optimal adalah di titik L, seperti teori yang diungkapkan oleh Weber. Tetapi, berdasarkan pertimbangan kepraktisan, letak industri yang optimal adalah di titik LR. Mengapa? Ya, karena titik LR merupakan kota terdekat dengan L, di mana tersedia sarana transportasi berupa kereta api.

Perhatikan gambar bagian II. Material atau bahan mentah M terletak di kota M, sedangkan material P terdapat di dua tempat yaitu P1 dan P2. Jika yang tersedia hanya satu jenis sarana transportasi yaitu kereta api, maka lokasi industri yang dapat dipilih adalah M dan P2. Tetapi dapat kita lihat bahwa pada gambar bagian II tersedia pula transportasi melalui media sungai, maka hal ini harus diperhitungkan. Misalnya biaya transpor material dari P1 ke K setengah dari P2 ke K atau sama dengan jalan antara P1 ke K1. Sehubungan dengan adanya kondisi yang demikian, maka letak industri yang optimal dan praktis tidak lagi di L2 tetapi di L1.

Nah, sekarang kamu telah mengetahui berbagai teori mengenai keterkaitan sarana transportasi dengan aglomerasi industri. Melalui pengetahuan ini, kelak kamu bisa menjadi seorang ahli perencanaan industri yang andal. Kamu dapat mengkaji lokasi-lokasi yang optimal untuk pemusatan industri. Tetapi tidak semudah membalikkan telapak tangan, semuanya dapat kamu capai dengan banyak berlatih. Sebagai langkah awal untuk menjadi sang ahli perencanaan industri, lakukanlah kegiatan berikut ini.

Setelah mampu menentukan lokasi industri, selanjutnya kamu akan diajak menemukan lokasi pertanian yang layak. Sektor pertanian telah lama menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Potensi ini sangat besar dan apabila dikembangkan akan memberikan keuntungan tidak hanya petani, tetapi juga bagi masyarakat banyak. Lahan di Indonesia cukup luas, didukung dengan faktor alami lainnya, seharusnya pertanian menjadi kegiatan primadona. Kenyataan yang terjadi lain, justru pada saat ini pertanian semakin merosot dan di sebagian masyarakat dianggap tidak lagi bisa menopang hidup. Benarkah begitu?

Ada banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan dunia pertanian. Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan kondisi alam yang mendukung, kita harus menciptakan strategi baru dalam pertanian agar bidang ini memberikan kehidupan yang layak. Lokasi pertanian menjadi salah satu hal yang diperhitungkan ketika hendak memulai bertani. Pemilihan lahan ini tidak hanya mempertimbangkan karakteristik lahan, apa yang akan ditanam di lahan tersebut pun perlu disesuaikan dengan keadaan alami lahan. Jadi, tahapan apa saja yang harus dilakukan? Nah, uraian berikut akan mengenalkanmu pada dunia pertanian.



AGLOMERASI INDUSTRI

Bagaimanapun penentuan lokasi industri telah kamu praktikkan, tetapi pada kenyataannya sering kita temui beberapa kasus penentuan lokasi industri yang tidak mempertimbangkan faktor-faktor itu. Bahkan, di beberapa wilayah terjadi pemusatan industri atau yang dikenal dengan istilah aglomerasi industri. Bagaimana gejala aglomerasi industri bisa terjadi? Ikuti pemaparannya berikut ini.


Aglomerasi Industri

Lokasi industri di suatu daerah sering menimbulkan persoalan. Bahkan, relokasi industri yang sudah dilakukan oleh pemerintah pun terkadang menimbulkan konflik di antara banyak pihak. Contoh kasus mengenai lokasi industri di Simongan, Semarang seperti yang dipaparkan pada artikel berikut ini.

Perlukah Industri di Simongan Direlokasi? Beberapa waktu yang lalu, polemik tentang perlu tidaknya industri di kawasan Simongan direlokasi ke zona industri yang sesuai dengan peruntukannya mencuat ke permukaan sejalan akan disahkannya Perda (peraturan daerah) tentang Rencana Detail Tata Ruang Rencana (RDTRR) Semarang. Sebagaimana telah ditetapkan menurut Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) tahun 1995–2005 dan RDTRK, zona industri di Kota Semarang ditetapkan di daerah Tugu, Genuk, dan Plamongansari.

Penetapan ini bahkan sudah tertuang dalam Rencana Induk Kota (RIK) Semarang tahun 1975–2000. Hal ini berarti bahwa industri-industri yang menempati lokasi di luar ketiga zona yang telah tersebut di atas, dipandang sebagai pelanggaran terhadap peraturan daerah (perda). Namun demikian, harus dicermati pula bahwa industri-industri yang sekarang menempati lokasi seperti di Simongan tentu bukan tanpa alasan.

Jika menilik sejarahnya, daerah Simongan dan Srondol sebelum tahun 1975 memang ditetapkan sebagai kawasan industri. Oleh karena itu, di Srondol dan Simongan masih terdapat beberapa industri seperti PT Fumira, Jamu Jago, Raja Besi, dan Kubota. Yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah industri-industri tersebut harus direlokasi ke zona industri baru demi memenuhi perda?

Setelah membaca artikel di atas, sekarang yang menjadi pertanyaan apakah yang melatarbelakangi pengelompokan industri di suatu zona? Untuk menjawabnya, kita harus mengetahui tujuan pengelompokan atau aglomerasi industri di suatu zona. Di Indonesia, aglomerasi diadopsi dalam bentuk zona industri, yaitu suatu wilayah itu dalam tata ruang daerah telah ditetapkan pemerintah sebagai kegiatan industri. Seperti dalam artikel tadi, sering aglomerasi industri muncul sebelum peraturan daerah maupun rencana tata ruang ditetapkan. Sebenarnya apa saja yang menjadi penyebab terjadinya aglomerasi industri? Mari ikuti paparan berikut ini untuk mengetahuinya.


a. Masalah Lingkungan
Suatu kawasan industri terdiri atas industri individual yang berdiri sendiri dan industri-industri yang mengelompok dalam kawasan industri (industrial estate). Dalam teori pusat pertumbuhan (growth centre) yang dikemukakan oleh Francois Perroux (1950) dan Boudeville (1972), aglomerasi merupakan salah satu instrumen untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan memberikan tetesan ke bawah (trickle down effect) pada daerah terbelakang. Selain itu, dari segi pengelolaan lingkungan aglomerasi industri akan lebih menguntungkan. Apabila ditinjau dari aspek lingkungan, dengan pengelompokan industri di suatu lokasi akan lebih mudah dikelola. Apalagi jika industri-industri tersebut berada pada satu kawasan (industrial estate), maka pengelolaan limbah secara terintegrasi (integrated waste management) dengan mudah bisa dilakukan.

Sehingga industri yang berada pada satu kawasan tidak perlu menyusun amdal sendiri. Amdalnya adalah amdal kawasan, tetapi masing-masing industri mempunyai kawasan untuk melakukan pengelolaan lingkungan sesuai dengan spesifikasi kegiatannya. Tetapi, apakah dengan ini pencemaran lingkungan tidak terjadi? Benarkah industri di kawasan dan zona industri telah memenuhi kaidah lingkungan?

Apabila kita cermati, kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan pada umumnya justru terjadi di zona industri (baik yang berdiri sendiri maupun yang berada di kawasan industri). Misalnya pencemaran udara dan pencemaran sungai hingga pencemaran air tanah yang banyak dikeluhkan masyarakat. Kasuskasus lingkungan menunjukkan kendati industri telah menempati lokasi yang benar tetapi masih saja menimbulkan masalah.

Jika demikian salah siapa? Faktor penyebabnya memang bukan hanya sepihak. Pertama, pihak industri yang memang tidak mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. Kedua, lemahnya pengawasan dari pemerintah. Karena lemahnya pengawasan, sesuatu yang masuk dalam kategori pelanggaran lingkungan sering dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Wah, jika demikian akan sangat siasia penataan ruang untuk kawasan industri oleh pemerintah, serta amdal bersama satu kawasan.


b. Kondisi Lahan
Lahan merupakan faktor yang sangat penting bagi industri, bahkan bisa dikatakan faktor utama. Suatu bangunan industry berdiri di atas suatu lahan yang mempunyai karakteristik tertentu. Lalu, karakteristik lahan apa sajakah yang mendukung terjadinya aglomerasi industri? Pada paparan di depan pernah kita bahas mengenai aspek biofisik yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi industri. Aspek tersebut salah satunya kondisi lahan. Kondisi lahan juga memengaruhi aglomerasi industri.

Suatu wilayah industri tentu juga menjadi pusat kegiatan dari pekerjanya. Kondisi relief dan kemiringan lereng akan memengaruhi keterjangkauan tenaga kerja. Jika kondisi lahan memiliki kemiringan lereng datar hingga landai pasti akan memudahkan menjangkau setiap lokasi. Kemudahan dalam menjangkau setiap tempat di lokasi tersebut tidak hanya dialami oleh tenaga kerja tetapi juga kendaraan sebagai alat transportasi. Jadi, kondisi bentang alam memengaruhi pemusatan industri. Contohnya, pemusatan industri di wilayah pesisir. Menurutmu, mengapa banyak pemusatan industri di wilayah pesisir? Ungkapkan pendapatmu. Faktor fisik lahan lain yang juga tidak kalah menarik untuk mendorong aglomerasi industri adalah ketersediaan air dan tanah. Industri memerlukan air untuk kegiatan produksi. Misalnya, industri kertas dan industri kimia. Air yang bersih dan yang bebas dari pencemaran diperlukan dalam industri pembuatan kertas, minuman, serta tekstil.


c. Letak yang Strategis
Letak yang strategis sangat berpengaruh terhadap munculnya aglomerasi di wilayah tertentu. Sebagai contoh, kawasan industry di Pulau Batam yang dikenal dengan Batamindo Industrial Park. Aglomerasi industri di Batam muncul karena letaknya yang strategis. Wilayah Batam merupakan bagian dari wilayah Segitiga Pertumbuhan (Triangle Growth). Wilayah Segitiga Pertumbuhan meliputi wilayah Si-Jo-Ri, yaitu Singapura, Johor, dan Riau (Indonesia). Dengan letak yang strategis, menjadikan lokasi industry di Batam cepat berkembang dan menarik banyak investor untuk membangun industri di wilayah Batam.





d. Kelengkapan Infrastruktur
Infrastruktur yang lengkap sangat mendukung bagi perkembangan industri. Pada lokasi industri yang memiliki infrastruktur atau prasarana lengkap akan cepat berkembang. Infrastruktur yang diperlukan bagi perkembangan industri antara lain jaringan jalan, listrik, air, dan telepon. Pembangunan infrastruktur tersebut membutuhkan biaya tinggi. Biaya pembangunan infrastruktur jauh lebih kecil dan hemat jika industri-industri dibangun dalam suatu lokasi. Kelengkapan infrastuktur pada lokasi industry menjadi daya tarik bagi industri-industri baru untuk menempatinya, sehingga terjadi pengelompokan atau aglomerasi industri. Ternyata banyak pertimbangan yang digunakan untuk menentukan lokasi industri. Tujuan pokok mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi lokasi industri adalah menemukan lokasi optimal (optimum location), yaitu lokasi terbaik secara ekonomi dan lingkungan.

Bagi pelaku industri, keuntungan ekonomi sangat dipertimbangkan dalam penentuan lokasi industri. Keuntungan maksimal dapat diperoleh apabila biaya produksi sangat rendah dan pendapatan sangat tinggi. Tetapi, bukan hal yang naif jika jarang sekali ditemukan dua hal tersebut di tempat dan dalam waktu yang sama. Mungkin di satu lokasi bisa didapatkan biaya produksi murah tetapi wilayah pasaran sempit.

Atau berlaku hal sebaliknya, yaitu wilayah pasaran luas tetapi biaya produksi sangat tinggi. Pada kondisi yang demikian sarana dan prasarana transportasi sering digunakan sebagai pemecahan, yaitu untuk menjangkau pasar atau mendatangkan komponen produksi. Jadi, transportasi menjadi sangat terkait dengan industri. Bahkan, aglomerasi industri juga dipengaruhi oleh faktor sarana transportasi. Bagaimana sebenarnya hubungan sarana transportasi dengan aglomerasi industri? Ikuti saja pemaparannya berikut ini.



PERATURAN WILAYAH INDUSTRI

Selain mengatur tentang izin usaha industri, dalam peraturan pemerintah juga mengatur tentang wilayah industri. Pemerintah dapat menetapkan wilayah-wilayah pusat pertumbuhan industry serta lokasi bagi pembangunan industri sesuai dengan tata ruang wilayah.

Makin meningkatnya pembangunan terutama sektor industri menyebabkan meningkatnya dampak terhadap lingkungan. Kita harus menyadari, apalah arti pembangunan jika mengabaikan prinsip wawasan lingkungan. Tahukah kamu bagaimana prinsip pembangunan berwawasan lingkungan? Prinsip pembangunan berwawasan lingkungan memang harus kita pegang. Terlebih lagi pada kegiatan di bidang industri.

Mengapa? Ya, karena kegiatan industri menjadikan lingkungan sebagai objek. Contohnya pengambilan bahan mentah yang berasal dari lingkungan. Pengambilan sumber daya alam yang dapat diperbarui, harus memerhatikan regenerasi terhadap sumber daya alam tersebut. Misalnya penebangan kayu di hutan harus disertai dengan reboisasi.

Tidak hanya pengambilan sumber daya alam yang diperbarui, pengambilan sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui, seperti tambang batu bara harus dilakukan dengan pengelolaan lingkungan yang baik. Setiap tahap kegiatan industry harus dikelola dengan baik, hingga tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Dampak buruk akibat berdirinya suatu industri antara lain pencemaran air, udara, dan tanah.

Pencemaran air bisa terjadi di sungai, danau bahkan di laut. Pencemaran terjadi manakala limbah yang dibuang belum dinetralkan terlebih dahulu. Jika air tercemar, organisme air bisa mati dan air tidak bisa digunakan lagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk di sekitar perairan tersebut. Bahkan, terkadang karena parahnya pencemaran, air tidak dapat digunakan lagi untuk pertanian dan para nelayan rugi akibat hasil tangkapan ikan berkurang.

Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan kebijakan dengan peraturan pengolahan limbah bagi tiap industri yang menghasilkan limbah. Pengelolaan limbah dilakukan dengan terlebih dahulu menampung limbah sementara pada bak pengolahan limbah untuk dinetralkan agar tidak berbahaya bagi lingkungan.

Pencemaran lingkungan juga dapat terjadi di udara. Udara tercemar oleh debu dan asap dari berbagai industri. Pencemaran udara pada tingkat yang lebih lanjut dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Beberapa contoh di atas merupakan dampak yang patut kita perhitungkan untuk menentukan lokasi industri.

Kajian geografi berperan dalam penentuan lokasi industri. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi industri adalah aspek biofisik. Aspek biofisik meliputi penggunaan lahan, kemiringan lereng dan relief, kedalaman muka air tanah, tekstur tanah, kedalaman tanah, banjir, serta jaringan jalan.


1) Penggunaan Lahan
Apakah semua lahan cocok dipilih menjadi lokasi industri? Bayangkan saja jika kamu tinggal di suatu kawasan permukiman yang dekat dengan lokasi industri. Apa yang kamu rasakan? Mungkin kamu akan mengalami gangguan seperti bising, getaran, bau, debu, bahkan mungkin kemacetan lalu lintas. Jika kamu tinggal di lokasi yang demikian, berarti kamu berada pada zona campuran (mix used zoning), yaitu zona yang menunjukkan hubungan sinergis antara industry dengan permukiman. Tetapi, harus diakui bahwa kedekatan industri dengan permukiman juga memunculkan kerawanan seperti yang telah disebutkan tadi.

Lokasi industri yang berdekatan dengan situs purbakala juga menimbulkan kerawanan. Keberadaan situs purbakala sangat dilindungi. Karena itu, pendirian lokasi industri seharusnya tidak merusak situs purbakala yang telah ada. Lalu, lahan seperti apakah yang sesuai untuk dijadikan lokasi industri? Lahan kebun atau tegalan lebih mudah diubah menjadi suatu lokasi industri daripada lahan permukiman. Sebenarnya pemerintah telah mengatur penggunaan lahan dalam tata ruang daerah. Tetapi, sulit untuk menentukan lokasi industri yang benar-benar jauh dari permukiman, terutama di kota-kota besar di Jawa.

Dalam perencanaan pengembangan wilayah termasuk perencanaan pengembangan industri perlu mengetahui penggunaan lahan lainnya, karena ada beberapa penggunaan lahan yang tidak boleh dialihfungsikan, yaitu sawah irigasi, permukiman, kawasan lindung (sempadan sungai, sempadan pantai, serta kawasan strategis militer).

Perlindungan terhadap lahan pertanian terutama yang beririgasi teknis dan lahan dengan fungsi utama melindungi sumber daya alam dari pengaruh kawasan industri diatur dalam Keppres Nomor 41 Tahun 1996. Coba perhatikan table klasifikasi bentuk dan harkat penggunaan lahan untuk lokasi industri berikut ini.


Tabel 3.1 Klasifikasi Bentuk dan Harkat Penggunaan Lahan untuk Lokasi Industri





2) Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng memengaruhi kestabilan lahan. Lereng yang terjal, cenderung kurang stabil. Pada lereng terjal sering terjadi longsor dan rawan terhadap erosi. Jika lahan mempunyai karakteristik demikian tentu saja akan berbahaya bagi lokasi industri. Lahan yang sesuai untuk lokasi industry mempunyai kemiringan lereng yang datar sampai landai.

Tidak percaya? Coba kamu perhatikan beberapa lokasi industri melalui peta topografinya atau pengamatan langsung. Bagaimana kemiringan lereng di lokasi tersebut? Semuanya menempati daerah yang berlereng landai atau dataran. Kemiringan lereng merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi industri. Semakin besar kemiringan lerengnya, maka akan semakin besar pula investasi yang harus dikeluarkan untuk penanganannya.

Hal ini disebabkan faktor pemotongan dan penimbunan lereng untuk bangunan, serta pertimbangan stabilitas lereng. Selain itu, kemiringan lereng juga akan berpengaruh terhadap kecepatan aliran dan volume aliran permukaan yang dapat mengakibatkan banjir. Nilai kemiringan lereng yang sesuai untuk lokasi industri dapat kamu lihat pada tabel berikut ini. Harkat yang tinggi menunjukkan kecocokan yang tinggi untuk lokasi industri.


Tabel 3.2 Klasifikasi Kelas dan Harkat Kemiringan Lereng untuk Lokasi Industri




3) Kedalaman Muka Air Tanah
Air tanah merupakan bagian dari air di Bumi yang berasal dari air hujan. Meskipun jumlahnya hanya 0,75% dari total air di Bumi, air tanah merupakan air tawar yang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti memasak, mandi, mencuci, bahkan sebagian jenis industry memerlukannya. Air tanah akan mudah tercemar apabila mempunyai kedalaman yang dangkal atau mendekati permukaan tanah.

Kondisi yang demikian membuat air tanah mudah terkontaminasi oleh limbah industri. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko pencemaran, lokasi yang sesuai untuk lokasi industri adalah lahan dengan karakteristik muka air tanah berada jauh dari permukaan tanah. Nilai kedalaman muka air tawar yang sesuai untuk lokasi industri dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 3.3 Klasifikasi Harkat dan Kedalaman Muka Air Tanah untuk Lokasi Industri




4) Tekstur Tanah
Masih ingat dengan karakteristik tanah yang pernah dipelajari di kelas X? Salah satu karakteristik tanah adalah tekstur tanah. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang merupakan perbandingan relatif berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara unsur-unsur pasir, debu, dan lempung. Lalu, apa hubungan tekstur tanah dengan pemilihan lokasi industri? Tekstur tanah memberikan pengaruh terhadap tingkat kestabilan tanah, daya permeabilitas, dan infiltrasi air.

Contoh tekstur tanah adalah lempung. Tanah bertekstur lempung mempunyai daya permeabilitas dan infiltrasi yang rendah. Akibatnya, air cenderung menggenang. Apabila kering, tanah dengan kandungan lempung yang tinggi akan pecah-pecah. Kondisi yang demikian dinamakan kondisi kembang kerut tanah. Jika, kondisi kembang kerut tanah tinggi, maka tanah cenderung tidak stabil dan kurang layak bagi bangunan, termasuk bangunan untuk industri. Bagaimanakah tekstur yang cocok untuk lokasi industri? Pada tanah dengan kandungan partikel lempung, pasir, dan debu yang seimbang umumnya cocok didirikan bangunan, karena daya kembang kerut relatif rendah. Tekstur tanah ini dinamakan tekstur geluh.

Nilai permeabilitas dan infiltrasi sedang tidak membuat limbah cair cepat meresap ke dalam tanah dan tidak pula menimbulkan genangan di permukaan tanah. Tekstur geluh juga mendukung terhadap bangunan industri maupun bangunan pengelolaan limbah. Nilai kembang kerut tanah yang rendah mendukung keawetan bangunan. Tanah dengan tekstur ini relatif bereaksi stabil terdapat perubahan cuaca. Pada suhu yang tinggi, tanah tidakakan retak-retak. Sementara jika suhu rendah dalam musim hujan, tanah tidak menggenangkan air terlalu lama. Berbagai macam kondisi tekstur tanah dari yang sesuai sampai yang kurang sesuai untuk lokasi industri dapat kamu lihat pada tabel berikut ini.


Tabel 3.4 Klasifikasi dan Harkat Tekstur Tanah untuk Lokasi Industri




5) Kedalaman Tanah
Kedalaman tanah merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam pendirian bangunan termasuk bangunan industri. Kedalaman tanah perlu dipertimbangkan, karena aspek ini berpengaruh dalam pembiayaan, yaitu proses pembuatan fondasi. Nilai kedalaman tanah yang dangkal cenderung tidak sesuai untuk lokasi industri. Kedalaman tanah yang dangkal memerlukan biaya penggalian lebih besar dalam pembuatan fondasi dibandingkan dengan kedalaman tanah yang dalam. Berbagai nilai kedalaman tanah untuk lokasi industry ditunjukkan pada tabel berikut.


Tabel 3.5 Klasifikasi dan Harkat Kedalaman Tanah untuk Lokasi Industri




6) Banjir
Apabila kita cermati kawasan-kawasan industri di Indonesia pada umumnya terletak di dataran. Daerah datar memiliki kelebihan dan kekurangan untuk lokasi industri. Salah satu kekurangannya sering terjadi banjir. Oleh karena itu, factor banjir perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi industri. Nilai-nilai kerawanan bencana banjir untuk lokasi industri ditunjukkan pada tabel berikut ini.


Tabel 3.6 Klasifikasi dan Harkat Kerawanan Bencana Banjir untuk Lokasi Industri




7) Jaringan Jalan
Jaringan jalan berperan penting dalam aksesibilitas atau daya angkut barang dan manusia. Jaringan jalan terbagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut.
a) Jalan utama, merupakan jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antarkota penting atau antarpusat kota. Jalan-jalan utama dibangun untuk dapat melayani lalu lintas yang cepat dan berat.
b) Jalan sekunder, merupakan jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antara kota-kota penting dan kotakota yang lebih kecil. Jalan sekunder melayani daerahdaerah di sekitarnya.
c) Jalan penghubung, merupakan jalan untuk keperluan aktivitas daerah dan juga dipakai sebagai penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama maupun yang berlainan. Jalan ini termasuk kelas jalan yang rendah.

Data mengenai jaringan jalan utama dapat diperoleh melalui interpretasi foto udara. Melalui interpretasi foto udara dapat diperoleh informasi mengenai jaringan jalan, seperti panjang, lebar, dan bahan jalan. Dari hasil interpretasi dapat dilakukan buffer terhadap jalan yang ada. Untuk melihat lokasi-lokasi yang jaraknya dekat dengan jalan utama. Pada lokasi-lokasi ini cocok untuk lokasi industri. Penilaian jarak lokasi dari jalan utama dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 3.7 Jarak dari Jalan Utama




Dari paparan di depan, kamu telah mengetahui berbagai faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi industri. Secara teknis, dalam geografi pekerjaan ini dapat dilakukan dengan mudah menggunakan bantuan teknologi SIG. Mengenai SIG akan dibahas pada bab IV. Nah, kegiatan berikut akan mengajakmu menemukan lokasi industri yang sesuai dengan menggunakan dasar SIG yang sederhana.



PERATURAN DAN PERIZINAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

Pembangunan industri selain memerhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lokasi industri juga perlu mempertimbangkan peraturan tentang industri dan dampak lingkungan. Adanya peraturan bertujuan untuk mengatur keberadaan suatu lokasi industri dengan pertimbangan tertentu. Salah satunya terkait dengan lingkungan. Nah, ikuti pembahasan mengenai hal tersebut berikut ini.

a. Peraturan
Penetapan suatu kawasan menjadi lokasi industri akan memengaruhi daerah sekitarnya. Agar tidak berpengaruh negative maka perlu pengaturan industri. Aturan tersebut dikeluarkan oleh pemerintah dan dituangkan dalam undang-undang maupun peraturan pemerintah. Mengapa perlu peraturan yang mengatur
perindustrian? Ya, karena kegiatan industri sangat berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam sehingga tentu saja memerlukan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada pembangunan industri.

Selain menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan dampak negatif seperti limbah bahan berbahaya dan beracun. Apabila limbah itu dibuang ke sungai dapat mencemari lingkungan hidup dan mengancam kelangsungan hidup manusia. Pada kenyataannya, gaya hidup masyarakat industri yang ditandai oleh pemakaian produk berbasis kimia telah meningkatkan produksi limbah bahan berbahaya dan beracun.

Hal ini merupakan tantangan yang besar terhadap cara pembuangan yang aman dengan risiko pencemaran yang kecil terhadap lingkungan hidup dan kelangsungan hidup manusia. Menyadari hal ini, maka peraturan mengenai industri perlu dibuat. Contoh peraturan industri adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Industri

Ketentuan perizinan industri antara lain tertuang dalam pasal-pasal di bawah ini.

Pasal 2
(1) Setiap pendirian perusahaan industri wajib memperoleh izin usaha industri.
(2) Perusahaan industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berbentuk perorangan, perusahaan persekutuan atau badan hukum yang berkedudukan di Indonesia.

Pasal 3
(1) Jenis industri tertentu dalam kelompok industri kecil, dikecualikan dari kewajiban untuk memperoleh izin usaha industri.
(2) Jenis industri tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib didaftarkan.
(3) Terhadap jenis industri tertentu sebagaimana dimaksud ayat (2) diberikan tanda daftar industri dan dapat diberlakukan sebagai izin.
(4) Jenis industri tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh menteri setelah berkonsultasi dengan menteri terkait.

Pasal 4
(1) Untuk memperoleh izin usaha industri diperlukan tahap persetujuan prinsip.
(2) Izin usaha industri diberikan kepada perusahaan industri yang telah memenuhi semua ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan telah selesai membangun pabrik dan sarana produksi.
(3) Izin usaha industri dapat diberikan langsung pada saat permintaan izin, apabila perusahaan industri memenuhi ketentuan sebagai berikut.
(a) Perusahaan industri berlokasi di kawasan industri yang telah memiliki izin; atau
(b) Jenis dan komoditi yang proses produksinya tidak merusak ataupun membahayakan lingkungan serta tidak menggunakan sumber daya alam secara berlebihan;
(c) Jenis dan komoditi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditetapkan oleh menteri.

Pasal 5
(1) Perusahaan industri yang melakukan perluasan melebihi 30% dari kapasitas produksi yang telah diizinkan, diwajibkan memperoleh izin perluasan.
(2) Untuk memperoleh izin perluasan, perusahaan industri sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (2) wajib menyampaikan rencana perluasan industri dan memenuhi persyaratan lingkungan hidup.
(3) Untuk memperoleh izin perluasan, perusahaan industri sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (3) wajib menyampaikan rencana perluasan industri.

Pasal 6
Izin usaha industri berlaku selama perusahaan industri yang bersangkutan beroperasi.

Pasal 7
(1) Izin usaha industri diberikan kepada perusahaan industri yang kegiatan usaha industrinya berlokasi di lahan peruntukan industri.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikecualikan bagi perusahaan industri yang akan didirikan di luar lahan peruntukan industri berdasarkan atas pertimbangan lokasi sumber bahan mentah.

Apabila kita cermati Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995, untuk mendapatkan izin suatu usaha industri harus mempertimbangkan lokasi tempat berdirinya suatu industri, yaitu kesesuaian lahan untuk industri. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut pada pasal 10 terdapat ketetapan pencabutan izin usaha.

Pencabutan dilakukan antara lain apabila suatu perusahaan industri menimbulkan kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup melampaui batas baku mutu lingkungan. Kasus ini seperti yang terjadi pada PT Newmont yang diduga mencemari Teluk Buyat di Minahasa. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan Teluk Buyat tercemar logam berat, yaitu kadar merkuri yang telah melebihi batas normal.

Selain mengatur tentang izin usaha industri, dalam peraturan pemerintah juga mengatur tentang wilayah industri. Pemerintah dapat menetapkan wilayah-wilayah pusat pertumbuhan industry serta lokasi bagi pembangunan industri sesuai dengan tata ruang wilayah.